Missing Puzzel

724 136 12
                                    

"Pagi, sayang." Seorang pria mencium pipi istrinya yang sedang duduk di meja makan.

"Pagi." Balas sang istri.

"Aku ingin bicara." Ucap sang istri sambil mengeluarkan sebuah map.

"Ada apa?" Tanya sang suami penuh perhatian.

"Bisakah kau jelaskan ini semua?" Tanya sang istri sambil memberikan salah satu map.

Begitu membuka isi map dan melihat semuanya, sang suami terbelalak. Ia begitu terkejut dengan yang ada di depannya.

"I-ini.. Aku bisa jelaskan!" Ucap sang suami yang begitu ketakutan.

"Siapa itu Suzuki Ayaka?" Tanya sang istri.

"A-aku tidak mengenalnya." Jawab sang suami.

"Kalau Yoshi Miyawari dan Nomura Miyawari? Selain mereka punya nama belakang yang sama denganmu, mereka adalah anak anak yang menggemaskan." Tanya sang istri.

"M-mina, aku bisa jelaskan." Bujuk sang suami.

"Tidak perlu repot repot, aku sudah mengetahui semuanya mengenai istri pertama dan keluarga kecilmu itu." Ucap Mina.

"Mengapa kau membohongiku, Hiro-san?" Tanya Mina.

"Untuk memanfaatkan uangku?" Tanya Mina.

"Kau mengetahui bahwa dirimu adalah cinta pertamaku sejak dulu, jadi kau menggunakan itu untuk memanfaatkanku supaya perusahaanmu dapat berkembang lebih jauh. Karena jika aku menikah denganmu, kau bisa lebih mudah membujukku untuk menyuntik dana ke perusahaanmu itu. Kau sangat sangat menjijikan hingga aku ingin muntah. Bisa bisanya kau membuat aku bingung dengan perasaanku sendiri dan akhirnya memilih dirmu dibandingkan orang yang benar benar tulus mencintaiku." Kesal Mina sambil melempar map yang lain ke arah Hiro.

"Tanda tangani itu, aku memaksa." Perintah Mina.

Hiro pun membuka map itu dan melihat bahwa itu adalah surat perceraian.

"Aku tidak mau!" Tolak Hiro.

"Nani?" Tanya Mina.

"Aku tidak mau bercerai denganmu! Aku ingin tetap bersama denganmu. Aku lebih mencintaimu dibandingkan istri pertamaku! Percayalah!!" Mohon Hiro.

"Selain membuatku begitu jijik, kau juga membuatku teringat akan sifat bodohku di masa lalu. Dasar sampah." Hina Mina sambil memandang jijik ke arah Hiro.

"Berani beraninya kau berbicara begitu kepada suamimu! Sudah jelas jelas aku bilang kalau aku begitu mencintaimu!" Marah Hiro.

"Kau tidak mencintaiku, kau mencintai uangku." Ucap Mina.

"Omong kosong!" Sangkal Hiro.

"Apa yang biasa kau lakukan saat aku memberikanmu uang 5 juta yen?" Tanya Mina.

"Tentu saja untuk memenuhi kebutuhan pokok dan biaya transportasiku. Mana pernah aku gunakan untuk membeli barang barang mahal?" Tanya Hiro.

"Aku juga pernah memberikan nominal yang sama namun dalam won, kepada seseorang. Apakah kau tau apa yang ia lakukan? Dia tak menyentuh sedikitpun uang itu. Padahal setiap hari yang ia pergi kemanapun dengan berjalan kaki, mau sejauh apapun jaraknya. Dia juga bukan seseorang yang memiliki perusahaan, pekerjaannya hanyalah mengantar susu setiap pagi dan bernyanyi di cafe pada malam harinya. Dia marah karena aku selalu memberinya uang, alih alih senang, dirinya justru tersinggung. Sedangkan dirimu seorang pria dewasa yang memiliki perusahaan sendiri saja masih mengandalkan uangku. Cih, benalu." Hiro terbelalak dengan perkataan Mina.

"Jadi cepat tanda tangani surat itu sebelum aku hancurkan perusahaanmu." Ucap Mina sambil berbalik dan berjalan menjauh.

Ia keluar rumah sambil memakai kacamata hitamnya lalu memasuki mobilnya.

"Ingin pergi kemana, Nyonya?" Tanya sang supir.

"Mendapatkan kembali milikku yang hilang. Kita ke bandara, aku ingin pergi ke Los Angels." Jawab Mina.

"Baik, Nyonya." Supir Mina pun menjalankan mobilnya dan membawa wanita itu pergi dari rumahnya.

"Yeoboseyo?" Sapa sekertaris Mina dari seberang.

"Naeun, aku ingin kau hubungi pengacaraku untuk mengurus perceraianku. Tolong juga siapkan tiket pesawat first class ke Los Angels." Pinta Mina.

"Baik, nyonya." Sambungan telpon pun terputus.

"Aku akan mendapatkanmu kembali, Jeongyeon." Pikir Mina sambil melihat video konfrensi pers Jeongyeon.




.
.
.



"Berterima kasihlah padaku karena kau sudah begitu dikenal oleh orang banyak. Hal itu akan membuat dirimu dapat bertahan tanpa agensi. Apa kau menuruti perintahku untuk menabung gajimu?" Tanya Nayeon.

"Tentu." Angguk Jeongyeon.

"Berapa tabunganmu?" Tanya Nayeon.

"Sekitar 2 miliyar." Jawab Jeongyeon.

"Itu sudah cukup untuk biaya debutmu." Ucap Nayeon.

"Karena kau begitu misterius, semua orang pasti penasaran dengan dirimu. Kau pasti akan banyak mendapatkan undangan untuk tampil di TV. Dengan begitu kau pasti akan lebih terkenal." Lanjutnya.

"Aku juga bisa mencari sponsor." Usul Jeongyeon.

"Yeah! Carilah brand yang ingin bekerja sama denganmu. Dengan begitu semua akan lebih mudah." Setuju Nayeon.

"Jadi menurutmu kapan aku akan debut?" Tanya Jeongyeon.

"Jika kau mulai menyiapkanya dari sekarang, mungkin sekitar 3 atau 4 bulan. Karena kau sudah menulis banyak lagu, kau hanya perlu membawanya ke produser Ahn dan memintanya untuk membantumu mengaransemen lagu lagu untuk album debutmu." Jawab Nayeon.

"Carilah brand yang bisa memberikan sponsor sesegera mungkin. Minta tolonglah pada managerku untuk merekomendasi brand brand apa yang mustahil untuk memberikan sponsor." Lanjutnya.

"Aku akan membantumu, jangan khawatir." Ucap Nayeon.

"Gomawo." Ucap Jeongyeon.

"Hmm." Angguk Nayeon.

"Aniyo, aku benar benar serius. Terima kasih banyak karena kau sudah merubah hidupku." Jeongyeon menatap kedua mata Nayeon.

"Sama sama, Jeongyeon." Nayeon pun tersenyum.

"Kau takkan pernah tau seberapa bersyukurnya aku bisa bertemu wanita sebaik dirimu. Terima kasih sudah hadir dalam kehidupanku. Kau benar benar mengubah hidupku." Ucap Jeongyeon dengan begitu tulus.

"Aku juga senang bisa membantu dan mengenal orang sebaik dirimu. Pada awalnya aku memang memilihmu karena suaramu, namun setelah mengenalmu lebih lama, ternyata bukan hanya suaramu yang begitu indah, ternyata kau juga begitu baik kepadaku. Kau begitu menghargaiku dan selalu menatapku dengan hangat. Aku nyaman berada di dekatmu karena sejak awal kau tidak pernah memperlakukan aku seperti seorang selebriti. Kau memperlakukan aku seperti seorang manusia." Perlahan Nayeon mendekat dan memeluk tubuh Jeongyeon.

Yang dipeluk pun tersenyum hangat dan membalas pelukan Nayeon.

"Siapa sangka kita sama sama bersyukur karena dapat saling bertemu?" Ucapan Jeongyeon membuat Nayeon memeluknya lebih erat.

























































Uhuyyy

SunflowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang