Fight

812 138 11
                                    

"Asam lambungnya naik, dan ia juga kurang asupan makanan. Aktifitasnya terlalu banyak, namun makanan yang ia makan tidak seimbang. Kalau dilihat dari tensinya, tampaknya ia juga kurang tidur. Saya menyarankan untuk bad rest sepanjang minggu ini. Untuk memudahkan perawatan, saya sarankan untuk nona Yoo dirawat disini dulu. Karena ia masih harus dibantu infus." Ucap sang dokter.

"Ne, terima kasih, dokter." Ucap Mina sebelum kembali memasuki ruang rawat Jeongyeon.

Karena begitu panik saat Jeongyeon tiba tiba pingsan ke pelukannya, Mina pun segera menyuruh staffnya untuk menelpon ambulance. Jeongyeon segera dilarikan ke rumah sakit terbaik di Seoul. Mina bahkan meminta Jeongyeon untuk di tempatkan di ruangan terbaik yang ada di rumah sakit itu.

"Kenapa kamu tidak menjaga dirimu sendiri?" Tanya Mina sambil memegang tangan Jeongyeon yang terbaring lemas di atas kasur.

*Klek.

Mina menoleh saat pintu kamar terbuka. Ia sedikit terkejut saat ternyata yang datang adalah Nayeon.

"Astaga Jeongyeon.." Ucap Nayeon sambil berjalan menghampiri kasur Jeongyeon.

"Bagaimana bisa seperti ini? Apa yang terjadi?" Tanya Nayeon pada Mina.

"Dia pingsan karena kelelahan. Dokter bilang asam lambungnya naik, dan ia juga kurang makan." Jawab Mina.

"Kau ini benar benar tidak punya perasaan ya? Apakah tidak ada hari lain untuk pemotretan?? Dia baru pulang dari luar negri!" Omel Nayeon.

"Kenapa anda marah kepada saya?! Sudah jelas jelas yang perlu dipertanyakan adalah bagaimana bisa Jeongyeon kurang makan selama di Amerika?? Bukankah seharusnya anda memperhatikannya?! Lagi pula semua jadwal pemotretan dan perekaman iklan ditentukan oleh managementnya, kami tidak ikut campur mengenai pengaturan jadwal." Jawab Mina.

"Aku ini celebriti, bukan ibunya Jeongyeon. Kau pikir aku hanya mengurusi makanan yang masuk ke tubuhnya?! Lagipula selama dia di Amerika, dia tidak pernah mau diajak makan bersama! Jadi jangan sok tahu dan asal menyalahkan orang jika kamu tidak tau apa apa!" Marah Nayeon.

"Setidaknya kau seharusnya peduli pada dia! Walaupun dia bekerja untukmu, setidaknya kau sedikit memberi perhatianmu padanya!" Balas Mina.

"Lebih baik jaga ucapanmu sebelum aku marah! Lagipula kau yang hanya mantannya tidak perlu ikut campur urusan kami!" Ucap Nayeon.

"Urusan kalian?? Jeongyeon pingsan ke pelukanku! Jeongyeon adalah orang yang aku sayangi! Jadi ini semua bukan urusanmu saja! Aku yang membawanya kesini, bukan kau." Tegas Mina.

"Bisa diam tidak?" Sebuah suara membuat keduanya terdiam.

"Jeongyeon? Kamu sudah sadar?" Tanya Mina sambil mendekati kasur Jeongyeon.

"Kalian kalau mau bertengkar, pergilah keluar, aku mau tidur." Ucap Jeongyeon dengan mata yang masih sayu.

Nayeon dan Mina pun terdiam.

"Omo omo! Jeongyeon, kamu sudah sadar??" Nayeon pun segera bergegas menuju kasur Jeongyeon.

"Apa yang kau rasakan sekarang?? Apakah kau sudah merasa lebih baik?" Tanya Nayeon.

"Yak, Menjauh darinya." Mina menarik Nayeon untuk menjauh.

"Haish! Wanita ini apa apaan sih?!" Marah Nayeon.

"Jeongyeon butuh istirahat, jangan bertanya apa apa padanya dulu." Ucap Mina.

"Berisik sekali sih!" Nayeon mendorong Mina.

"DIAM!!" Teriakan kencang Jeongyeon membuat keduanya berhenti.

"Kalian berdua ini mengganggu saja! Enyahlah! Keluar!" Bentak Jeongyeon.

Mendengar itupun Mina menunduk merasa bersalah telah membuat Jeongyeon marah. Ia pun segera pergi keluar dan meninggalkan ruangan Jeongyeon, diikuti oleh Nayeon.

.
.
.

"Terima kasih." Ucap Mina sambil mengambil kopi yang ia pesan.

Wanita itupun berjalan menuju sebuah meja, dan memberikan salah satu kopi kepada manager Jeongyeon.

"Silakan." Ucap Mina.

"Ahh, khamsahamnida.." Ucap sang manager.

"Pasti kau lelah karena harus mengatur ulang jadwal Jeongyeon seminggu kedepan." Ucap Mina sambil duduk di depan manager itu.

"Terima kasih banyak karena sudah mau mengundur jadwal pemotretan dan pengambilan iklan untuk brand perusahaanmu. Setidaknya aku tidak perlu dimarahi oleh orang lain lagi... Aku sudah habis dimarahi director dan team produksi MV. Aku begitu takut mereka akan membatalkan kerjasama, untung saja semua tidak berjalan begitu. Aku betul betul akan kewalahan jika pihak sponsor ikut protes." Ungkap sang manager.

"Aku turut menyesal mendengarmu yang harus mengalami hal itu." Ucap Mina.

"Terima kasih, nyonya Myoi." Manager Jeongyeon tersenyum tipis.

"Bisakah aku mengetahui apa saja yang Jeongyeon makan di Amerika hingga ia bisa sakit begini?" Tanya Mina.

"Huft.. Sesungguhnya ini adalah yang paling aku takutkan sejak lama. Sejak tour keluar negri, gaya hidup Jeongyeon jadi berantakan. Ia makan tidak teratur dan hanya meminum kopi serta merokok. Karena kopi, saat malam ia jadi tidak bisa tidur sehingga anak itu banyak meminum alkohol. Saat pagi, ketika kami mengajaknya makan, anak itu pasti baru tertidur pulas. Aku selalu memarahinya, namun ia seakan tak mendengarkanku. Kalau begini terus ia bisa sakit sakitan terus." Managernya menggeleng geleng.

"Astaga anak itu benar benar." Mina menghela napasnya.

"Nyonya Myoi." Panggil manager Jeongyeon.

"Ne?" Sahut Mina.

"Maaf sebelumnya, tapi sebenarnya saya sudah mengetahui bahwa anda adalah salah satu orang penting yang pernah hadir di dalam hidup Jeongyeon dulu." Ucap sang manager.

"Ah.. Apakah dia menceritakannya?" Tanya Mina.

"Aniyo." Manager Jeongyeon menggeleng.

"Aku sering mendengarnya memanggil namamu saat tidur." Mendengar itupun dahi Mina mengkerut.

"Setiap pagi, saat aku membanguninya untuk sarapan, anak itu sering mengigau dan memanggil namamu seperti "Mina.. Hmm? Tidak mau dipanggil Mina? Baiklah, sayangku." Kurang lebih begitu.

Pipi Mina pun benar benar langsung memerah. Ia benar benar terkejut dan bingung untuk memberikan reaksi.

"A-ahh anak itu benar benar." Mina pun kebingungan.

"Sesungguhnya aku juga dapat melihat dari cara anda menatap dan memperhatikannya. Saya minta maaf jika lancang, tapi bisakah anda membujuk Jeongyeon untuk merubah pola hidupnya?" Tanya sang manager.































See you next week!

SunflowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang