1

1.1K 92 1
                                    

"Gimana? Kau bawa sunscreen yang banyak, kan, Nari?"

Dengan ribetnya seorang gadis ber-shirtdress putih menarik 2 koper miliknya, bertanya kepada gadis lain yang mengenakan kaos cokelat dan boyfriend jeans--yang santai berjalan dengan satu koper di sisinya. Kedua gadis itu berjalan sambil melongokkan kepala, mencari sesuatu di tengah keramaian Bandara Gimpo yang dipenuhi oleh berbagai macam manusia. Keduanya lalu menghentikan langkah di depan sebuah kursi, terdiam sambil mengecek ponsel.

"Satu juga cukup, Somin. Di sana kau masih bisa beli sunscreen." Jawab gadis berkaos cokelat bernama Nari setelah beberapa saat. Ia mengecek ponsel, mengerutkan dahi melihat layarnya. "Jihoon sama Soonyoung mana, sih? Ktalk-ku belum dibalas."

"Kata Kakakku, produk di Jeju tidak selengkap Seoul! Apalagi kita bakal tinggal di Desa! Lebih baik kau pergi ke minimarket dulu, beli sunscreen sebanyak-banyaknya, Nari!" Celoteh Somin mengindahkan keluhan Nari soal dua teman mereka yang belum memunculkan batang hidungnya di Bandara Gimpo.

Nari hanya bisa mendengus, kembali fokus pada layar ponsel, mengetik pesan untuk Jihoon dan Soonyoung. Dua pria yang menjadi teman kelasnya di kampus selama dua tahun belakangan ini.

"Nari!" Somin memanggilnya dengan gemas.

"Somin, coba kau telepon Soonyoung! Aku coba hubungi nomor Jihoon sekarang." Kata Nari tidak memperdulikan temannya yang duduk di bangku di hadapannya itu. Somin akhirnya menyerah, ia mendecakkan lidah, memaksa diri untuk membuka ponsel dan menelpon Soonyoung.

Saat ini Nari dan Somin harus menunggu Jihoon dan Soonyoung untuk masuk ke check-in counter agar mereka bisa ke ruang tunggu bandara untuk menunggu pesawat yang akan membawa mereka ke Jeju satu jam lagi. Keempat kawan kampus itu bukan ke Jeju untuk liburan musim panas bersama, tapi untuk mengikuti program Jeju Youth Volunteers yang sertifikatnya bisa digunakan untuk program magang mereka di semester mendatang.

"Yaa! Kau di mana!?" Somin memekik saat teleponnya diangkat oleh Soonyoung. Nari yang teleponnya tidak diangkat oleh Jihoon langsung mematikan sambungannya, ia berkacak pinggang, menatap Somin dengan dua alis hampir bertaut.

"Nari sudah marah-marah di depanku! Kau tahu, kan? Manusia it--"

"YAA! SOONYOUNG!! JIHOON!!" Nari memekik setelah merebut ponsel dari tangan Somin sebelum Somin mengatai sifatnya--yang akan membuat emosinya makin naik. "Kalian di mana!? Kalau setengah jam--"

"Ini sudah sampai! Tunggu! Santai santaiii." Kata Soonyoung cengengesan. Nari mendesis, ia sudah bersiap untuk kembali memekik tapi tertahan karena Somin tiba-tiba menepuk tangan, ia berdiri sambil menunjuk dua orang yang tengah berlari menarik kopernya.

"Soonyoung! Jihoon! Di sini!!" Pekik Somin semangat.

Nari menggelengkan kepala, ia memutuskan sambungan telepon, memberikan ponsel Somin kembali lalu menatap tajam Soonyoung dan Jihoon yang terengah-engah menghampirinya. Ia tidak suka dengan keterlambatan dan dua temannya itu terlambat tiba di Bandara Gimpo. Terlambat hampir 30 menit dari perjanjian mereka.

"Sorry!" Seru Soonyoung sambil tersenyum lebar. Menggemaskan sebenarnya tapi Nari tidak bisa menyembunyikan rasa kesalnya.

"Soonyoung menunggu Kimchi Ibunya." Kata Jihoon dengan tenang, menunjuk Soonyoung sebelum ia kena marah Nari.

"Yaa! Kau pikir Kimchi bisa dibawa ke pesawat!" Nari membelalakkan mata. Ia hampir mengacak kepala Soonyoung kalau pria itu tidak berkelit, menyembunyikan diri di balik tubuh Somin.

"Aman! Ibuku mengajarkanku cara agar Kimchi-ku bisa dibawa ke pesawat dengan aman." Kata Soonyoung masih dengan senyuman yang lebar. Ia cengengesan, memegang kedua bahu Somin dengan erat.

Start Again [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang