7

446 62 7
                                    

Somin tertawa terpingkal-pingkal mendengar cerita Jeonghan tentang Nari yang hampir terjatuh dari kursi karena keteledorannya saat mereka makan siang di lapangan sekolah bersama kepala sekolah dasar Bongseong, dua guru tetap dan seorang penjaga sekolah. Para volunteer senior yang asli orang Jeju pun ada di sana, ditambah seorang volunteer bernama Boo Seungkwan yang merupakan Mahasiswa K-Arts, universitas seni ternama di Seoul, yang juga orang Jeju.

Mr. Park tengah mengobrol, duduk di meja bundar bersama para guru dan volunteer senior juga Seungkwan. Sedangkan Nari, Somin, Jihoon, Soonyoung dan duo mahasiswa LA duduk bersama sehingga mereka bisa bercerita dengan lepas.

Nari menyipitkan mata, memandang Jeonghan kesal karena kejadian memalukan itu disaksikan si manusia jahil dengan jelas. Alhasil ia harus menahan emosi agar tidak menjambak rambut Jeonghan yang tidak bisa menjaga rahasia. Tidak sampai 24 jam, ia benar-benar menceritakan kejadian itu kepada teman-temannya.

"Kalian harus lihat wajah Joshua! Rambutnya sampai dijambak!" Tawa Jeonghan menunjuk rambut Joshua yang sudah rapi.

"Aku tidak menjambak Kak Joshua!" Seru Nari tidak terima. "Aku..." lidah Nari tiba-tiba terasa kelu, ia ingin bilang kalau kepala Joshua dipeluknya dengan erat--sama sekali tidak dijambak--tapi urung karena pernyataan itu terdengar lebih memalukan lagi.

"Kau kenapa? Jelas-jelas kau menjambaknya, Nari!"

"Dia memeluk kepalaku, Jeonghan." Elak Joshua tiba-tiba sambil nyengir. Pria itu melirik Nari sekilas lalu menyibukkan diri dengan makan siang saat beberapa suara bersorak menggodanya dengan Nari.

 Pria itu melirik Nari sekilas lalu menyibukkan diri dengan makan siang saat beberapa suara bersorak menggodanya dengan Nari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aaa... Dipelukkk." Soonyoung menyahut dengan gemas. "Pulang-pulang volunteer Nari tidak akan menjomblo lagi, nih."

"Hush! Mulutmu!" Seru Nari menahan diri untuk tidak melempari temannya itu dengan Kimchi.

"Nari beneran mau jatuh atau mereka sengaja berpelukan?" Kali ini Jihoon bertanya dengan raut serius kepada Jeonghan yang menjadi satu-satunya saksi mata. Mendengar pertanyaan Jihoon membuat Nari makin frustasi. Ia membelakakkan mata pada Jihoon, tapi tatapannya tidak dianggap oleh pria berkaos tanpa lengan berwarna hitam itu.

"Kalian sengaja berpelukan?" Tanya Jeonghan tiba-tiba.

"Tidak!!" Seru Nari dan Joshua kompak.

"Aku serius hampir jatuh, Kak!!"

"Nari beneran hampir jatuh dari kursi, kok!"

"Eiii... mau sengaja berpelukan juga tidak apa-apa." Somin berkata sambil tersenyum penuh arti kepada Nari dan Joshua. Alisnya bergerak naik turun, ia juga sempat menyenggol bahu Nari yang duduk di sampingnya.

"Hahahaha... mau sekalian balikan juga diperbolehkan." Tambah Jeonghan membuat pria itu mendapatkan dua pasang tatapan tajam sekaligus.

"Balikan?" Soonyoung mengerutkan dahi. Ia menunjuk Nari dan Joshua bergantian. "Kalian... mantan?"

Nari lantas menepuk jidatnya dengan kencang. Ia tidak menjawab pertanyaan Soonyoung karena Joshua sudah menganggukkan kepala dengan kikuk.

"Iya. Mereka mantan. Nari satu-satunya mantan terindah Joshua di dunia ini."

~~~

"Mantan terindah." Somin menggoda Nari lalu tertawa terbahak-bahak begitu mereka kembali ke asrama setelah kegiatan membersihkan sekolah dasar Bongseong. Keduanya sudah ada di kamar, bersiap untuk mandi membersihkan diri, tapi harus menunggu Volunteer senior yang lebih dulu menggunakan kamar mandi yang hanya ada satu di asrama perempuan itu.

"Somin..." Geram Nari tidak membuat Somin diam.

"Kayaknya dia masih menyukaimu, Nari. Kelihatan dari gerak-geriknya, tatapan matanya... aku setuju dengan Kak Jeonghan, kenapa kalian tidak balikan saja?"

Nari mendecakkan lidah. "Dia cuma kaget melihatku saja. Lagian sudah beberapa tahun kami tidak pernah bertemu. Tidak mungkin kalau dia belum bisa move on, apalagi di LA banyak perempuan cantik, kan?"

"Kau insecure?"

"Bukan insecure, tapi berpikir logis." Elak Nari cepat tapi Somin tetap memperlihatkan cengirannya.

"Kau masih suka dengannya, kan?" Tembak Somin membuat tangan Nari yang tengah memilah baju di lemari berhenti bergerak. Gadis itu terperanjat, bingung harus menjawab apa.

"Kau suka, kan?" Tanya Somin kali ini lebih tegas dan kembali tertawa saat Nari membalasnya dengan helaan napas lirih.

"Mungkin aku juga masih kaget melihatnya." Kata Nari tidak menghentikan suara Somin yang makin menjadi.

"Tidak, Nari! Jangan mengelak perasaanmu sendiri! Mungkin ini takdir Tuhan yang ingin mempersatukan kalian kembali! Memangnya kau tidak bingung? Dunia ini luas tapi kau malah dipertemukan lagi dengannya, di Jeju, di Bongseong!"

"Atau cuma kebetulan."

Somin menggeleng-gelengkan kepala. Ia masih nyengir, menahan tawa melihat Nari yang denial daritadi. Sahabatnya itu kelihatan terlalu menutupi diri dengan segala kemungkinan yang bisa terjadi antara dirinya dengan Joshua.

"Kim Nari! Tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini! Semuanya sudah suratan takdir! Kau sudah dipertemukan kembali dengan Joshua, mantanmu yang juga masih menyimpan rasa padamu. Tunggu apalagi? Tuhan mau kalian bersatu!"

Nari menyipitkan mata, heran dengan Somin yang berlagak seperti artis teater saat mengucapkan kalimat-kalimat itu. Apalagi ia juga menengadahkan tangan seperti orang yang tengah berdoa dengan kedua mata menatap atas plafon kamar.

"Haaah... aku tak tahu, Somin. Yang jelas aku tidak mau berharap banyak. Kami cuma mantan yang sudah lama tidak bertemu. Mungkin saja perasaan ini hanya perasaan sesaat." Kata Nari lirih, akhirnya meraih kaos putih dan celana tidur berwarna cream untuk dikenakan malam itu.

Somin ingin berorasi kembali, tapi kegiatannya harus terhenti karena pintu kamar mereka terbuka, memperlihatkan wajah salah satu senior volunteer bernama Sunhee yang berseru ramah.

"Ayo! Siapa yang mau mandi?"

Start Again [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang