Epilog

679 56 15
                                    

Perut Nari sedikit tergelitik saat kedua tangan Joshua menelusup di antara lengannya untuk memeluknya dengan erat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perut Nari sedikit tergelitik saat kedua tangan Joshua menelusup di antara lengannya untuk memeluknya dengan erat. Bau parfum Joshua langsung saja menyeruak di hidung Nari, bau yang saat ini sangat disukainya melebihi bau apa pun di dunia. Nari tahu, sikap Joshua itu langsung saja membuat mereka menjadi pusat perhatian teman-temannya yang tengah menunggu antrian check in pesawat. Juga Jeonghan yang menutup mulutnya menggunakan tangan karena ingin tertawa.

"Aduh... aku geli sekali melihatnya." Soonyoung meringis lalu menutup kedua matanya dengan tangan. Bukan geli, sebenarnya Soonyoung merasa gemas karena tidak pernah melihat kemesraan seperti itu secara langsung.

"Makin terang-terangan, ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Makin terang-terangan, ya." Ujar Jihoon sambil berdehem dan membuang muka ke arah lain. Diam-diam menyembunyikan senyum karena teringat obrolannya dengan Nari beberapa waktu lalu tentang masalah backstreet.

 Diam-diam menyembunyikan senyum karena teringat obrolannya dengan Nari beberapa waktu lalu tentang masalah backstreet

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Somin sempat merasa keki dengan respon dua temannya. Ia sendiri senang melihat Nari dan Joshua bisa bersama seperti itu, malah berharap pria yang berdiri di belakangnya bisa menyadari perasaannya yang sudah muncul sejak mereka berkenalan. Somin pun bergerak meraih tangannya, yang langsung ditepis pria itu dengan pelan.

"Tidak, Somin."

"Aku menyukaimu, Kak Jeonghan." Kata Somin dengan manja tapi Jeonghan tidak memperdulikannya, malah mendelik pada Joshua dan Nari yang tengah terkekeh melihatnya.

"Kalau bukan karena aku, kalian tidak mungkin bersama. Berterima kasihlah padaku." Jeonghan sedikit menuntut, ia menunjuk Joshua dan Nari dengan sedikit keki.

"Aku berusaha sendiri, ya." Balas Joshua sebelum menjulurkan lidah dengan jahil.

"Apa? Aku tidak salah dengar? Kalau misalnya aku tidak memencet tombol request di Facebook Nari, mana mungkin kau bisa tahu segala informasinya? Kalau ak--"

"Apa? Aku tidak salah dengar? Kalau misalnya aku tidak memencet tombol request di Facebook Nari, mana mungkin kau bisa tahu segala informasinya? Kalau ak--"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Maju, Yoon Jeonghan." Kata Joshua menginterupsi, ia menggerakkan dagu sebagai kode agar Jeonghan melangkah maju.

"Yaa! Nari! Kalau aku tidak melihat interaksimu dengan Mr. Park, ia tidak mungkin tahu soal kegiatan Volunteer ini. Dan kalau aku tidak memaksanya ke Jeju, mungkin ia pun tidak akan bertemu denganmu." Jelas Jeonghan sambil melangkah maju. Pria itu ingin mengumpat tapi menahan diri karena tidak ingin terlihat jelek di mata orang-orang yang juga antri di sekitar mereka.

"Katanya kau lihat sendiri, Kak?" Nari mendongak menatap Joshua yang hanya memberikan senyum manis kepadanya.

"Tidak! Itu karena aku, Nari! Mana ada manusia it--"

"Somin, katanya Jeonghan butuh teman untuk jalan-jalan di Seoul. Kau mau menemaninya, kan?"

"Yaa! Hong Jisoo!"

"Eh? Aku bisa saja, sih. Aku free banget." Somin langsung ikut berbincang tanpa peduli dengan Jeonghan yang ingin menyerang Joshua yang sudah berlindung di balik Nari di belakangnya.

"Aku punya janji!" Kata Jeonghan kemudian, ia juga mendelik pada Somin yang mengerutkan kening dan tiba-tiba mendengus.

"Dih... ya, sudah. Dipikirnya aku tidak punya janji apa."

Perubahan sikap Somin sontak mengejutkan teman-temannya. Soonyoung dan Jihoon yang berada di barisan depan (yang sebentar lagi mendapat jatah untuk maju ke counter) bahkan sudah berbalik menonton--entah drama apa--di belakang mereka. Nari dan Joshua menganga. Dipikirnya Somin akan meminta dengan manja, seperti biasa. Tapi tidak. Gadis itu sepertinya kesal saat Jeonghan mendelik padanya.

"Uhhh... Good, Somin. Orang begitu ngapain diajak jalan." Sahut Nari mengejek Jeonghan yang memutar kedua matanya kesal.

"Hah... dasar tidak tahu terima kasih."

"Terima kasih, Yoon Jeonghan." Ucap Joshua dengan tulus meski nadanya cukup mengesalkan--bahkan Jeonghan sudah membalasnya dengan acungan jari tengah sebelum tawa Joshua pecah.

"Maju, Kak." Seru Nari lalu tertawa geli, merasa puas karena berhasil membuat Jeonghan kesal. Setelah sekian lama, akhirnya balas dendamnya terbayarkan juga.

Jeonghan pun mendecakkan lidah. Bukannya maju, pria itu menyeret kopernya ke antrian paling belakang meninggalkan teman-temannya yang menatapnya heran. Sikapnya itu makin membuat perut Nari tergelitik. Bahkan Soonyoung dan Jihoon tidak mampu menahan tawa meski harus sibuk mengurus bagasi di counter check in. Sedangkan Somin menganga, ia menggelengkan kepala dan mengacungkan jempol kepada Jeonghan yang pura-pura tidak melihatnya.

"Aku ke belakang, ya." Bisik Joshua yang dibalas anggukan kepala Nari yang tahu benar kalau pacarnya itu memang tidak bisa jauh dari sahabatnya. Ya, setidaknya hari ini ia puas melihat Jeonghan merana selama sesaat.

"Jangan cemburu, ya." Kata Joshua lagi sehingga Nari menyikutnya. Sebelum pria itu beranjak, sempat-sempatnya ia mencium puncak kepala Nari dengan gemas--yang menimbulkan tatapan jijik Somin di depan mereka.

"Kenapa?" Tanya Nari sambil nyengir kepada Somin yang langsung merangkulnya begitu Joshua pergi mengejar Jeonghan ke belakang.

Somin menghela napas pelan, mengacak puncak kepala Nari dengan lembut lalu berkata. "Aku senang, tapi juga jijik melihat kemesraan kalian. Tapi, tidak apa-apa. Aku, sih menunggu yang lebih dari itu."

"Yaa!"

"Hehehee... aku tunggu banget, ya. Ceritakan padaku secara detail."

"Pervert! Somin pervert!"

End

Helloooo~~~

First of all, aku mau ngucapin Minal Aidin wal Faidzin, ya. Mohon maaf lahir dan batin.

This is my last option for the epilogue. Aku buat ending yang lain sebenarnya, tapi memilih untuk memublikasikan yang ini, karena yang satu itu berupa Open Ending.

Terima kasih sudah membaca dan menemani perjalanan Nari. Ini pure banget buat hiburan hehehe

Semoga kalian selalu sehat! Nantikan cerita aku selanjutnya di Wattpad!

Start Again [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang