27

362 55 4
                                    

"Kau selalu berduaan dengan Jihoon?"

Pertanyaan itu membuat langkah Nari terhenti. Ia memandang Joshua yang ikut berhenti berjalan di sampingnya, mempertanyakan maksud pertanyaan yang diberikan Joshua secara tiba-tiba tanpa cerita pengantar saat keduanya mendapatkan mandat untuk membeli beberapa bahan makanan di asrama dari teman-temannya.

"Berduaan? Maksudmu, Kak?"

"Kau selalu mengerjakan laporan kampusmu berdua dengan Jihoon?"

Nari mengerjapkan mata, ia mengerutkan dahi mendengar pertanyaan itu. "Ya... hanya dia yang bisa diajak bekerjasama. Lagipula, kalau menunggu Somin dan Soonyoung, aku tidak yakin bisa menyelesaikannya."

"Tapi itu, kan, tugas kelompok?"

"Y-ya..." Nari mengelus tengkuknya. "Aku malas menunggu... sepulang dari Jeju aku mau beristirahat bukannya mengerjakan tugas."

"Itu namanya curang." Kata Joshua membuat Nari mengerucutkan bibir. Gadis itu tidak mengelak dan bersiap dinasihati oleh Joshua.

"Kau yang dapat manfaat bisa belajar dari laporan yang kau buat bersama Jihoon. Kau curang terhadap Soonyoung dan Somin. Karena kau, mereka jadi tidak bisa belajar apa-apa." Jelas Joshua serius. Nari diam, ia menganggukkan kepala pelan.

Melihat Nari yang diam membuat Joshua tidak sampai hati. Tangannya bergerak mengusap puncak kepala gadis itu. "Kau hebat, kok."

Nari mendongak, ia tidak paham maksud Joshua berkata seperti itu.

"Kau hebat sekali sudah bisa menjadi pemimpin. Seingatku, Nari yang dulu tidak pernah berani begitu." Jelas Joshua membuat Nari mendesis. Ditinjunya bahu pria itu pelan. "Bagaimana lagi? Sejak ditinggalkan seseorang aku harus belajar lebih mandiri."

~~~

Nari bukan anak yang pendiam. Dia cukup bersemangat dan vokal. Tapi kalau sudah pemilihan ketua kelas, ia tidak akan pernah ingin mencalonkan diri atau dicalonkan. Ia akan diam seribu bahasa dan membiarkan teman-temannya yang lain mengambil alih tanggungjawab itu. Sejak masuk SMA, Nari pun lebih fokus dengan kehidupan percintaannya dengan Joshua dan tidak peduli dengan sekitar, seakan dunia hanya miliknya dengan pria itu.

Kemudian, Joshua menghilang dari kehidupannya.

"Heh! Aku tidak mau tahu, ya, namaku harus ada di laporan itu!!" Somin berseru galak begitu Nari masuk ke kamar. Gadis itu mengacak pinggang di depan cermin, melirik Nari dengan sinisnya.

"Iya... belum selesai semuanya, sih. Lagian kita masih ada kegiatan."

"Tapi aku tidak suka dengan caramu bekerja, Nari. Sudah berulangkali kau begini setiap menjadi ketua kelompok." Ujar Somin bersungut. Ia sampai tidak bisa meneruskan kegiatan perawatan wajahnya sekarang.

"Iya, aku salah." Kata Nari sambil menghela napas panjang. "Aku egois karena hanya ingin semua laporan ini cepat selesai."

"Kau selalu bilang begitu sejak setahun yang lalu, Nari."

Nari kaget. Ia memandang Somin penuh tanya. "Am I?"

Somin mendesah gusar. "Aku tahu, kau pintar dan rajin. Aku memang tidak serajin dirimu, tapi aku juga tidak mau diam saja membiarkan kau mengerjakan semuanya, Kim Nari. Jangan membuatku makin insecure, deh."

"I-iya... maaf..."

"Terus... bisa, tidak? Kau berhenti membuat Kak Joshua khawatir?"

Dahi Nari berkerut. Ia menatap Somin yang sudah nyengir sambil menggeleng-gelengkan kepala. "Kak Joshua selalu kelihatan kesal saat kau dekat dengan Jihoon atau Soonyoung."

Start Again [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang