25

387 56 1
                                    

Nari memeluk diri saat angin malam berembus kencang, menelusup ke sela-sela jaket yang dikenakannya sekarang. Gadis itu melangkah pelan, mengekor di belakang Joshua yang berjalan lebih dulu menuju Toko Kelontong untuk menemaninya membeli-entah-apa yang menjadi rencana Somin agar ia dan pria itu bisa berbicara empat mata.

Rencana yang berhasil karena Joshua segera membalas pesannya.

"K-Kak..." Nari merengek, menahan ego yang sempat memekik agar dirinya tidak bersuara lebih dulu untuk memecah keheningan yang bertahan sejak keduanya keluar asrama bersama.

Joshua tidak menjawab dan tetap melangkah maju.

Napas Nari terhela gusar. Gadis itu mengepalkan tangan lalu berlari kecil mengejar Joshua dan menahan jaket pria itu dari belakang. "Jangan ngambek... aku bingung harus bagaimana..."

Joshua menghela napas, ia sempat menghentikan langkah lalu berniat untuk kembali berjalan tapi Nari buru-buru memeluknya. "Kak..."

Selama beberapa saat keduanya diam. Nari merasa jantungnya mau meledak, ia malu setengah mati sampai harus menutup matanya dengan rapat, berharap apa yang dilakukannya hanya sebuah mimpi. Sayangnya itu bukan mimpi karena Joshua kembali menghela napas panjang dan membuka kaitan tangannya di perut pria itu.

"Nar--"

"Jangan ngambek... aku tidak suka!!" Nari merengek, kembali mengeratkan pelukannya.

Joshua yang awalnya masih mau marah jadi tidak bisa menyembunyikan senyum. Ia mendegus, mematikan lampu senter ponselnya lalu berbalik ke belakang untuk mendekap Nari ke dalam pelukannya. Lama sekali ia memeluk gadis itu, lagi-lagi merasa rindu.

"Aku cemburu." Kata Joshua setelah mengecup puncak kepala Nari. "Aku tidak suka melihatmu berduaan dengan Jihoon."

"Kenapa? Dia, kan, cuma temanku." Kata Nari sambil mengerucutkan bibir. Ia melonggarkan pelukan, agak mendongak untuk melihat wajah Joshua yang tidak begitu tampak di tengah gelapnya jalan Bongseong.

Joshua menghela napas--lagi dan sempat-sempatnya mengecup bibir Nari yang mengerucut dengan lembut, sebelum berkata. "Jihoon menyukaimu, Kim Nari."

"Hah?" Nari segera melapas pelukan, ia mengerutkan dahi sambil mendelik pada Joshua yang kata-katanya terdengar tidak masuk akal di telinga.

"Dia bilang sendiri waktu kalah bermain Yut Nori." Kata Joshua meyakinkan tapi Nari tetap tidak percaya.

"Tidak mungkin, Kak. Dia Jihoon!"

"Jihoon bilang sendiri, kok! Kau ingat dia sempat menelponmu hanya untuk mengucapkan selamat tidur, kan?"

Nari menggaruk kepala, ia memutar kembali memori beberapa hari--atau sudah seminggu lalu? Nari lupa kapan tepatnya, tapi ia ingat Jihoon memang ada menelponnya hanya untuk mengucapkan selamat tidur. Hal yang tidak dipertanyakan Nari karena gadis itu berpikir Jihoon memang memiliki pemikiran yang ajaib.

"Dia kalah main Yut Nori dan siapa yang kalah harus menelpon orang yang dia suka." Jelas Joshua tidak mampu membuat Nari berhenti terperangah.

Gadis itu tidak tahu harus berkata apa, ia diam, membayangkan Jihoon yang menaruh hati padanya.

"Tidak... tidak... tidak mungkin."

Joshua mendecakkan lidah. Ia menarik Nari kembali dalam pelukannya, menumpahkan rasa kesal dan rindu yang menggebu di dadanya. "Terserah mau percaya atau tidak... tapi aku tidak suka melihat kalian berdua bersama."

"Tapi dia Jihoo--" Omongan Nari terpotong karena Joshua tiba-tiba menciumnya. Ciuman yang menjadi sedikit panas karena Joshua melumat bibir Nari dengan kasar. Tangan pria itu menahan rahang Nari agar tetap mendongak, menyesuaikan tingginya yang semampai.

Nari merasa gerah. Gadis itu membalas ciuman Joshua yang menggebu, bahkan ia melingkarkan tangannya di leher Joshua, membiarkan pria itu menghimpitnya di Doldam.

"Jangan dekat-dekat dengan Jihoon lagi, oke?" Joshua berkata di sela ciumannya.

Nari mengangguk, menarik wajah Joshua mendekat dan menciumnya sekali lagi. "Jangan ngambek lagi, ya?

Dan akhirnya senyum Joshua menguar. Pria itu mendekatkan wajahnya, mencium bibir Nari dengan lembut sebelum bertanya tentang tujuan mereka keluar asrama malam-malam. "Oke... jadi, kau mau beli apa di Toko Kelontong?"

~~~

Wajah Nari muram. Ia tidak bisa menyembunyikan raut wajahnya saat dipasangkan dengan Jeonghan untuk bermain dengan siswa SD Bongseong di sebuah taman yang tidak jauh dari wilayah itu. Mereka dipasangkan sebagai pengawas 5 anak yang berasal dari kelas yang berbeda untuk bermain Sam Yuk Gu. Kalau menukar pasangan diperbolehlan, Nari lebih memilih dipasangkan dengan Somin atau Soonyoung. Bukan Jeonghan yang jelas-jelas musuh bebuyutannya sejak dulu.

"Wajahmu jelek sekali." Jeonghan berbisik di samping Nari. Pria itu nyengir, bersidekap di depan dada sambil melirik 5 anak yang kini asyik ngobrol di hadapan mereka.

Nari mendengus pelan, tidak berniat membalas bisikan Jeonghan dan langsung menyapa kelima anak SD Bongseong untuk memulai permainan.

"Ayo! Coba kenalkan diri kalian masing-masing!" Nari berseru penuh semangat, raut wajahnya jadi lebih ramah. Berbanding 180 derajat saat bersisian dengan Jeonghan.

"Tapi sebelum berkenalan, kalian harus tahu Kakak ini siapa, bukan? Penasaran tidak?"

"Kak Nari!!!" Salah satu anak perempuan berambut panjang yang tubuhnya paling tinggi di antara kelima anak itu mengangkat tangan.

Nari berseru, mengajak anak itu ber-high five. Ia juga kenal dengan anak perempuan itu. Salah satu siswi yang duduk di kelas 6 SD Bongseong.

"Kalian ada yang kenal aku, tidak?" Kali ini Jeonghan yang sudah mendekat menunjuk dirinya sendiri.

"Temannya Kak Joshua!" Seru anak laki-laki yang rambutnya berbentuk seperti mangkuk terbalik.

Nari menahan tawa. Ia puas mendengar jawaban anak itu dan Jeonghan segera menyikutnya. Pria itu memaksakan senyum lalu memperkenalkan dirinya, "nama Kakak, Jeonghan! Kakak dari LA."

"El-Ae?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"El-Ae?"

Nari terkekeh lagi. Ia menggelengkan kepala pada anak laki-laki yang tubuhnya paling pendek. "El-eui!" Koreksi Nari.

"Haii!! Kalian semua bisa memanggilku, Kak Nari. Kakak dari Seoul dan di samping Kak Nari ada Kak Jeonghan. Dia orang Korea Selatan, tapi berkuliah di luar negeri. Salam kenal, ya!!"

"Salam kenal, Kak Nari!! Kak Jeonghan!!" Seru kelima anak itu penuh semangat setelah Nari memperkenalkan dirinya dan Jeonghan di hadapan mereka.

"Oke! Kalian juga harus kenalan dengan kami. Siapa yang mau jadi pertama??"

Start Again [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang