Joshua memandang Nari dan Jihoon bergantian. Dua manusia itu tidak berdekatan, tidak sedang ngobrol juga, tapi dengan sendirinya ia mengamati mereka sejak Jihoon menelpon Nari karena kalah bermain Yut Nori. Ia kaget saat Jihoon menyebut nama Nari padahal pria itu tahu kalau dirinya pernah berhubungan dengan Nari di masa lalu. Joshua sangsi kalau Jihoon tidak tahu kalau perasaannya pun masih ada untuk gadis itu. Bukankah sudah jelas kalau Joshua memberikan seluruh perhatiannya untuk Nari sejak mereka tiba dari Seoul?
Di malam itu, setelah Jihoon menutup telepon, semua mata tertuju padanya. Mulut Soonyoung bahkan terbuka saking terkejutnya. Begitu pula Jeonghan yang segera memandang Joshua yang diam tanpa ekspresi.
"Aku kagum dengan Nari." Kata Jihoon tanpa ditanya. Ia menggulum senyum. "Nari adalah orang yang paling rajin dan pintar di kelas. Dia juga yang membuatku ingin ikut ke Jeju untuk jadi volunteer."
"Kau suka padanya?" Tembak Jeonghan tiba-tiba. Wajahnya serius, tidak tampak cengiran di sana.
Jihoon diam sesaat, tampak berpikir disaat semua mata memandangnya penasaran. Begitu pula Joshua yang tanpa sadar mengepalkan tangan di atas paha. Ia merasa terancam, tentu saja.
"Aku tidak tahu." Jawab Jihoon.
"Eii... masa tidak tahu?" Ujar Jeonghan lagi. Hanya pria itu yang berani bersuara. Soonyoung masih terkejut di sisi Jihoon, memandang sahabatnya tidak percaya sedangkan Joshua tetap diam.
"Serius. Aku tidak pernah berpikir sampai sana." Kata Jihoon santai.
"Baguslah. Kalau kau suka dengan Nari, berarti kau harus berlomba dengan Joshua." Kata Jeonghan sambil menepuk bahu Joshua pelan. Pria itu tersenyum kikuk dan Joshua segera mendelik padanya.
"Ya... aku jadi memikirkan hal itu." Kata Jihoon membuat Soonyoung terperanjat dan ingin melakban mulut Jihoon agar berhenti menjawab pertanyaan Jeonghan yang bisa membuat suasana di ruangan itu memanas.
Nyatanya ruangan itu tidak panas. Hanya dada Joshua saja yang memanas.
"Kau jadi temani aku beli air, tidak?"
Perut Joshua disikut Jeonghan pelan hingga pria itu sadar dengan realita. Jeonghan cekikikan sambil berkacak pinggang, memandang ke arah mata Joshua bertumpu. Melihat Nari yang tengah duduk di teras asrama, berbicara dengan Seungkwan sambil menyantap Hallabong, jeruk mandarin khas Jeju yang manis tanpa biji. Tidak jauh dari Nari, ada Jihoon dan Soonyoung yang bernyanyi menggunakan gitar.
"Seungkwan!!" Jeonghan tiba-tiba memekik, menggerakkan tangan menyuruh pria berkaos oranye itu mendekatinya.
Joshua terperanjat. Ia memandang Jeonghan heran, ingin bertanya lebih lanjut tapi Seungkwan sudah menghampirinya.
"Kenapa, Kak?"
"Temani aku ke toko kelontong di bawah. Aku mau beli air." Kata Jeonghan sambil merangkul Seungkwan dan memaksa anak itu berjalan keluar pekarangan asrama bersamanya. Sebelum Jeonghan beranjak, ia juga sempat melirik Joshua, menyuruh sahabatnya untuk menghampiri Nari yang kini duduk sendirian di teras.
Joshua menyanggupi, sebelum Nari beranjak ia segera menghampiri gadis itu. Duduk di sisinya sambil memandang langit sore Pulau Jeju yang berwarna biru dan oranye.
"Masih ada Hallabong?" Tanya Joshua pada Nari yang terkejut dengan kehadirannya.
Nari sedikit menggeser posisi duduknya agar tidak terlalu dekat dengan Joshua. Ia lalu mengangguk, memberikan dua buah Hallabong ke pria itu.
"Kak Jeonghan dan Seungkwan ke mana?" Tanya Nari sambil mengupas Hallabong ketiganya. Ia tidak ingin beranjak karena masih ingin menyantap buah jeruk itu meski Joshua ada di sisinya. Lagipula langit senja Jeju terlalu sayang untuk dilewatkan hari ini.
Joshua yang awalnya sedih melihat Nari menggeser duduknya jadi sedikit senang. Setidaknya Nari tidak ke mana-mana pikir Joshua. Setidaknya gadis itu mau berbicara dengannya meski hanya bertanya soal Jeonghan dan Seungkwan.
"Beli air ke toko kelontong." Jawab Joshua santai lalu menyantap buah jeruk yang sudah dikupasnya. Nari mengangguk-angguk paham.
"Besok kau ikut ke Hallim?" Kali ini Joshua yang bertanya, teringat akan rencana Mr. Park untuk mengajak beberapa volunteer ke Hallim untuk membeli keperluan yang tidak ada di Bongseong. Ia ingat sekali kalau teman Nari, Somin, sangat bersemangat dengan rencana itu.
"Tidak. Aku nitip belanjaan saja ke Somin." Jawab Nari singkat.
"Jadi, besok kau mau ngapain?" Tanya Joshua lagi, memajukan badan agar bisa memandang Nari dengan jelas.
"Tidur?" Nari menyeringai dan Joshua tertawa karenanya.
"Kau mau jalan-jalan sekitar Bongseong bersamaku, tidak?"
Nari menaikkan kedua alisnya. Ia menatap Joshua kikuk, "memangnya kau tidak mau ke Hallim, Kak?"
Joshua menggelengkan kepala. "Kayaknya cuma kita berdua yang tetap tinggal di Bongseong. Anak-anak ingin ke Hallim untuk refreshing katanya."
"Kau tidak mau refreshing memangnya?"
Lagi, Joshua menggelengkan kepala. "Selama bersamamu aku sudah senang, kok, Nari."
Jawaban itu membuat Nari mengerutkan hidung. Ia memandang Joshua heran, yang dipandang lantas tertawa. "Sorry, mulutku refleks berkata seperti itu. But I really mean it."
Nari lalu mendengus. Ia tidak merespon pernyataan itu dan asyik menengadahkan kepala untuk melihat langit yang cerah. Mereka memang tidak bisa melihat matahari terbenam di pantai, tapi setidaknya bias-bias oranye itu sudah cukup cantik untuk dinikmati mata telanjang dari salah satu perbukitan Pulau Jeju.
"Gimana? Nari?" Tanya Joshua lagi.
Terdengar helaan napas Nari pelan dan Joshua mendangnya lamat seakan tidak ada hal lain yang menarik untuk dilihat oleh matanya.
"Lihat saja besok." Jawab Nari sekenanya tapi Joshua sudah berseru bahagia seperti orang yang baru saja mendapatkan lotre. Pria itu meninju udara, mengacak kepala Neri lembut, tak mengindahkan tatapan heran Jihoon dan Soonyoung di sana.
"Besok aku akan mengingatkanmu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Start Again [Complete]
FanfictionDipertemukan dengan mantan di Pulau Jeju saat liburan Musim Panas. Akankah hati Nari baik-baik saja? Atau malah porak-poranda?