31

452 46 3
                                    

Meminta maaf bukan hal yang sulit bagi Nari, tapi ia sama sekali tidak memiliki waktu untuk melakukannya. Di hari-hari sebelum berlibur ke rumah pantai Seungkwan, ia harus menyelesaikan tugas volunteer dan laporan. Membantu warga senior, termasuk membantu membangun bagian rumah Nenek Kim yang rusak--yang dicetuskan oleh Soonyoung. Kegiatan yang sebenarnya menyenangkan, tapi karena masalah hatinya yang belum reda, Nari jadi kurang bersemangat. Apalagi Joshua menghindarinya berulang kali.

Bahkan sampai mereka ke Rumah Pantai Seungkwan yang terletak tidak begitu jauh dari Bandara Internasional Jeju. Rumah Pantai berlantai dua yang berada di atas bukit dengan pemandangan laut lepas.

"Aku tidak akan minum banyak." Kata Nari pada Soonyoung yang menyodorkannya sebotol Soju. Gadis itu mengangkat kedua tangannya di depan dada, menolak sodoran itu.

"Eii... selalu begitu." Seru Jeonghan dibalas delikan tajam Nari. Sempat Nari melirik Joshua, tapi pria itu asyik menyesap Soju dari gelas kecil.

Dada Nari tertohok. Ia bahkan tidak tahu hubungannya dengan Joshua disebut apa. Pacaran iya, tapi seperti orang yang saling membenci satu sama lain.

"Tapi Nari selalu begitu. Dia pernah didiamkan senior hampir satu semester karena tidak mau minum-minum setelah acara festival kampus." Somin tiba-tiba bercerita, nyengir pada Nari yang mendengus kepadanya.

"Acara minum-minum sudah menjadi kebiasaan kampus di sini, ya?" Jeonghan bertanya disambut anggukan kepala semua orang di sana kecuali Joshua.

"Ditambah senioritas." Sahut Jihoon. "Kalau kebiasaan minum-minum tanpa ada senioritas mungkin akan baik-baik saja."

"Nari menjadi salah satu contoh korban." Kata Soonyoung. "Aku ingat sekali, selama beberapa bulan kami tidak pernah berani berbicara dengan Nari karena takut dengan senior."

"Untung saja ada Somin." Nari tersenyum pada Somin, mengangkat tangannya untuk ber-high five.

"Wah... kalau aku parah, sih." Seungkwan nimbrung. "Aku selalu menjadi pengisi acara minum-minum."

"Bukannya bagus?" Tanya Jeonghan.

Seungkwan mengerucutkan bibir. "Lebih baik disuruh minum berbotol-botol Soju daripada menjadi pemandu acara orang mabuk."

Tentu saja pernyataan itu membuat mereka tertawa. Malam ini mereka jadi lebih bebas untuk bersendagurau karena Mr. Park dan dua volunteer senior sudah kembali ke rumahnya masing-masing. Rombongan Nari dan Joshua akan kembali ke Bongseong lusa untuk bersiap pulang ke Seoul.

"Kalau di LA bagaimana?" Somin bertanya penasaran.

Jeonghan tertawa kecil. Sebelum menjawab ia menyikut Joshua yang daritadi diam, tidak berniat ikut berbicara sama sekali. Sikap yang membuat Nari jadi sedikit kesal. Entah sampai kapan pria itu akan diam.

"Kalau di LA, bebas. Tidak banyak acara minum-minum seperti di Korea, lebih banyak event yang berkaitan dengan materi kuliah. Kalau mau party, biasanya tergantung diri sendiri." Jelas Jeonghan membuat lima orang di dekatnya ber'wah' ria.

"Biasanya Joshua sering dapat undangan ke Bar." Tambah Jeonghan menggodanya. "Banyak teman kelasku yang mengaguminya."

Digoda begitu membuat Joshua nyengir. Nari melihat itu dengan jelas dan hatinya makin tertohok. Ia tidak lagi fokus ke obrolan Jeonghan, malah menuang Soju ke dalam gelasnya dan meminumnya hingga tandas. Selama setengah jam ke depan Nari hanya duduk di sana, memandangi teman-temannya yang mulai mabuk sedangkan pikiran Nari melayang entah ke mana.

~~~

Nari berbaring, menatap ke atas plafon dengan kosong. Hatinya gusar sekali sampai ia tidak bisa tidur, ditambah suara tawa teman-temannya di ruang tengah masih terdengar memekakkan telinga. Juga teriakan Soonyoung dan Seungkwan yang beradu suara menggunakan mesin karaoke. Mereka memang sudah gila dan mabuk, makanya Nari cepat kabur ke salah satu kamar kosong untuk tidur.

Start Again [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang