4

516 70 8
                                    

Nari terduduk di atas kasur. Ia baru saja membereskan barangnya, memasukkan beberapa baju ke dalam lemari yang tersedia. Ia juga mengeluarkan beberapa skincare, menaruhnya di atas nakas yang berada di sisi kasur. Sejak masuk ke asrama, ia sama sekali enggan keluar karena ternyata asrama pria tepat berada di sebelah gedung asrama perempuan dan tidak ada sekat berupa pagar Doldam yang ia bayangkan. Nari pun mencoba menyibukkan diri, tidak ikut teman-temannya yang asyik ngobrol dengan Jisoo--atau Joshua seperti yang disebut Mr. Park--dan Jeonghan di teras asrama.

"Nari!!" Suara Somin menggelegar. Gadis itu masuk sambil berkacak pinggang. "Kau sudah selesai beres-beres!?"

"Belum." Jawab Nari lirih. Ia berdiri dari kasur, meraih tas yang berada di dekat koper dan berpura-pura mencari sesuatu di sana.

"Kau tidak mau keluar?"

"Hah? Buat apa?" Tanya Nari heran, melirik Somin sekilas. Sahabatnya itu tengah menyandarkan badan di sisi pintu, bersidekap di depan dada.

"Kau ini ada masalah apa dengan seniormu itu? Kenapa sejak mereka datang wajahmu muram terus." Somin mengerutkan dahi.

Somin itu luar biasa pikir Nari. Meski lebih banyak sisi mengesalkannya, perempuan itu cukup sensitif dengan perasaan orang lain. Tapi permasalahan Nari tidak boleh diketahui Somin atau siapa pun hingga ia hanya bisa menggelengkan kepala. "Aku lelah, Somin. Tadi kau sudah tidur di mobil, kan? Aku belum ada istirahat sama sekali."

"Oh iya... tapi Kak Jeonghan mencarimu." Kata Somin. "Dia tampan sekalii... kau kenalkan aku dengannya, dongg."

"Bukannya kalian sudah saling kenal sekarang?" Nari melempar tanya, sekarang berkacak pinggang menatap Somin yang tersenyum tiga jari.

"Bantu aku PDKT." Ucap Somin tanpa malu.

Nari mendengus. Ia tidak membalas ucapan Somin, malah mengeluarkan semua isi tasnya lalu mengaturnya di mana pun tempat yang kosong. Tentu saja Nari tidak akan mengiyakan permintaan Somin. Bukan karena ia tidak merestui, hanya saja ia tidak merasa dekat dengan Jeonghan meski mereka pernah satu sekolah.

"Yaa! Kim Nari!" Teriak Somin kesal masih bersandar di sisi pintu.

"Apalagi?" Balas Nari kesal. "Aku masih sibuk! Bilang sama Kak Jeonghan kalau aku masih beres-beres!"

Somin mendecakkan lidah. Ia memutar kedua bola mata lalu bergegas pergi dari hadapan Nari. Sepeninggal sahabatnya, Nari segera duduk di sisi kasur, menghela napas panjang lalu mengusap wajahnya frustasi. Ia tidak suka marah tanpa alasan jelas seperti itu, apalagi Somin tidak salah apa-apa. Ya, Nari sadar tapi ia tidak bisa mengatur emosinya. Kini tubuhnya diambil alih oleh perasaannya yang porak-poranda setelah melihat Joshua di sana.

Entahlah. Tapi Nari tidak suka kehadiran pria itu di dekatnya.

~~~

"Kau baik-baik saja?" Soonyoung berbisik pada Nari saat mereka makan malam di Rumah Nenek Kim. Seperti tadi siang, kini mereka makan malam dengan Mr. Park, Nenek Kim dan duo volunteer asal LA (Joshua dan Jeonghan) tetapi ada dua tambahan, suami Nenek Kim yang ingin dipanggil Kakek dan Cucu mereka yang bernama Kim Deok.

"Baik." Jawab Nari sekenanya, berusaha untuk tidak menatap mata Joshua yang duduk di samping Jeonghan (dan Jeonghan duduk di hadapannya).

Nari tahu kalau daritadi Jeonghan memperhatikannya dengan tatapan jahil. Pria itu tersenyum, mencoba berbicara dengan Nari tapi gadis itu selalu tidak mengindahkannya. Salah satu kekesalan Nari soal Jeonghan, pria itu dinobatkan menjadi senior terjahil di sekolahnya dulu. Sialnya, Jeonghan juga sahabat Joshua.

Start Again [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang