3

558 83 6
                                    

Nari menarik napas dengan panjang, menghirup bau Pulau Jeju yang khas. Amis, sedikit manis dan segar. Angin bertiup kencang hingga rambut sebahunya berantakan. Ia memperhatikan ke sekitar jalanan desa yang sepi sambil menunggu Mr. Park, Jihoon dan Soonyoung membeli air minum, semprotan anti nyamuk dan beberapa makanan instan dari toko kelontong yang ada di belakangnya. Somin sendiri terlelap di atas mobil. Ternyata perjalanan dari bandara ke Bongseong cukup jauh, mobil yang mereka naiki terus berjalan menaiki bukit-bukit yang ada di Jeju, hingga mereka sampai di kawasan pedesaan yang sepi ini.

"Kita sudah sampai di Bongseong tapi asrama kalian masih harus jalan terus. Ini toko kelontong yang paling dekat dari asrama kalian. Beberapa rumah di sini bukan tempat tinggal warga, ya, melainkan guest house yang biasanya disewa para turis." Jelas Mr. Park cukup mengejutkan Nari. Ia pikir toko kelontong tersebar banyak seperti mini market yang tersebar di setiap sisi Seoul. Ternyata tidak.

"Awalnya terasa jauh tapi dari asrama, kalian bisa berjalan kaki 5 menit ke sini." Kata Mr. Park lagi.

Nari mengangguk, bersyukur Somin tengah tertidur di mobil. Kalau gadis itu tahu ia harus berjalan pulang-balik di kawasan desa yang sepi selama 5 menit, mungkin ia langsung mencak-mencak kepada Mr. Park.

"Kawasan sini aman, kan?" Tanya Jihoon sambil membawa satu pak air mineral botol dari toko ke dalam bagasi mobil. Di belakangnya Soonyoung mengekor, membawa benda yang sama.

"Aman. Di sini belum banyak lampu jadi kalau malam-malam keluar jangan lupa bawa senter. Tapi aman, kalian tidak perlu khawatir." Kata Mr. Park, entah sudah berapa kali meminta mereka untuk tidak perlu khawatir.

"Baiklah. Tidak masalah Mr. Park." Kata Nari menenangkan. Ia jadi sedikit tidak enak.

"Ya, tidak masalah. Lagian di Seoul kami terbiasa berjalan dari gedung utama kampus ke gerbang lebih dari 5 menit. Kami kuat, Mr. Park!" Soonyoung berkelakar membuat Mr. Park tersenyum lebar.

"Untuk asrama apakah ada volunteer lain yang akan tinggal bersama kami?" Tanya Nari kemudian.

"Ada! Seperti yang ku bilang di grup. Asrama kalian bersebelahan. Asrama laki-laki, asrama perempuan. Untuk Nari dan Somin, akan ada dua volunteer senior asal Jeju, tapi mereka tidak selalu ada di asrama. Kadang mereka juga harus pulang ke rumahnya. Untuk Jihoon dan Soonyoung, kalian akan mendapatkan dua teman dari LA. Keduanya juga baru tiba dua hari yang lalu di Jeju." Jelas Mr. Park sambil berkacak pinggang, bersandar di sisi mobil yang terparkir.

"LA?" Soonyoung dan Jihoon saling bertatapan.

"Mereka orang asing?" Jihoon bertanya penasaran. Nari dan Soonyoung juga penasaran sampai mereka memajukan badan ke arah Mr. Park.

"Bukan." Jawab Mr. Park sambil tertawa. "Keduanya orang Korea tapi sedang berkuliah di LA. Sekarang mereka sedang berlibur di Korea sambil ikut jadi volunteer."

Nari, Jihoon dan Soonyoung ber-oh ria. Sedikit kecewa tapi juga lega mendengar jawaban Mr. Park. Setidaknya mereka tidak akan kesulitan berbahasa Inggris ketika berbicara dengan orang-orang itu. Sayangnya kesempatan untuk mendapatkan teman dari luar negeri jadi tertunda padahal mereka juga butuh link volunteer asing.

"Oke! Ada lagi yang perlu kalian beli?" Tanya Mr. Park sambil menegakkan tubuh. Nari, Jihoon dan Soonyoung kompak menggelengkan kepala. Sejauh ini mereka tidak butuh banyak hal selain makan siang yang kata Mr. Park sudah disediakan oleh pemilik bangunan asrama mereka.

"Siap! Sekarang kita meluncur ke asrama untuk makan siang!"

~~~

Kedua mata Nari melebar saat melihat suguhan makan siang yang disediakan oleh Nenek Kim di meja panjang yang ditata sedemikian rupa di bangunan yang berada tepat di seberang asrama mereka. Bangunan itu milik Nenek Kim juga, rumah wanita yang diperkirakan Nari berumur 70 tahun yang diisi oleh Nenek Kim, suaminya dan satu cucu laki-lakinya yang masih duduk di bangku sekolah dasar.

Start Again [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang