29

332 50 6
                                    

Nari duduk di atas pasir putih Pantai Hyeopjae, memandang lurus ke arah horizon. Sore ini cuaca masih terik dan teman-temannya masih asyik bermain air di laut. Seungkwan, Joshua dan Jeonghan berada di tepian, bermain voli sedangkan ia masih ingin berdiam di sana menikmati angin sepoi-sepoi. Bukan bermaksud melow, tapi Nari jadi teringat impiannya waktu SMA untuk bisa berlibur ke Jeju bersama Joshua saat pria itu study tour. Semesta memang aneh, keinginannya itu terkabul bertahun-tahun kemudian.

Kedua mata Nari juga tidak bisa lepas dari Joshua yang mengenakan baju renang dan boxer hitam sedang tertawa dengan Jeonghan saat bola voli tidak berhasil ditangkap Seungkwan. Rambut pria itu masih lepek, ia tampak menawan--selalu menawan di mata Nari.

Lagi-lagi Nari tidak pernah paham dengan kerja semesta yang bisa membuatnya bertemu dengan Joshua di Jeju. Ya, meski Joshua sudah merencanakan pertemuan mereka setelah melihat akitvitas Nari di Facebook.

"Kau tidak mau berenang lagi?"

Nari menyipitkan mata. Di hadapannya Jihoon menyisir rambut ke belakang. Pria itu lalu duduk di sampingnya, meluruskan kaki sambil mengeringkan badan. Tubuhnya tampak bidang karena baju renang yang basah.

"Tidak." Jawab Nari sekenanya. "Kakiku agak keram tadi."

"Masih keram?"

"Sudah baikan." Jawab Nari sambil tersenyum tipis. Ia teringat hari-hari kemarin, saat Joshua mengaku cemburu saat melihatnya berduaan dengan Jihoon. Sekarang ia malah merasa awkward dengan teman kelasnya itu.

"Soonyoung mana?"

Jihoon menunjuk Soonyoung yang ikut bermain voli dengan yang lainnya. Nari menganggukkan kepala, beralih mencari Somin yang duduk di bawah payung tidak jauh dari mereka. Sempat Nari melirik Joshua, pria itu masih asyik bermain voli, tertawa dengan yang lainnya.

Pria itu tidak cemburu lagi, kan?

"Woah... tidak terasa sebentar lagi kita kembali ke Seoul." Kata Jihoon lalu menghela napas panjang.

Nari mengangguk. "Kau merasa puas tidak? Entah mengapa aku merasa belum melakukan apa-apa untuk masyarakat Bongseong."

"Sama." Jihoon menyetujui. "Tapi kau harus ingat, kita cuma ikut program organisasi. Bukan kegiatan kampus."

"Tapi ada laporan untuk kampus."

Jihoon tertawa. Nari benar. Seharusnya mereka tidak perlu mengerjakan laporan kampus, tapi karena dosen meminta, mau tak mau harus mereka kerjakan. Apalagi mereka diiming-imingi tambahan nilai karena sudah menjadi volunteer di saat liburan musim panas.

"Kata dosen, tahun depan jurusan kita bakal bekerjasama dengan Mr. Park untuk membuat program volunteer musim panas." Jelas Nari membuat Jihoon speechless. Langsung saja pria itu menepuk tangan. "Gila! Selamat dibenci adik kelas!!"

"Selamat untuk kita berempat!" Tawa Nari miris ikut bertepuk tangan.

Bayangan Nari setelah liburan musim panas adalah misuh-misuh teman seangkatan dan juniornya di kampus. Mengerikan, tapi Nari tidak bisa berbuat banyak kecuali meminta maaf kepada mereka. Nari sedikit tidak merasa bersalah, toh, itu juga bukan keinginannya.

"Kau lapar?" Tanya Jihoon setelah beberapa saat. Ia menepuk-nepuk telapak tangan yang kotor akibat pasir, tampak berniat untuk berdiri.

Nari mengangguk. "Habis berenang memang paling pas untuk makan Ramyeon."

"Betul! Ramyeon!" Jihoon menyeringai, membayangkan Ramyeon panas tersaji di hadapannya.

Karena sudah tidak sabar, Jihoon pun segera berdiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karena sudah tidak sabar, Jihoon pun segera berdiri. Ia menjulurkan tangan ke arah Nari, membantu temannya itu berdiri. Tapi Nari menolak. Gadis itu mencoba berdiri sendiri tapi tiba-tiba urat telapak kakinya tertarik.

"Aaaa.... kakiku!! Kakiku!" Seru Nari kembali terduduk.

Jihoon terkesiap dan cepat bertindak meraih kaki Nari dan memijitnya pelan. Pria itu kelihatan khawatir, dengan telaten memijit telapak kaki Nari yang menegang.

"Aaa... pelan-pelan.... pelann... Ji--aduhh..." Nari meringis. Kedua tangannya meremas pasir putih di sisi tubuhnya.

Teman-teman Nari yang baru melihat kejadian itu segera mendekat, termasuk Joshua yang langsung berjongkok di samping Jihoon. "Boleh aku yang memijitnya?" Tanya pria itu langsung.

Jihoon ingin mengelak tapi kedua tangan Joshua langsung memijit telapak kaki Nari. Tentu saja Jihoon kebingungan. Ia memperhatikan raut wajah Joshua yang sangat khawatir. Ada rasa kesal yang sempat tercipta di dadanya, tapi perasaan itu ditepisnya karena yang penting sekarang adalah temannya, Nari, baik-baik saja.

"Kak... tunggu-tunggu!!" Nari meringis.

Joshua masih memijit telapak kaki Nari dengan lembut. "Masih keram?"

Nari mengangguk, menahan sakit. "Sedikit lagi, Kak..."

"Sakit sekali?" Soonyoung berjongkok, mempertanyakan hal yang tidak penting kepada Nari hingga membuat Jeonghan dan Seungkwan menyeringai menahan tawa. Sedangkan Somin segera menjitak kepala pria itu dengan kesal.

"Yaa! Kau tidak lihat wajah Nari bagaimana!?" Hardik Somin yang sudah melipat kedua tangannya di depan dada.

Soonyoung mengerucutkan bibir. "Kan, aku hanya bertanya..."

"Ahh... sudah, Kak. Oke oke..." Nari masih meringis, meminta Joshua berhenti memijit kakinya yang sudah tidak keram. Ia sudah tidak memperhatikan debat antara Somin dan Soonyoung di dekatnya. Kakinya yang tiba-tiba keram sudah membuatnya cukup tersiksa.

"Sudah tidak keram?" Jihoon bertanya khawatir.

Nari menganggukkan kepala. Tersenyum rikuh. Rasa sakit itu masih terasa di sarafnya sampai ia tidak bisa melakukan apa-apa selama beberapa saat.

Dan Nari terkejut bukan main saat tiba-tiba tubuhnya dibopong oleh Joshua menjauh dari tepi pantai. Pria itu hanya berkata kepada teman-temannya kalau ia akan membawa Nari ke bawah payung--yang disambut suitan Soonyoung dan tepuk tangan (juga tawa jahil) Jeonghan.

"Kak..."

"Kenapa kau tidak bilang kalau kakimu masih keram?" Tanpa melihat Nari, Joshua bertanya.

"A-aku tidak tahu..."

Napas Joshua terhela. Ia mendudukkan Nari di atas terpal yang terpasang di bawah payung lalu berjongkok memperhatikan gadis itu dengan intens. "Aku tidak suka melihat Jihoon memegang bagian tubuhmu."

"K-Kak... a-aku tidak t-tah--"

Joshua mendecakkan lidah. Pria itu mencium bibir Nari cepat lalu berkata, "Maaf. Tapi aku tidak mau kita backstreet lagi."

Tidak jauh dari sepasang kekasih itu, Somin menyeringai melihat pemandangan yang mengejutkan tersebut. Di sampingnya, Jeonghan, Soonyoung dan Seungkwan tidak mampu menutup mulut. Semuanya terkesiap, begitu pula Jihoon yang refleks memegang dadanya. Mereka semua melihat pemandangan itu. Pemandangan saat Joshua mencium bibir Nari.

"Ah... kenapa aku yang deg-degan??" Seungkwan tersenyum malu, wajahnya memerah.

"Kau tidak sendiri." Kata Soonyoung sambil menelan ludah.

Somin yang mendengar percakapan itu hanya bisa menggelengkan kepala. Sedangkan Jeonghan tidak bisa menyembunyikan senyum. Ia jadi ingin ikut mengatakan sesuatu.

"Yaa... sekarang waktunya meminta traktiran dari seorang Joshua Hong!"

Start Again [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang