17

368 60 3
                                    

"Kau lelah?"

Nari mendongakkan kepala, menatap Jihoon yang menyodorkannya sebotol air mineral yang tutupnya sudah dibuka. Nari mengangguk, meraih botol itu lalu menenggak isinya hampir tandas sedangkan Jihoon duduk di sampingnya, menumpu tangan di atas tanah sambil menikmati semilir angin yang menyapa mereka di perkebunan Cabai Cheongyang.

Hari ini jadwal mereka untuk membantu panen salah satu jenis Cabai itu di perkebunan yang tidak jauh dari asrama mereka. Bahkan di tengah kebun, Soonyoung masih asyik mendorong gerobak berisi cabai-cabai hijau sedangkan Somin duduk di dekat tumbuhan itu, menghela napas panjang karena tugasnya belum usai.

"Setelah ini kita disuruh ke Balai Desa." Kata Nari sambil menutup kedua bola matanya, menikmati angin yang kembali bertiup sepoi-sepoi.

"Ada acara apa?" Jihoon bertanya, ia menatap Nari heran.

"Makan siang."

Jawaban Nari membuat senyum Jihoon terkembang. Ia menganggukkan kepala, menarik napas panjang menghirup udara Jeju yang kini tercampur bau Cabai. "Bagus. Memang harus begitu karena perutku sudah meronta."

Nari terkekeh. Ia lalu duduk bersila, menepuk-nepuk sarung tangan yang masih ia kenakan lalu memekik pada Somin yang belum juga selesai memanen pohon bagiannya.

"Yaa! Somin! Cepat! Semangat! Sisa 2 lagi!!" Seru Nari menahan tawa melihat 2 tumbuhan Cabai yang buahnya masih bergelantungan di dahan yang berada di dekat sahabatnya itu.

Somin mendecakkan lidah, diam-diam mengangkat jari tengah kepada Nari yang makin tergelak di pinggir kebun. Jihoon ikut tertawa, menaruh kedua tangan di dekat mulut lalu berseru. "Somin! Minta bantuan Soonyoung, cepat!!"

Soonyoung mendengar seruan itu. Ia mengerucutkan bibir, memeletkan lidah kepada Somin yang baru saja membuka mulut ingin meneriakkan namanya.

"Cepat lakukan sendiri, Somin!" Seru Nari menahan tawa.

Sahabatnya tidak membalas tapi kedua bola matanya berputar. Tentu saja Somin kesal. Tapi saat ini ia tidak bisa membiarkan emosinya keluar, apalagi ada tanggujawab yang masih ia emban sekarang.

"Kalian sudah selesai?"

Nari dan Jihoon segera menolehkan kepala, melihat Joshua dan Jeonghan duduk di gerobak besar yang ditarik oleh traktor--yang dikendarai oleh seorang warga senior Bongseong. Traktor itu berhenti di sana, menurunkan Joshua yang berjalan menghampiri Nari dan Jihoon.

"Somin dan Soonyoung masih bekerja." Jawab Jihoon sambil menunjuk kedua temannya di lahan perkebunan.

"Ah... kita akan tunggu di sini." Kata Joshua lalu duduk di samping Nari yang tiba-tiba jadi diam mematung di posisinya.

" Kata Joshua lalu duduk di samping Nari yang tiba-tiba jadi diam mematung di posisinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mr. Park ke mana, Kak?" Jihoon bertanya, menolehkan kepalanya ke Joshua yang memperhatikan perkebunan dengan seksama. Nari jadi harus memundurkan tubuhnya agar kedua manusia itu bisa berbicara dengan mudah.

"Sudah di Balai Desa dengan yang lainnya. Katanya, Warga senior masak besar, aku tidak bisa membayangkan makanannya akan bagaimana." Ujar Joshua dengan senyuman yang mengembang sempurna, pria itu tampak tidak sabar ingin cepat-cepat ke Balai Desa, begitu pula dengan Jihoon.

"Yaa! Somin! Kau sudah selesai, belum!?" Jihoon memekik kembali, membuat Somin mendelik ke arahnya dengan tangan yang penuh dengan Cabai.

"Biar aku bant--"

"Kau di situ, biar aku yang bantu Somin." Kata Jihoon menahan bahu Nari yang ingin berdiri menghampiri sahabatnya.

Dan pergilah Jihoon menghampiri Somin, meninggalkan Nari yang harus duduk berduaan dengan Joshua. Padahal ia sengaja ingin membantu Somin agar bisa kabur dari pria itu. Dewi Fortuna memang sedang tidak berada di sisinya sekarang.

"Mana tanganmu?"

Nari mengerutkan dahi, ia menatap Joshua penuh tanya tapi tetap mengangkat kedua tangannya di depan pria itu.

Joshua yang mengenakan farmer overall tersenyum kecil, ia melepas sarung tangan Nari lalu membersihkan tangan gadis itu dengan air dari botol minuman yang ia bawa. Tidak berhenti di situ, Joshua juga mengeringkannya menggunakan serbet yang dibawanya di dalam kantong baju dan mengusap tangan Nari dengan handcream.

"Biar tanganmu tidak kepanasan setelah memanen Cabai." Kata Joshua telaten. Nari mengangguk patuh, menepuk-nepuk tangannya yang terasa lembab karena handcream itu.

"Sumpah, ya, kalau kalian tidak balikan, aku akan membunuh salah satu dari kalian."

Bulu kuduk Nari meremang. Ia mendongak, menatap Jeonghan yang sudah berdiri di sampingnya, memandang ke perkebunan Cabai. Karena takut, Nari refleks menggeser posisi hingga jadi lebih dekat dengan Joshua. Ia sadar sudah terlalu dekat dengan pria itu saat deru napas Joshua mengenai kulit pipinya.

"Yaa! Kau membuatnya takut!" Tegur Joshua, menepuk betis Jeonghan menggunakan botol air yang kosong.

Jeonghan mendecakkan lidah, menyembunyikan senyum jahil saat melihat Nari dan Joshua yang duduknya terlalu menempel.

"Kalian apa tidak gemas dengan diri sendiri? Jujur saja! Perasaan kalian masih ada, kan, satu sama lain?" Cecar Jeonghan lagi.

Nari menelan ludah. Ia ingin sekali beranjak dari tempat itu tapi tubuhnya terkunci antara Jeonghan dan Joshua. Sedangkan Joshua sendiri hanya bisa menghela napas panjang. Entah sudah berapa kali ia mengajak Nari balikan, tapi gadis itu tidak pernah menjawabnya.

"Haah... kenapa aku jadi kesal, ya?" Racau Jeonghan heran. "Tapi, biarkan aku kasih saran untuk kalian berdua. Daripada menahan perasaan satu sama lain, lebih baik kalian jujur. Atau kalau mau mengetes perasaan, coba kalian ciuman. Aku yak--"

"Kak, kau bisa diam tidak?" Nari bertanya kesal. Wajahnya memerah karena emosi dengan tingkah dan saran Jeonghan yang tidak masuk akal itu.

Joshua yang tahu perangai Nari buru-buru memberi kode kepada Jeonghan untuk diam. Pria itu kemudian menepuk bahu Nari pelan, menunjuk Somin dan Jihoon yang tengah berjalan di tengah kebun sambil menenteng karung berisi Cabai.

"Mereka lucu, ya, Nari? Soonyoung ke mana, ya?" Tanya Joshua berusaha mengalihkan perhatiannya.

Nari mendesah, ia terpaksa mengalihkan tatapannya ke tengah kebun, menonton Somin dan Jihoon. Kalau Joshua tidak menahannya, mungkin sekarang ia dan Jeonghan akan beradu mulut di tengah perkebunan milik warga.


P.s

Hellooo!!
How ya doing these days??
Semoga selalu baik yaa

Aku muncul ingin meminta maaf kalau selama ini ada buat salah atau cerita aku ada yang menyinggung. Menulis buat aku adalah hobi dan berharap tulisan aku bisa menghibur kamu.

Selama Ramadhan nanti, aku tetap menulis dan tetap update. Tapi waktu update-nya akan berubah menjadi setelah Maghrib.

Semoga kamu selalu enjoy dan sehat, ya.
Semangat terus!!❤❤

Start Again [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang