16

386 58 4
                                    

"Kau bertemu dengan Jisoo?"

Nari mengernyitkan dahi. Bukan ditanya mengenai kabar, Ibunya malah langsung bertanya soal Jisoo a.ka Joshua begitu telepon ia terima. Gadis yang tengah duduk di teras asrama sambil memandang langit yang penuh dengan bintang itu mendesah, membalas pertanyaan Ibunya dengan suara yang lemas. "Iya, Ibu."

"Kenapa tidak bilang kalau kau janjian dengan Jisoo ke Jeju? Dia lagi liburan?" Suara Ibunya terdengar bersemangat. Nari yakin, kabar soal Joshua didapatkan Ibunya dari orangtua Joshua sendiri.

"Aku tidak janjian, Ibu. Kami nggak sengaja ketemu. Dia juga jadi volunteer." Jawab Nari masih malas. Ia sedikit kesal karena dari nada suara Ibunya, perempuan itu sama sekali tidak mengkhawatirkan anaknya yang berada di Pulau Jeju, malah semangat menanyakan anak orang lain.

"Serius? Wah... Jisoo memang keren. Anak itu selalu berbuat baik. Kau baik-baik, ya, sama dia. Pasti senang, kan? Akhirnya bertemu dengannya."

Nari mendecakkan lidah pelan. "Ibu nggak nanya kabarku?"

"Kau kelihatan baik-baik saja, jadi Ibu tidak khawatir."

"Ibu...." Nari merengek, membuat Ibunya tertawa renyah.

"Bagaimana Jeju? Kegiatanmu lancar, kan?"

"Lancar, Ibu. Tadi aku jalan-jalan ke pantai dengan Kak Jisoo. Ternyata Bubur Abalone asli Jeju beneran enak. Ibu harus mencobanya langsung di sini." Dengan lancar Nari bercerita. Gadis itu selalu suka bercerita banyak dengan Ibunya dan sudah menjadi kebiasaannya pula sejak kecil.

"Apa tahun depan kita susun rencana liburan ke sana, ya, Nari? Ibu jadi ingin."

"Jangan tahun depan Ibu..." rengek Nari sambil menggerak-gerakkan kaki gemas.

"Kenapa? Lagian tahun ini Ibu tidak bisa pergi ke mana-mana."

"Ibu harus ingat! Tahun depan aku harus magang, Ibu... aku pasti tidak punya banyak waktu libur." Keluh Nari yang bibirnya sudah mengerucut. Ada perasaan sedih saat mengingat dirinya bukan anak kecil yang punya banyak waktu senggang. Ada banyak hal yang harus dilakukannya di semester depan, apalagi Nari ingin magang di luar negeri.

"Jadi, kapan? Apa Ibu harus berangkat sekarang juga?"

Nari terkekeh. "Tunggu aku lulus."

"Lama." Ibunya mendesis. Lalu ikut bercerita tentang hal yang dilakukannya di Seoul. Nari mendengarkan dengan khidmat, senang karena selama berteleponan dengan Ibunya, ia merasa jadi lebih rileks.

Saat asyik berteleponan, Nari dikejutkan oleh seseorang yang tiba-tiba duduk di sampingnya. Mata gadis itu melebar, melihat Joshua tersenyum memandangnya intens.

"S-I-A-P-A?" Tanya Joshua tanpa suara.

"I-B-U." Jawab Nari yang juga tanpa suara. Pria itu menganggukkan kepala, ia mendekatkan telinganya ke ponsel Nari hingga membuat kepala mereka bersinggungan.

Sikap Joshua membuat Nari terhenyak. Ia jadi tidak fokus dengan pembicaraan Ibunya karena jantung yang berdegup terlalu kencang.

"Hai, Ibu!" Tiba-tiba Joshua berseru.

"Jisoo!? Itu suara Jisoo??" Ibunya berseru kaget.

Nari mendecakkan lidah. Ia menjauhkan kepalanya dari Joshua lalu memberikan ponsel itu kepadanya.

"Hai, Ibu! Ini Jisoo!" Dengan semangat Joshua menyapa Ibunya. Nari memperhatikan pria itu, melipat kedua tangan di depan dada, merasa sangsi mengapa pria itu tidak pernah berubah bahkan di saat mereka sudah tidak bertemu selama 4 tahun lamanya.

Start Again [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang