Langit tampak gelap saat Nari memandang keluar jendela kelas. Saat ini, ia bersama Somin tengah mengajar mata pelajaran Matematika untuk anak-anak kelas 3 Sekolah Dasar Bongseong. Meskipun libur, mereka diharuskan masuk hari ini untuk mendapatkan pengajaran dari para volunteer. Bukan hanya anak kelas 3, tapi beberapa kelas lainnya yang masing-masing diajar oleh tim volunteer yang disusun Mr. Park.
Awalnya Somin ingin bersama Jeonghan, tapi begitu tahu pria itu akan mengajar Matematika untuk anak kelas 6, gadis itu pun mundur. Melegakan Nari. Karena kalau Somin dengan Jeonghan, maka ia akan berpasangan dengan Joshua.
"Mau hujan, ya?" Somin bertanya sambil menyikut pinggangnya.
Nari mengangguk, mengalihkan pandangan ke seisi kelas yang tidak begitu ramai. Hanya ada 8 anak kelas 3 dan semuanya asyik mengerjakan latihan yang diberikan.
"Untung saja hari ini tidak ada kegiatan di luar kelas." Kata Nari kemudian berjalan ke depan kelas, ia memandang anak-anak itu, memastikan tidak ada yang membutuhkan bantuannya.
"Kalau tidak paham bisa angkat tangan, ya!" Seru Nari dengan suara yang ramah. Para anak-anak itu mengangguk, lalu dua orang mengangkat tangan.
Dengan cekatan Nari menghampiri anak yang paling dekat dengannya, sedangkan Somin menghampiri anak yang lain. Keduanya cukup baik dalam mengajari anak-anak itu, entah karena anak kelas 3 sudah mulai bisa diatur atau memang karena jumlahnya yang tidak begitu banyak.
Proses pengajaran itu tidak lama, Mr. Park hanya memberi mereka waktu dua jam. Begitu latihan selesai, Nari dibantu Somin mengoreksi apa yang dikerjakan anak-anak lalu memberikan lembar latihan kembali untuk dipelajari oleh mereka di rumah.
"Kalian sudah selesai?" Kepala Soonyoung menyembul dari balik pintu kelas.
Somin dan Nari kompak mengangguk. Anak-anak sudah berlarian keluar daritadi, pulang lebih dahulu sebelum hujan menyapa. Kedua gadis itu juga segera beranjak setelah membereskan peralatan tulis mereka, menghampiri Soonyoung dan Jihoon yang menunggu di depan kelas untuk berjalan bersama keluar gedung sekolah, menemui Mr. Park dan volunteer lainnya yang sudah menunggu di sana.
"Jeonghan dan Joshua belum selesai, ya?" Tanya Mr. Park sambil menengadah ke atas, melihat langit yang makin gelap karena awan hitam saat Nari dan teman-temannya datang menghampiri. Suara geluduk pun sempat terdengar, menaikkan bulu kuduk Nari yang segera memeluk diri.
"Anak kelas 6 sudah keluar, Mr. Park. Kayaknya mereka sedang beres-beres." Ujar Seungkwan kemudian.
Mr. Park pun menganggukkan kepala, memutuskan menunggu dua mahasiswa itu untuk pulang bersama. Somin yang merasa khawatir dengan cuaca yang makin buruk menengadahkan tangan, memastikan hujan belum turun. Sedangkan Soonyoung dan Jihoon masih berbincang seru tentang anak kelas 4 yang mereka ajari tadi. Dan Nari yang masih memeluk diri, ia cemas karena Joshua dan Jeonghan terlalu lama membereskan barang.
"Maaf, Mr. Park!" Jeonghan berlari kecil menghampiri mereka di teras gedung sekolah. Pria itu tersenyum kikuk. "Kami mencari kalian... ternyata kelas sudah sepi."
"Tidak apa-apa. Ayo! Sebelum hujan turun!" Seru Mr. Park langsung melangkahkan kaki, berjalan pulang di tengah gelapnya langit.
Semua volunteer pun mengikuti dan seperti biasa, rombongan akan terbagi menjadi dua. Rombongan pertama yang berjalan lebih dahulu adalah Mr. Park, dua volunteer senior, Jeonghan dan Joshua serta Somin yang tidak ingin lepas dengan Jeonghan. Sisanya berada di belakang rombongan itu. Ikut berjalan cepat karena tidak ingin bertemu dengan hujan.
"Kau kedinginan, Kak?" Tanya Seungkwan khawatir saat melihat Nari memeluk dirinya daritadi.
Nari menggeleng. Wajahnya agak pias. "Aku takut sama petir, Seungkwan."
"Suara geluduknya memang besar, sih. Apalagi kita ada di tempat yang lebih tinggi." Jelas Seungkwan sama sekali tidak membuat Nari tenang. Gadis itu malah kepikiran dengan petir yang bisa saja menyambar mereka kapan saja.
Langkah Nari pun jadi sedikit lebih cepat tapi ia tiba-tiba berhenti karena bulir hujan mengenai wajahnya.
"Lari!! Nari!!!" Seru Soonyoung yang sudah berlari melewatinya disusul Jihoon dan Seungkwan.
Kedua mata Nari melebar, ia ikut berlari menyusul teman-temannya sambil menaruh telapak tangan di depan dahi, menghalau air hujan agar tidak mengenai mata. Di saat begini, jarak asramanya jadi terasa lebih jauh apalagi mereka baru saja keluar gerbang sekolah. Lapangan Sekolah Dasar Bongseong memang terlalu besar.
"Ayo, Nari!"
Nari terperanjat saat tangannya ditarik seseorang. Tapi ia tidak punya waktu untuk berhenti berlari sehingga yang bisa dilakukannya hanya menengadahkan kepala, melihat pria yang sudah berlari di sisinya sambil menaruh tangan di atas kepala Nari untuk menghalau air hujan. Pria itu, Joshua Hong.
Joshua tersenyum kecil, ia fokus melihat jalan di depan. Salah satu tangannya juga berada di depan dahi, menghalau air hujan ke matanya sendiri.
Pemandangan itu segera mengingatkan Nari akan masa lalunya. Beberapa tahun lalu saat ia dan Joshua berlari dari halte bus menuju rumah di tengah hujan saat mereka pulang sekolah. Keduanya berlari bersama, menahan tawa di bawah hujan yang deras. Di bawah mantel sekolah Joshua yang dibiarkan basah agar kepala mereka tidak terkena air hujan.
"Hujannya deras sekali!" Sungut Somin sambil memperbaiki rambutnya yang lepek begitu ia sampai di teras asrama.
"Sepertinya kita tidak bisa ke mana-mana hari ini." Kata Mr. Park yang juga asyik memperbaiki rambut dan memastikan tas yang dibawanya tidak kebasahan.
"Nari! Joshua!! Cepat!!" Di sisi lain Jeonghan berseru, memanggil Nari dan Joshua yang menjadi rombongan terakhir yang sampai di asrama hingga semua mata tertuju kepada mereka.
Kedua orang itu buru-buru menaiki tangga kecil ke teras asrama, merapikan rambut yang lepek dan menaruh tas mereka ke depan pintu asrama. Saat Nari sibuk memeras air dari bajunya yang basah, tiba-tiba tangan Joshua terjulur mengusap pipinya yang basah. Pria itu juga dengan telaten mengeringkan rambut Nari menggunakan handuk yang diberikan Jeonghan beberapa detik yang lalu.
Semua orang yang menonton pemandangan itu mengunci mulut dengan rapat. Lidah mereka tercekat saking terkejutnya dengan keromantisan yang terjadi di depan mata mereka.
"Woahh... bulu kudukku." Ujar Somin sambil berjalan dari dalam asrama perempuan. Ia membawa handuk untuk diberikan kepada Nari, yang didekapnya erat-erat karena merasa sahabatnya itu tidak lagi membutuhkan benda tersebut.
Nari yang masih belum sadar masih menundukkan kepala. Membiarkan Joshua mengusap kepalanya menggunakan handuk. Begitu pula Joshua yang tak mengindahkan tatapan di sekitarnya.
"Sudah kering." Kata Joshua lembut, menepuk-nepuk handuk yang dibiarkannya berada di puncak kepala Nari.
"Terima kasih." Balas Nari seakan hal itu masih menjadi kebiasaan mereka.
Nari benar-benar tersadar saat ia mengangkat kepala, melihat semua orang menganga menatapnya bersama Joshua. Jantung Nari yang baru saja tenang setelah kegiatan lari kembali terpompa kencang. Langkahnya bergerak mundur, sedikit menjauhi Joshua. Ditatapnya Mr. Park dengan kikuk.
"Emm... Mr. Park, kita boleh masak
Ramyeon, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Start Again [Complete]
Fiksi PenggemarDipertemukan dengan mantan di Pulau Jeju saat liburan Musim Panas. Akankah hati Nari baik-baik saja? Atau malah porak-poranda?