Penerbangan menuju Jeju International Airport tidak begitu lama. Kurang lebih hanya memakan waktu selama satu jam menggunakan pesawat dari Bandara Gimpo. Nari dan teman-temanya sudah memegang koper masing-masing, kecuali Jihoon yang terpaksa membawa koper Somin karena gadis itu merengek meminta pertolongannya saat menunggu bagasi. Keempat mahasiswa itu berdiri bersisian di pinggir teras bandara, menunggu Mr. Park--mentor volunteer yang akan menjemput mereka.
"Mr. Park sudah kau hubungi?" Somin bertanya pada Nari, gadis itu duduk di atas kopernya, melipat kedua tangan di depan dada.
"Sudah." Jawab Nari, menatap ketiga teman-temannya sekilas. "Mr. Park sudah dekat."
"Dia bawa mobil apa?" Tanya Soonyoung penasaran.
"Aku tak tahu. Yang jelas bukan mobil sedan." Jawab Nari sekenanya. Pertanyaan Soonyoung tidak penting bagi Nari tapi selama menunggu Mr. Park ia butuh ngobrol juga.
"Awas saja kalau pick up. Kau pernah nonton, kan? Kalau di desa-desa mereka kebanyakan pakai mobil pick-up!" Seru Somin ketakutan. Ia menggigit kuku, tampak khawatir kalau mereka beneran dijemput menggunakan mobil Pick Up.
Nari memutar kedua bola mata. "Kita tidak ke desa yang terbelakang, Somin. Kau lihat? Jeju tidak seterbelakang itu!"
"Tapi kita kan mau ke desa." Lesu, Somin berkata.
"Desa Aewol cukup besar sebenarnya. Kita ke salah satu kawasan yang sudah lumayan maju. Rumah-rumah di sana kebanyakan dipakai untuk tempat tinggal turis juga, Somin. Kau tidak perlu khawatir." Jelas Jihoon tiba-tiba, ia kasihan melihat Nari yang tampak kesal dengan Somin yang selalu berpikiran negatif soal kegiatan Volunteer mereka.
"Kau yakin? Memangnya kau pernah ke sana?" Cecar Somin ragu.
"Itu pentingnya research sebelum memutuskan sesuatu, Somin. Aku sudah melihat-lihat kegiatan Jeju Youth Volunteers di Facebook mereka, salah satu organisasi yang aktif hingga sekarang menurutku." Jawab Jihoon santai membuat Somin mengerucutkan bibir, tidak ada yang bisa dielaknya.
"Jihoon memang keren." Ucap Soonyoung sambil mengangkat kedua jempolnya ke udara. Nari mengamini.
"Somin, aku harap kau tidak banyak mengeluh, ya. Ini, kan sudah keputusanmu." Nari kemudian memperingatkan hingga membuat Somin mendengus.
~~~
Di sepanjang jalan menuju lokasi penginapan, Nari diperlihatkan pemandangan indah pedesaan kecil, laut dan beberapa bangunan modern di Jeju. Ada Doldam, bebatuan yang tersusun rapi di sisi jalan yang menjadi ciri khas Jeju. Bebatuan yang tidak hanya ada di sisi jalan, tapi juga di depan bangunan dan di setiap sisi kebun yang ada di sepanjang perjalanan mereka. Doldam itu bukan hanya pagar batu biasa, masyarakat Jeju sengaja membangun Doldam untuk menghalau angin yang cukup kencang di Pulau Jeju. Hal itu pernah dibaca Nari di sebuah website di internet sebelum ia memutuskan untuk mengikuti kegiatan Volunteer.
Sama seperti Jihoon, Nari pun mencari tahu banyak hal berkaitan Jeju sebelum mereka berangkat. Ia sampai mengecek apa saja masalah yang timbul dalam keseharian orang-orang yang tinggal di sana. Satu masalah yang masih sulit untuk dihalau adalah banyaknya anak muda Jeju yang memutuskan untuk pindah ke Seoul untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik. Tidak salah sebenarnya, tapi hal itu membuat Jeju kebanyakan dihuni oleh orang tua. Makanya ia memutuskan untuk menjadi volunteer bagi anak-anak sekolah di sana.
Meski tidak bisa menyelesaikan masalah itu sepenuhnya, setidaknya Nari sudah menjadi satu bagian dari usaha perubahan. Lagipula Jeju tidak buruk-buruk amat untuk ditinggali selama liburan musim panas.
Nari bahkan keasyikan melihat pemandangan selama perjalanan mereka ke wilayah Aewol, sampai hampir lupa kalau ia ke Jeju bukan untuk berlibur.
"Kalian jangan khawatir... Kalian tidak akan bekerja setiap hari, kok. Nanti ada hari di mana kalian bisa berlibur di Jeju." Mr. Park memecahkan kesunyian yang timbul di mobil saat keempat mahasiswa asal Seoul itu terhanyut melihat pemandangan Jeju.
Nari tersenyum kecil. "Terima kasih, Mr. Park. Tolong bimbing kami dalam kegiatan ini."
"Tidak ada yang harus dibimbing. Kalau kalian punya keinginan untuk membantu itu sudah cukup." Kata Mr. Park sambil tertawa. "Malah kami yang harus berterima kasih dengan kalian. Setidaknya kami punya bantuan dari Yonsei untuk membantu anak-anak di Bongseong."
Ucapan itu membuat Nari ingin mengelak, apalagi saat Mr. Park menyebut Yonsei sebagai tempat mereka berkuliah. Ia enggan sekali membawa nama kampus dalam kegiatannya kali ini tapi tidak bisa karena Mr. Park sudah menghubungi salah satu dosen mereka saat ia dan ketiga temannya mendaftar kegiatan Volunteer.
"Mr. Park! Dari asrama kami nanti, untuk ke pusat kota dekat tidak?" Somin tiba-tiba memajukan badan agar bisa berbicara lebih dekat dengan Mr. Park. Kepalanya menyembul di antara kursi pengemudi dan kursi penumpang yang diduduki oleh Mr. Park dan Soonyoung.
"Tidak begitu jauh, 20 menit saja ke Hallim." Kata Mr. Park. "Meskipun daerah yang kita tempati berada di kawasan Aewol, tapi untuk ke kota, Hallim lebih dekat."
"Dua puluh menit!? Ada bus?" Somin membelalakkan mata.
Mr. Park menggaruk tengkuknya. "Bus ada... tapi bisa lebih lama. Nanti kalian bisa gunakan mobil ini untuk ke Pusat Kota. Jangan khawatir."
Nari dan Jihoon kompak menghela napas. Kedua manusia yang duduk di dekat Somin itu segera menarik teman mereka untuk duduk kembali. Nari buru-buru mengatakan sesuatu agar Mr. Park tidak menganggap mereka menyusahkan. "Santai saja, Mr. Park. Lagipula di dekat asrama masih banyak toko kelontong, kan?"
"Tentu saja. Masyarakat di sana sudah banyak yang membuka toko-toko kecil selain berkebun."
"Apa kita juga bisa membantu masyarakat yang berkebun?" Soonyoung bertanya.
"Iya, salah satu kegiatan kalian membantu masyarakat berkebun, kok. Untuk bulan ini ada beberapa tanaman cabe dan semangka yang sudah siap panen." Jelas Mr. Park membuat senyum Soonyoung mengembang.
"Aku suka semangka!" Seru Soonyoung.
"Nanti beri dia pekerjaan yang berat-berat saja, Mr. Park. Dia sangat bersemangat dan suka mengangkat barang." Komentar Jihoon membuat Nari tertawa. Soonyoung memekik, "Yaa! Bukannya itu kau!"
"Santai... kalian tidak akan bekerja terlalu berat, kok. Kalian, kan fokus membantu anak-anak Bongseong."
"Tidak apa-apa, Mr. Park. Untuk Jihoon dan Soonyoung, Mr. Park bisa suruh apa saja. Mereka sudah siap membantu." Kata Nari setengah bercanda.
Jihoon dan Soonyoung malah kompak mengangguk. Kedua pria itu tampak tidak masalah untuk membantu apapun di luar tugas mereka selain mengajari anak-anak. Apalagi Soonyoung yang tiba-tiba bertanya tentang kebiasaan warga senior di Bongseong. Ia katanya ingin sekali membantu warga-warga di sana.
"Setiap minggu para orangtua suka berkumpul di pusat desa untuk berpesta." Kata Mr. Park sambil tertawa. "Kau mungkin bisa membantu mereka."
"Pesta?"
"Temani mereka ngobrol. Biasanya mereka senang sekali kalau ada anak muda yang mengajak mereka berbicara berjam-jam."
"Soonyoung ahlinya!" Celetuk Jihoon diamini Nari dan Somin.
"Ahh... aku siap ikut pesta itu, Mr. Park. Nanti beritahu aku kapan saja pestanya diadakan, ya." Kata Soonyoung membuat Mr. Park dan teman-temannya tertawa. Mr. Park pun mengangguk, menyetujui tawaran Soonyoung.
"Mr. Park... kalau berkebun, aku boleh tidak ikut nggak?" Tanya Somin tiba-tiba.
Nari menepuk jidat. Ia ingin sekali menurunkan Somin di tengah jalan. Temannya yang satu itu memang menyebalkan. Sangat menyebalkan sampai ia menyesal memberitahu rencananya mengikuti kegiatan Volunteer ke Jeju.
KAMU SEDANG MEMBACA
Start Again [Complete]
FanfictionDipertemukan dengan mantan di Pulau Jeju saat liburan Musim Panas. Akankah hati Nari baik-baik saja? Atau malah porak-poranda?