24

329 55 0
                                    

"Dua hari yang lalu kita mengajar anak-anak Bahasa Inggris, kan?" Nari bertanya retoris pada Jihoon yang duduk di sampingnya, tengah membuka laptop untuk mengetik jurnal yang akhirnya bisa ia kerjakan bersama Nari di teras asrama selama menunggu teman-teman mereka kembali dari Aewol.

Jihoon mengangguk. "Materinya masih materi dasar, kan?"

Nari mengangguk. Kedua matanya fokus menatap layar laptopnya sendiri, mengetik kegiatan yang mereka lakukan dua hari yang lalu di Sekolah Dasar Bongseong. Ia senang bisa ditinggal ke Aewol oleh teman-temannya, setidaknya sekarang ia bisa produktif mengerjakan tugas bersama Jihoon. Dan Nari merasa beruntung ditinggal berdua dengan Jihoon, karena kalau ditinggal bersama Somin atau Soonyoung, ia tetap tidak bisa mengerjakan tugasnya. Apalagi ditinggal bersama Joshua.

"Sedikit lagi!!" Jihoon tampak bersemangat, ia sedikit memekik, meninju udara kosong sebelum kembali mengetik jurnalnya.

Nari jadi ikut bersemangat. Gadis itu juga berseru kecil, mempercepat gerakan tangannya di atas keyboard laptop. "Sisa fotooo!! Foto bisa dimasukkan terakhir, kan?"

"Beberapa foto masih ada di Mr. Park! Jangan lupa kau minta nanti!"

"Oke! Copy that! Selesai!!" Nari mengangkat kedua tangannya di udara begitu jurnalnya selesai ia kerjakan. Jurnal yang sebenarnya belum benar-benar selesai karena ia masih punya waktu lama di Bongseong.

"Aku juga! Yes! Aku bisa beristirahat dengan tenang!" Seru Jihoon penuh semangat sambil membaringkan badannya di atas lantai teras. Nari tertawa, memperhatikan Jihoon yang menutup kedua matanya rapat sambil tersenyum lebar.

"Kau sudah simpan file-nya?" Tanya Nari yang baru teringat hal penting itu. Ia segera kembali fokus ke laptop, menyimpan file, bahkan mengirimkannya ke email agar memiliki cadangan kalau-kalau terjadi hal buruk dengan laptopnya.

Jihoon mendesah, ia mengangkat tubuhnya dengan malas lalu melakukan hal yang sama dengan Nari.

"Mau dicocokkan?" Ajak Nari kemudian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mau dicocokkan?" Ajak Nari kemudian.

Jihoon menganggukkan kepala, ia bergeser lebih dekat dengan Nari agar bisa melihat layar laptop gadis itu. Lalu keduanya mencocokkan data jurnal dengan serius agar tidak ada yang salah. Saking seriusnya, kedua manusia itu tidak sadar kalau pagar asrama terbuka.

"Yaa!! Kalian lagi apa!!"

Suara Soonyoung yang menggelegar membuat Nari dan Jihoon terkesiap. Keduanya segera mengangkat kepala hingga dahi mereka terbentur satu sama lain. Nari meringis, ia ingin mengusap dahinya yang terasa sakit tapi tangan Jihoon sudah mengusapnya lebih dulu.

"Maaf... maaf..." Kata Jihoon. "Soonyoung sialan!"

"Hahahaha! Kalian lagi apa!?" Tawa Soonyoung sambil berjalan mendekati dua kawannya itu.

"Jurnal!" Seru Jihoon kesal, menepuk bahu Soonyoung cukup kencang sambil meringis menahan perih di dahinya.

Nari masih menyipitkan mata, mengusap dahi yang masih perih begitu tangan Jihoon sudah tidak berada di sana. Saat kedua matanya bisa melihat dengan jelas, ia beradu tatap dengan Joshua. Pria itu membawa dua kantong plastik besar, berjalan masuk ke asrama dengan wajah datar.

Dada Nari rasanya sesak. Ia tidak suka wajah datar Joshua dan merasa ada yang salah dengan dirinya.

Tapi lingkungan asrama kembali ramai, teman-temannya sudah berkumpul di sana termasuk Mr. Park bahkan Seungkwan, Nari pun hanya bisa menahan diri untuk tidak menghampiri Joshua. Gadis itu mengalihkan tatapan ke Soonyoung yang misuh-misuh soal jurnal sekarang.

"Makanya kerjakan!" Seru Nari pada Soonyoung yang merangut di hadapannya.

"Somin!! Kau belum mengerjakannya, kan?" Soonyoung berseru, berbalik pada Somin yang melipat kedua tangan di depan dada, menatap Nari dengan nanar di samping Jeonghan.

"Aku tidak peduli." Ujar Somin ketus.

"Bagus! Kau memang teman terbaikku, Somin!"

~~~

"Bodoh." Hardik Somin pada Nari yang kini menyelimuti dirinya dengan selimut di atas kasur. Gadis itu kesal saat melihat Nari dan Jihoon memperlihatkan kemesraan di depan Joshua secara tidak sadar. Apalagi setelah melihat ekspresi wajah Joshua yang datar.

"Mana aku tahu akan begitu! Harusnya kau marah ke Soonyoung!" Seru Nari tidak terima.

"Iya... tapi kau tetap bodoh!"

Nari mendecakkan lidah. Ia tidak merasa bersalah kali ini tapi hatinya tetap tidak tenang apalagi Joshua tidak menyapanya seharian, membalas pesannya pun tidak. Nari khawatir luar biasa dan berusaha menahan diri untuk tidak menghubungi Joshua secara membabi-buta.

"Coba kalau kalian tidak backstreet, kejadian begitu tidak bakal ada!"

"Tapi aku akan jadi bulan-bulanan kalian!!"

Somin mendelik tajam pada Nari. Tidak percaya dengan apa yang diungkapkan sahabatnya itu. "Yaa! Kenapa mentalmu lemah sekali, sih? Kalau digoda, ya, terima saja... toh kalian bahagia bisa pacaran."

"Yaa! Aku ke sini untuk jadi volunteer! Bukan jadi korban perundungan kalian!"

"Terus? Kau tetap jadi volunteer meski digoda, kan? Lagipula orang-orang akan tidak peduli kalau sudah lelah menggoda kalian." Jelas Somin dengan nada tajam. Membuat dada Nari terasa panas, ia kesal juga mendengar penjelasan Somin yang tidak memahami perasaannya.

"Kau berkata dengan mudah karena tidak tahu perasaanku, kan? Bagaimana aku bisa fokus bekerja kalau kalian membuatku risih?"

"Bagaimana dengan perasaan Kak Joshua? Kau berpacaran dengannya tapi tidak paham dengan perasaannya, kan!?"

Lidah Nari tercekat. Ia ingin membalas Somin tapi pertanyaan retoris gadis itu membuatnya skakmat.

"Kau bayangkan saja, disuruh backstreet, terus melihat pacarmu sendiri berduaan dengan pria lain di asrama. Mau marah tapi tidak ada yang boleh tahu soal hubungan kalian. Aku kalau jadi Kak Joshua, mungkin aku akan menyerah." Lanjut Somin membuat dada Nari makin terasa sakit. Sahabatnya itu benar dan ia tidak punya alasan untuk mengelaknya.

Somin yang masih bersidekap di atas kasurnya memandang Nari dengan gemas. Gadis itu lalu menendang kasur Nari pelan. "Yaa! Cepat bangun!"

"Buat apa??"

"Yaa! Kau gila? Kau ini mau didiamkan Kak Joshua sampai kapan!?"

"Tapi sudah malam... Kak Jisoo bahkan tidak membalas pesanku sampai sekarang!"

"Jisoo?"

Nari memutar kedua bola matanya. "Joshua. Nama Koreanya Jisoo."

Somin ber-ah-ria. Ia menganggukkan kepala lalu menjulurkan tangan ke Nari.

"Kenapa?"

"Ponselmu!"

"Buat apa!?"

"Menghubungi Kak Jisoo!"

Start Again [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang