9

438 69 18
                                    

Pernyataan Joshua tadi pagi membuat Nari jadi ingin terbang kembali ke Seoul. Ia ingin pergi, mengindahkan tanggungjawabnya sebagai volunteer di Jeju asalkan bisa jauh dari pria yang dapat membuat perutnya bergerumul aneh itu. Tapi tidak bisa. Nari tidak bisa pergi karena alasan itu. Ia hanya bisa menghindari Joshua, menyibukkan diri dengan kegiatan volunteer meski kepala dan hatinya selalu memikirkan manusia yang berganti nama menjadi Joshua Hong itu selama satu bulan.

Satu bulan. Nari bahkan baru menginjakkan kaki di Pulau Jeju kurang dari seminggu. Gadis itu tidak tahu akan bagaimana perasaan dan hatinya selama itu, yang jelas ia berharap akan baik-baik saja.

"Kau bicara apa saja dengan Kak Joshua? Jadi balikan?" Somin mencecarnya dengan tanya saat keduanya tengah berbaring di kasur masing-masing. Nari baru saja mematikan lampu, berniat tidur cepat karena besok mereka harus bangun pagi untuk membantu warga Bongseong untuk bersih-bersih lingkungan mereka.

"Balikan apanya!?" Nari mendengus tapi Somin menggodanya.

"Aku melihat Kak Joshua mengusap kepalamu. Jangan mengelak, ya..." Somin berseru gemas tapi Nari menghela napas panjang.

"Tidak ada apa-apa. Dia... mungkin hanya terbiasa mengusap kepalaku."

"Yaa! Memangnya kalian tidak bertemu sejak kapan!? Bagaimana bisa ia masih terbiasa melakukan hal itu padamu? Kalian mantan, kan!?"

Nari mendesis, menyuruh Somin untuk mengecilkan suara. Ia tidak tahu kapasistas dinding kamar mereka dalam menahan gelombang suara. Tentu saja ia tidak ingin suara Somin terdengar sampai kamar senior volunteer mereka. Bisa-bisa ia kena tegur, ditambah bahan gosip tentang dirinya bisa bertambah di antara para volunteer.

"Aku nggak buta, ya, Nari. Kelihatan, kok, kalau Kak Joshua masih menyukaimu." Kali ini Somin berkata dengan suara yang lebih kecil.

"Dia hanya kaget saja. Tunggu saja sampai dia terbiasa." Kata Nari mencoba tenang meski hatinya juga ingin mengiyakan kata-kata Somin.

Somin bisa jadi benar karena tadi pagi Joshua mengajaknya balikan. Tapi Nari masih belum bisa mempercayainya. Bagaimana bisa seorang Joshua masih ingin balikan dengannya setelah sekian lama? Bahkan Nari yang harus berusaha move on selama dua tahun lebih saja masih tidak percaya kalau ia bisa bertemu dengan Joshua di Pulau Jeju.

Terlalu aneh kalau perasaan pria itu masih ada. Tidak masuk akal.

"Nari, kau terus mengelak. Apa yang susah sih dari menerima perasaan dari orang yang juga kau sukai?"

"Susah, Somin! Kau tidak tahu rasanya ditinggalkan tanpa kabar, terus tiba-tiba pria itu muncul di hadapanmu dan mengajakmu balikan! Itu... aneh." Nari menggigit bibir bawahnya. "Please, berhenti bicara tentang Kak Jis--Joshua kepadaku."

Somin mendengus. Ia awalnya berbaring menghadap Nari, tapi segera berbalik saat Nari naik pitam. Gadis itu merasa egonya sedikit terluka karena Nari benar, ia tidak pernah tahu perasaan yang dirasakan Nari terhadap Joshua. Tapi ia kesal juga kepada Nari yang tidak lepas terhadap dirinya sendiri. Apa, sih, yang susah dari menerima perasaan seseorang yang juga kau sukai? Pertanyaan itu terus muncul di benaknya. Nari seharusnya bisa berpikir lebih sederhana untuk kebahagiaannya sendiri.

~~~

"Yang kalah harus menelpon orang yang disuka!" Jeonghan terkekeh, memutar tongkat Yut di tangannya, menunggu persetujuan tim lawan, Jihoon dan Soonyoung yang duduk di hadapannya. Sedangkan Joshua berada di sampingnya, tersenyum tipis mendengar ide gila sahabatnya tentang taruhan yang mereka buat dalam memainkan Yut Nori.

Keempat pria itu baru saja selesai makan ramyeon dan belum bisa tidur. Hingga akhirnya Jeonghan mengambil tongkat Yut yang didapatkannya dari lemari bawah TV asrama dan mengajak teman-temannya bermain untuk menghilangkan penat. Tentu saja mereka mengiyakan, lagipula Jeonghan selalu tahu cara mengajak orang bermain.

Start Again [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang