Nari bersidekap, berjalan pelan di sisi Doldam yang terbangun membatasi jalanan dan kebun Semangka warga yang sebentar lagi akan dipanen. Di samping Nari ada Joshua yang mengalungkan kamera film di lehernya, asyik memotret apapun yang menarik di matanya. Termasuk Nari yang beberapa kali harus menutup muka agar tidak dipotret pria itu tanpa izin. Akhirnya Nari menyanggupi ajakan Joshua berkeliling kawasan Bongseong di sekitar asrama mereka. Bukan karena ingin tapi karena bosan tidak tahu harus melakukan apa di asrama selama teman-temannya ke Hallim bersama Mr. Park.
"Kau tahu batu ini untuk apa?" Tanya Joshua sambil menyentuh batuan Doldam, ia berjalan mundur agar bisa berhadapan dengan Nari.
"Untuk menghalau angin, Kak. Aku sudah cari tahu di Internet." Jawab Nari memutar kedua bola matanya. "Jalan yang benar, Kak." Tegurnya karena takut Joshua terjatuh.
Pria itu pun kembali berjalan di samping Nari, tertawa kecil. "Aku baru tahu dari Mr. Park soal Doldam waktu kami sampai di Jeju."
Nari tidak merespon, gadis itu terus berjalan. Ia ingin sekali menikmati pemandangan Bongseong yang indah tapi jantungnya tidak bisa berdegup tenang. Daritadi matanya juga tidak bisa berhenti melirik Joshua. Paras pria itu tidak banyak berubah sejak terakhir kali Nari melihatnya. Tapi tubuh pria itu jadi lebih kekar dan kadang Nari bergidik melihat lengan Joshua yang berotot.
"Kau dan Jihoon... hubungan kalian itu apa?" Tiba-tiba Joshua bertanya hingga langkah Nari terhenti. Gadis itu menatap Joshua dengan dahi berkerut.
Joshua ikut menghentikan langkah, ia menolehkan kepala, balas menatap Nari. "Kalian tidak pacaran, kan?"
Napas Nari terhela gusar. Ia melanjutkan langkah meski dengan hati yang dongkol. Tidak paham dengan arah pembicaraan Joshua. Bisa-bisanya pria itu bertanya tentang hal yang tidak masuk akal. Nari dan Jihoon? Berpacaran? Memikirkannya saja Nari tidak sanggup.
"Jadi?"
"Tidak, Kak. Bagaimana bisa kau berasumsi seperti itu!?"
"In case... tapi kau tidak sedang dekat dengannya, kan?"
"Dia temanku, Kak." Jawab Nari kesal. "Kenapa kau bertanya begitu, sih?"
Joshua menggulum senyum. Ia suka dengan jawaban Nari meski nada suara gadis itu tidak mengenakkan hati.
"Aku hanya ingin memastikan." Jawab Joshua. "Kalau orang yang aku suka tidak dekat dengan siapa-siapa."
Nari menahan napas. Ia melirik Joshua yang sudah menatapnya serius. Pria itu menghentikan langkah, mau tak mau Nari pun menghentikan langkah hingga keduanya bertatapan selama beberapa saat. Entah apa yang ada di dalam otak Joshua, Nari pun tidak bisa menerkanya.
"Filmnya bakal di-develop di mana?" Tanya Nari kikuk, menunjuk kamera yang masih bergelantungan di dada Joshua. Jantungnya hampir meledak tadi dan buru-buru ia mencari cara untuk tidak terlena dengan tatapan pria itu.
Alis Joshua terangkat. Ia memegang kamera, berpikir sesaat. "Kau tahu tempat develop di Seoul?"
"Kau mau ke Seoul, Kak?" Nari terperanjat.
"Iya... aku harus mengunjungi Bibiku di sana setelah kegiatan volunteer ini. Kau ingat Bibiku yang selalu membawakanmu Hotteok buatannya?"
"Bibi Jung?"
Joshua menjentikkan jari. Ia tidak tahu kalau Nari masih mengingat Bibinya. Dulu, saat masih duduk di bangku sekolah, Nari sering berkunjung ke rumahnya yang hanya terpaut 3 rumah dari rumah gadis itu. Mereka sering bertemu Bibi Jung yang memiliki kedai Hotteok di Myeongdong, Bibi Joshua yang memang sering berkunjung ke rumahnya.
"Aku masih sering ke kedainya." Ujar Nari sambil mengelus leher. Keduanya kembali berjalan, menyusuri perkebunan Cabai yang buahnya sudah siap dipanen.
"Seriously?"
Nari mendecakkan lidah. "Kalau aku ke Myeongdong saja... tidak selalu kok."
"Apa dia sering membicarakanku?" Tanya Joshua excited, tanpa sadar membuat Nari tersenyum.
"Kadang."
"Dia bilang apa?" Kedua bola mata Joshua berbinar. Nari ingin sekali tertawa saking gemasnya melihat pria itu tapi dengan susah payah ia tahan sampai bibirnya terkulum.
"Bibi Jung bilang kau... baik-baik saja. Kau juga punya banyak teman di sana. Perusahaan Ayahmu juga makin berkembang, Kak." Jawab Nari sambil tersenyum kecil.
Kedai Hotteok Bibi Jung. Nari sering ke sana, hampir setiap bulan untuk berbincang dengan Bibi Jung untuk mendapatkan informasi soal Joshua. Salah satu kebiasaan yang membuatnya susah move on dari pria itu. Melihat Joshua yang heboh mendengar ceritanya membuat Nari lega, karena berarti Bibi Jung tidak pernah menceritakan kebiasaannya itu ke Joshua selama ini.
"Pantas Bibi Jung selalu menganggap kita masih pacaran." Joshua nyengir dan Nari buru-buru berdalih. "Aku ke sana karena Hotteok Bibi Jung, ya."
"Memangnya ada alasan lain untuk membuatmu ke sana?"
Nari terkesiap. Ia salah bicara dan cengiran Joshua makin lebar. Pria itu berdehem. "Karena diriku pun tidak apa-apa, Nari."
"Karena Hotteok! Lagian aku sudah jarang ke sana akhir-akhir ini!"
"Kenapa?"
Nari menelan ludah. Proses move on Nari terhadap Joshua terbilang lama dan bertahap. Berhenti mendatangi Kedai Hotteok Bibi Jung adalah salah satu tahap yang sulit dilakukannya. Selain sudah kenal baik dengan Bibi Jung, ia juga tidak tahan ingin tahu kabar pria yang tiba-tiba pindah ke LA bersama keluarganya setelah lulus bangku sekolah menengah akhir kala itu. Apalagi Joshua tidak berpamian dengannya.
"Nari?"
"Aku sibuk... di kampus." Jawab Nari pada akhirnya. Ia memandang ujung sepatu dengan kosong, berjalan pelan di jalan yang sedikit menanjak. Sebentar lagi mereka tiba di ujung perkampungan Bongseong, jalanan raya yang sepi terlihat di ujung mata.
Joshua menggulum senyum. Ia menganggukkan kepala, seakan paham dengan pernyataan Nari. Dunia perkuliahan memang menyibukkan, bukan?
"Bulan depan... temani aku ke Bibi Jung, ya?"
"Hah? Untuk apa, Kak?" Nari memandang Joshua heran. Hari ini ia tidak berhenti terkejut karena pria itu rasanya.
"Kau tidak kangen dengan Hotteok Bibi Jung?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Start Again [Complete]
FanfictionDipertemukan dengan mantan di Pulau Jeju saat liburan Musim Panas. Akankah hati Nari baik-baik saja? Atau malah porak-poranda?