5

514 71 9
                                    

"Jihoon dan Soonyoung setuju, aku juga setuju. Kau kalah, Somin." Kata Nari sambil menatap layar ponsel, membaca isi chat grup yang sedang melakukan voting untuk kegiatan bersih-bersih sekolah dasar Bongseong besok. Gadis itu sudah berbaring di atas kasur, menyelaraskan mata dengan sinar ponsel yang benderang di tengah kamarnya yang gelap.

Somin yang tidur di kasur samping Nari mendengus. "Kalian tidak mau istirahat dulu, apa!?"

"Apa yang mau diistirahatkan? Perjalanan kita tidak jauh. Lagipula kita sudah beristirahat dari siang sampai sore." Kata Nari heran membuat Somin memutar kedua bola matanya. Gadis itu mendecakkan lidah. "Terserah, deh."

"Oke. Aku langsung hubungi Mr. Park."

Somin tidak membalas ucapan Nari, membiarkan sahabatnya sibuk mengetik chat untuk Mr. Park. Tapi saat suara ketikan ponsel Nari terhenti, Somin segera membalikkan badan agar bisa memandangnya tepat di mata meski berada di dalam kegelapan.

"Kau ada apa dengan Kak Joshua?"

Ponsel Nari terjatuh, hampir mengenai wajahnya. Ia kaget mendengar pertanyaan Somin. "A-apa?" Tanyanya kembali meraih ponsel, membuka segala macam aplikasi untuk menyembunyikan rasa gugup yang tiba-tiba mendera.

"Kau... ada apa dengan Kak Joshua?" Kali ini suara Somin penuh dengan penekanan. Ia paham betul gerak-gerik Nari yang aneh, apalagi saat ponselnya terjatuh. Terlalu jelas kalau Nari memang menyimpan sesuatu darinya.

"Nggak ada apa-apa. Dia seniorku." Jawab Nari singkat dan cepat.

Somin mendengus, saking penasarannya, ia tidur menyamping sambil menahan kepalanya menggunakan tangan. Ditatapnya Nari dengan tajam. "Cepat beritahu! Kau ada sesuatu dengannya, kan?"

"Kenapa dengan Kak Joshua? Aku dan dia tidak ada apa-apa!"

"Jangan bohong. Aku tahu hidungmu selalu gatal kalau berbohong." Kata Somin sambil menyeringai saat melihat Nari menggosok hidung. Refleks Nari menjauhkan tangan kanannya dari hidung, ia berdehem lalu kembali mengelak tuduhan itu. "Tidak ada apa-apa, serius!"

"Kau mau aku tanya ke Kak Joshua langsung? Atau kau yang jelaskan padaku?" Cecar Somin menahan tawa. Ia melempari bantal kecil ke arah Nari saat sahabatnya tidak kunjung menjawab pertanyaannya. "Yaa! Kim Nari!"

"Kau mau tahu apaaa..." Nari mendesah kesal. Ia akhirnya menyerah, meletakkan ponselnya di samping bantal lalu berbaring menghadap Somin yang sudah tersenyum penuh kemenangan.

"Semuanya!"

~~~

Cuaca di Jeju saat pagi tiba terasa dingin dan lembab ketika Nari membuka pintu asrama. Nari hampir lupa kalau ia harus bersiap melakukan kegiatan bersih-bersih di Sekolah Dasar Bongseong kalau alarmnya berhenti berbunyi. Untung saja ia menyetel alarm setiap 5 menit di pukul 8 pagi, membuatnya terbangun frustasi, begitu juga dengan Somin yang misuh-misuh ingin melempari ponsel Nari ke lantai karena terlalu ribut. Tapi alarm yang membuat frustasi itu juga menjadi penolong agar mereka tidak terlambat untuk mengikuti kegiatan volunteer pagi ini.

"Soonyoung!!! Jihoon!!" Nari memekik, mengetuk pintu asrama laki-laki.

Soonyoung dan Jihoon tidak mengangkat telepon Nari yang bertujuan untuk membangunkan dua manusia itu hingga dengan terpaksa Nari menggunakan cara bar-bar karena Somin masih bergerumul di atas kasur. Gadis itu menguap, memeluk diri saat angin berhembus kencang ke arahnya.

"Soonyoung!! Jihoon!!" Panggil Nari sekali lagi.

Tidak ada jawaban. Nari pun kembali mengetuk pintu asrama laki-laki, berniat memanggil dua nama temannya sebelum suara kaki dari dalam asrama itu mendekat.

Start Again [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang