13

423 75 1
                                    

Sekarang waktunya dekorasi alias bantu-bantu divisi perlengkapan.

Untuk pemetaan ruangan, panitia dibagi menjadi dua. Sebagian di FK, sisanya ya di hotel. Jelas ini dilakukan untuk efesiensi waktu. Jayden dan Alen juga bagi tugas. Jadi, Alen yang memantau daerah di FK, sedangkan Jayden di bagian hotelnya. Sampai saat ini sih mereka belum ada kontakan sama sekali; menandakan tidak adanya kendala selama penataan ruangan.

Untuk anak acara selain Alen yang ada di FK yaitu Aming, Bianca, Juna, dan juga Yuni, karena kebetulan sesi acara yang jadi tanggung jawab mereka berempat dilaksanakan di FK. Jadi, kalau ada kendala, mereka bisa langsung handle.

Karena diadakan selama empat hari, untungnya proker ini mengambil waktu saat liburan semester. Jadi, dua lantai di gedung utama FK dan graha medika bisa disewa selama sehari, terutama untuk tempat rehat para tamu undangan sekaligus untuk sesi meeting. Sedangkan sisa sesi lainnya dilakukan di hotel yang kebetulan juga punya tempat khusus untuk pengadaan acara besar.

"Ini kok pintunya belum ditempelin tulisan masing-masing univ?" Yuni mulai protes. "Kestari mana, ya? Belum diprint kah?"

"Katanya sih udah," Juna menyahut, "tapi kayaknya daritadi aku nggak ngeliat ada anak kestari."

"Ingetin lagi, Jun."

"Mereka kayaknya lagi di gedung GM deh."

"Ke GM gih sana. Aku ngecek bagian sini."

"Oke ndoro."

Giliran sama Yuni aja langsung nurut. Kalau sama Alen mah diajak ribut. Nggak seru kalau belum jambak-jambakan.

Alen ikut dengan Juna, karena sejak datang ke sini dia cuma keliling di gedung utama, belum ke gedung graha medika sama sekali. Lagipula, di sana masih ada Yuni, dan permasalahannya pun cuma di lembar cetak nama masing-masing lokal.

Sesampainya di sana, bener aja, semua kestari ada di gedung graha medika. Juna yang menghampiri, kalau Alen mah muter-muter ruangan aja, di mana meja sudah dirapihkan membentuk huruf U juga dengan kursinya.

"Ming, Bian, ada kendala, nggak?" Alen menghampiri Bianca dan Aming yang berdiri bersisian. Mereka berdua nggak sadar kalau Alen ada di sini karena asyik mengobrol.

"Eh, Mbok. Nggak ada sih, Mbok. Paling tinggal nunggu taplak hitam doang dipasang. Katanya masih diambil sama anak perkap."

Kalau di sini memang nggak memerlukan banyak dekorasi; malah hampir nggak ada. Yang paling penting itu cuma penataan meja-kursi, cek LCD, cek mic, dan cek soundsystem. Yang perlu dekorasi itu di venue hotel. Makanya, panitia di sini nggak sebanyak yang ada di hotel.

"Cek mic, LCD, dan soundsystem sama Mas Minul jangan lupa, ya."

Harusnya Alen bilang begitu ke kordi perkapnya langsung. Cuma, karena dia belum ketemu sama Gustav, ya udah deh. Ngomong aja sama yang penanggung jawab di sini.

Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Sengaja, biasanya Alen pakai mode getar atau silent. Soalnya dia takut kalau ada hal penting, tapi dia nggak sadar.

Setelah dicek, ternyata Jayden yang menelepon. Beneran kan.

"Iya, Je."

"Semuanya udah beres?"

Belum beres sih sebenernya, tapi lebih ke, "aman terkendali, kok."

"Kalau udah selesai langsung ke sini ya, Al."

Tanpa Jayden bilang begitu pun, pasti Alen menyusul ke sana. Nggak mungkin dia langsung pulang setelah memonitor ruangan di sini. Dia masih ingat kalau Jayden sendirian di sana. Kali aja dia emang dibutuhin.

"Oke, Je."

"Jangan naik ojol lho, Al. Minta tebengan siapa gitu," Jayden memeringati.

Jayden ini punya masalah apa ya sama ojek online? Kok kayaknya antipati bener sama ojol sampe nggak dibolehin naik kendaraan itu.

Alen pun berdeham. "Paling nanti aku bareng Fredy ke sana. Ini sekalian nunggu taplaknya dateng dan dipasangin ke meja. Tinggal itu doang soalnya."

"Oke. Hati-hati, ya."

"Hooh."

Sebenarnya, nggak ada hal yang bisa dilakuin Alen selain menunggu pemasangan taplak meja. Tahu kan taplak yang biasa buat pesta kawinan yang segede gaban itu? Itu bakalan dipasang di meja sini, tapi warnanya hitam biar nggak kelihatan kayak meja prasmanan.

Kalau taplak meja kelar dipasang kan berarti Fredy juga udah kelar kerja rodi di sini, jadi Alen bisa minta Fredy buat nebening dia. Soalnya, pasti Fredy juga bakalan ke hotel setelah semuanya yang di sini beres.

"Cek ... cek ... tiga dua satu."

Alen menoleh ke sumber suara. Dia melihat Gustav dan Mas Minul, yaitu penjaga gedung graha medika, sedang melakukan pengecekan mic. Kadang kalau nggak dicek, kita nggak tau ada mic yang nggak berfungsi. Kan berabe kalau di hari-h ada mic yang mati.

"Wis apik, Mas. Jernih. Mic e larang yo selaras lah ambek suarane (mic-nya mahal ya selaras lah sama suaranya)."

Alen pernah dengar kalau harga mic di gedung graha medika ini bisa belasan juta, nggak tahu sih belasannya itu sampai berapa. Makanya, kalau yang pegang tuh kudu hati-hati. Berabe kalau jatuh apalagi rusak. Seharga hampir dua kali lipat UKT nih.

Selain Gustav, anak PDDM pun juga ikut uji coba layar LCD, berikut checksound. Alen sudah nggak melihat ada Juna di sini. Kayaknya cowok itu udah balik lagi ke gedung utama. Lagian, dia nggak ada keluhan apapun ke Alen, jadi Alen kira semuanya sudah beres.

Setelahnya, anak yang bawa taplak segaban akhirnya datang juga. Hampir semuanya yang ada di sana turut membanyu untuk memasangnya, biar cepat selesai.

"Le, ayo," ajak Fredy.

"Udah kelar tugas lu di sini?"

Sebelumnya, Alen memang udah minta ke Fredy kalau dia udah kelar, Alen mau nebeng ke hotel. Daripada naik ojol ye kan. Selain nggak keluarin biaya, juga nanti kalau ditanya sama Jayden ya dia bisa jawab. Padahal naik ojol doang si.

Fredy mengangguk. "Tadi kata Gustav gue juga disuruh ke hotel cepet-cepet. Masih kurang orang di sana ternyata."

"Oke."

Alen pamitan ke Aming dan Bianca, kayaknya mereka bakalan lama di sini. Sekalian titip kalau ada sesuatu, langsung bilang aja di grup. Tapi, kayaknya udah nggak ada, sih. Udah beres semuanya.

Setelahnya, Alen dan Fredy berjalan ke arah parkiran motor. Mereka langsung cus berangkat. Untungnya, Fredy selalu sedia bawa helm cadangan di bagasi motor. Kalau ke cewek dia ngaku bawa, kalau ke cowok keseringan bilang nggak bawa helm lagi, hehe. Hapal banget Alen sama kelakuannya Fredy.

"Pret, mampir ke apotik bentar, mau beli imboost sama minum. Lu nitip nggak?"

Alen mau jaga-jaga aja, soalnya dia lumayan gampang kecapekan, daripada pingsan di tengah-tengah acara ya kan.

"Titip minum aja, Le, yang dingin dan rasa-rasa ya."

"Oke."

***

Pret alias Fredy

Aku bawa helm dua,mau aku bonceng nggak?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku bawa helm dua,
mau aku bonceng nggak?

Feelings [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang