"Nasgor, yuk!"
Alen nggak tahu Jayden ngomong sama siapa. Yang jelas, dia lagi fokus dengan ponselnya dan tidak menanggapi pria itu sama sekali.
Akhirnya, rabes selesai juga, tepat di jam 8 malam. Untungnya, ruangan memang sudah dibooking sampai malam. Kayaknya anak-anak perlengkapan tahu banget kalau rapat bakalan ngaret.
"Kuy!" Juna menanggapi. Ternyata pria itu sedang berbicara dengan Juna.
"Gais, aku balik dulu. Babay," ucap Alen yang kemudian beranjak dari kursi.
Sebelum Alen sempat melangkah, Jayden sudah menahan lengannya hingga fokus Alen yang sejak tadi menatap ponselnya terlepas juga.
"Lho, aku ngajak kamu juga."
Oh?
Sebenarnya, Alen nggak lapar-lapar banget, sih. Tapi, mungkin dua jam kemudian baru lapar lagi. Udah gitu nggak ada stok mie di kos lagi, dia kan baru balik.
"Ayo ikut, nanti aku anterin pulangnya. Naik motor tapi ya. Aku tadi ke sini motoran."
"Ngalus kon!" timpal Juna yang kemudian menoleh ke arah Yuni yang duduk di sampingnya. "Yun, mau ikut makan nggak?"
"Ayo boleh. Yang lain juga?"
Dan berakhir satu divisi makan malam bersama, ada tujuh orang, termasuk Alen yang dipaksa sama Jayden. Yah, mumpung baliknya dianterin, kan.
Mereka akhirnya berangkat bareng. Yang jelas, Jayden sama Alen, karena pria itu sejak tadi menarik-narik dirinya. Yah dia mah pasrah saja sama tukang ojek.
"Lho kok aku sendiri seh?" Aming mengeluh, karena yang lainnya pada berboncengan. Partner penanggung jawabnya lagi nggak hadir.
"Takdirmu jomblo cuk," timpal Deka.
"Kon yo jomblo su."
Nggak tahu kenapa, kok semuanya masing-masing sama partner PJ. Tapi, semua perempuan yang divisi acara memang nggak ada yang bawa motor, sih. Mau nggak mau, mereka boncengan sama partnernya masing-masing.
Akhirnya, mereka berangkat juga. Rombongan kayak jejeran moge, tapi ini versi motor bebek dan matic.
Jayden berbicara sesuatu. Karena angin terlalu kencang dan dia nggak mendengar ucapan Jayden, mau nggak mau Alen sedikit memajukan tubuhnya.
"Apaan, Je?!"
"Kskwoakahsowlwkajajw ya, Al?"
"HAH?"
"Kkqlqlaowjqhuqoqgsgwy, kan?"
"Nggak jelas lo kambing!"
Jayden malah ketawa. Padahal, dia tadi memang bukan ngomong sesuatu yang penting. Dia beneran ngomong nggak jelas, cuma pengin ngetes si Alen ini paham apa nggak.
Mau beneran paham ya juga nggak bisa bambang bahasa alien begitu.
"Emang ye mau masuk musim maba, suasananya makin dingin."
Nah, kali ini Alen baru paham apa yang diomongin oleh Jayden. Alen hanya berdeham saja, nggak tahu juga mau balas apaan.
Ada histori turun menurun, kalau mau masuk musim maba, suhu di Malang akan semakin dingin. Nggak tahu sih mitos atau nggak, tapi memang beneran dingin. Mungkin, karena para mala mulai minggat, populasi manusia di Malang berkurang, jadi suhu bisa menurun.
Emangnya bisa gitu, ya? Nggak tau dah. Ngarang.
Akhirnya, mereka sampai di tempat nasi goreng. Karena ini masih liburan semester, untungnya sepi, soalnya tempat nasi gorengnya sempit. Tapi, untungnya si bapak nasi goreng buka. Jadi, berjejerlah empat motor itu di depan gerobak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Feelings [✔]
General FictionDipertemukan dalam suatu acara yang mengharuskan mereka untuk selalu berdiskusi berdua, Jayden dan Alen mulai menyadari bahwa mereka memiliki banyak sifat yang sama. *** Project iseng dan non-baku. Didedikasikan untuk aku yang kangen riwehnya kepani...