19

459 77 3
                                    

Siklus kerja mereka begitu terus selama tiga hari. Acara dimulai dari pagi, kelar bisa sampai tengah malem. Untungnya, di hari ketiga ini selesai sampai jam sebelas. Soalnya, besok ada social program. Yang acara ke Bromo itu, dan jelas harus berangkat pagi buta biar bisa lihat sunrise.

"Alen."

"Ya?"

Bianca menghampiri Alen yang lagi bengong. Nggak bengong juga, sih, tepatnya lagi rehat bentar. Capek berdiri mulu.

"Kamu lagi pendekatan tah ke Jeje?"

"Ha?"

Pendekatan gimana ya maksudnya? Memangnya, selama ini, mereka melakukan pendekatan?

Sejujurnya, kalau dibilang Alen bawa perasaan, ya jelaslah dia kebawa perasaan. Siapa bilang dia nggak bisa peka? Galak begitu hatinya bukan terbuat dari batu juga.

Tapi, masalahnya, bukannya si Jayden ini berlaku kayak gitu ke semua orang, ya? Ke semua perempuan? Jadi, Alen nggak punya hak untuk bilang kalau dia 'diistimewakan' sama Jayden.

"Enggak, kok," bilangnya enggak, tapi nadanya terdengar ragu. Lagian, Jayden nggak ada ngomong apa-apa. Semua perlakuan pria itu kayaknya sama juga ke perempuan lainnya. "Eh, sori, Bi. Aku nggak tau kalau kalian lagi pedekate."

Padahal, Alen nggak ada salah, tapi dia malah minta maaf duluan. Yah, takutnya beneran dia yang nggak peka kalau Bianca sama Jayden lagi di masa pendekatan kan.

"Eh, enggak gitu, kok, hehehehe," tawanya canggung banget. Mau denial, Alen juga ngerti kalau Bianca lagi bohong.

"Sori, ya, aku sama Jeje kemaren sering barengan cuma karena banyak diskusi, kok. Nggak ada maksud lain."

Bianca ketawa lagi. "Ah iya nggak papa, lagian tadi aku cuma tanya doang kok."

"Semangat yak, semoga cepet jadian!"

Orang lain disemangatin, masa hati sendiri dilayuin? Apalagi, Bianca cuma ketawa doang, yang berarti tuduhan Alen memanglah benar. Huft, kok jadi ribet gini sih?

***

Setelah tiga hari rehat di tempat yang kurang layak, akhirnya Alen coba datengin kamar hotel yang memang dibooking khusus untuk panitia. Sekarang udah mau jam dua. Baru aja tadi semua delegasi diberangkatkan ke Bromo naik jeep. Ya mau tidur duluan kan nggak enak kalau masih ada delegasi, apalagi ini pertemuan terakhir mereka. Akhirnya, baru deh dia bisa istirahat. Untungnya, Yuki ngajak evaluasinya di siang hari nanti, bukan kelar acara kayak kemarin-kemarin. Jadi, dia bisa istirahat dengan tenang.

Pas dia masuk ke salah satu kamar hotel, ternyata penuh sama temen-temennya yang udah tepar, nggak peduli cewek cowok. Lagian mau ngapain juga? Kayaknya mereka kalau diteriakin juga nggak bakalan bisa langsung bangun saking capeknya.

Akhirnya, Alen beranjak ke kamar yang satunya lagi. Ternyata ada Gia dan Yuni di sana, mereka jelas udah tepar. Pintu kebuka pun mereka nggak ada yang bangun.

Nggak banyak yang nempatin kamar hotel, kayaknya tadi temen-temennya yang lain udah tepar dan goleran di lantai berkarpet, sama kayak kemarin-kemarin. Lebih milih tidur di tempat seadanya. Kayaknya mereka juga males jalan ke hotel, lumayan jauh juga bo.

Karena kasurnya lumayan besar, Alen tidur di bagian pinggir kasur. Kayaknya sih nggak bakalan jatuh, soalnya dia kalau tidur nggak pernah neko-neko.

Oke. Waktunya tidur.

***

Alen kebangun sendiri. Dia baru sadar kalau udah nggak ada Gia sama Yuni di sampingnya. Yang bikin kaget, di jendela udah nggak gelap lagi, dan juga ada si Jayden yang tiduran di sofa. Kakinya agak nekuk, soalnya dia emang tinggi, kan.

Feelings [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang