"Jadi, kamu ada agenda apa minggu besok?"
Nah, lho. Alen kira Jayden udah lupa sama topik itu. Ternyata micin yang barusan dimakan oleh Jayden sama sekali nggak ngaruh buat menurunkan daya ingat pria itu. Pantesan dia bisa masuk FK.
Boro-boro author mah, abis makan mie langsung tulul, terus ketiduran sampe ashar.
"Hm ... ya agenda. Penting pokoknya."
"Ya agenda apa, Cantik?"
Jayden ini bisa diem dulu nggak ya?
Ini anak orang udah mau semaput gara-gara daritadi jantungnya dibuat lari terus!
Kali ini Jayden nggak terlalu tampak curiga. Tapi, tetep aja dia kepo. Dia kepengin tau agenda apa yang akan dilakukan oleh pacarnya tersebut.
"Tidur. Nonton One Piece. Makan. Lanjut nonton One Piece," kekeh Alen yang sempat membuat Jayden melongo, namun pada akhirnya pria itu tersenyum juga.
Gemaaaas! Pengen banget ciu---maksudnya cubit pipi gadis tersebut.
"Sempetin dululah CFD pagi-pagi, nanti setelah itu aku temenin nonton One Piece."
"Mager, Jeee," rengek gadis itu.
Siapa sih yang suka olahraga?
Siapa sih yang menciptakan olahraga?!
Kenapa olahraga itu harus ada?!
Coba kita putar ulang sejenak di masa-masa culun, alias SMP-SMA, di mana masih ada mata pelajaran olahraga.
Siapa yang bisa senam lantai? Siapa yang bisa sikap lilin?
Buat apa coba sikap lilin itu? Gantiin lilin mati kalau lagi ritual ngambil duit, gitu?
Padahal, rebahan itu udah paling enak. Nggak sehat emang, tapi ya udah sih. Emang paling enak rebahan, 'kan?
"Biar sehat, Alendut. Nanti kita jalan biasa aja dulu biar nggak capek. Nanti makin lama intensitasnya dinaikin."
"Aku gendut?"
Dia agak kesinggung dikit gara-gara Jayden panggil dia Alendut, jadi dia nggak fokus sama kalimat yang pria itu lanjutkan setelahnya.
"Nggak sih." Bilang nggak tapi tangannya langsung mencubit pipi Alen. "Tapi ini pipi udah kayak dikasih ragi."
"Iiiish!"
***
Usai makan, keduanya memilih untuk duduk mengemper di tepi bukit sembari memandangi kerlap-kerlip kota Malang. Ini bukannya lagi reka adegan mesum, ya. Tapi Alen dan Jayden sengaja duduk dempetan karena sekarang udaranya bener-bener nusuk kulit. Bahkan ketika mereka berdua saling berbicara, udara tipis keluar dari mulut mereka.
"Masih kedinginan kamu?" Jayden kembali menarik pinggang Alen agar gadis itu semakin merapat ke arahnya. "Sini deketan lagi."
Ini udah rapet banget yeee Jejer Genjreng. Mau jadi croissant gepeng lu berdua?
Sejujurnya niat Jayden emang murni karena khawatir sama Alen. Tapi mungkin orang lain lihatnya dia kayak cowok mesum.
Sumpah, ya, kalau dari belakang mereka kayak bapak sama anak, saking mininya si Alen.
"Rumahku yang mana ya, Al?"
Tuh, 'kan. Mulai lagi Jeje gilanya. Tapi dia tuh ngomongnya bukan kayak lagi bercanda. Nadanya terdengar serius tapi minta digebuk.
"Itu tuh, yang rumahnya sempet ditinggal empat hari tapi pintunya lupa dikunci," sarkas Alen.
"Ah ilah, malah diingetin," kekeh Jayden. Malu banget dia kalau inget-inget kejadian itu. Keteledorannya ngebahayain banget. "Kalau waktu itu aku nggak lupa ngunci pintu rumah, kira-kira kita tetep bakalan jadian nggak ya, Al?"
Alen bergumam sebentar. "Nggak tau deh."
Jujur, walaupun Alen udah tahu gimana bentuk perasaannya si Jayden, Alen nggak bakalan berani untuk nembak duluan. Dia ini bukan tipe perempuan yang agresif. Alen berpedoman kalau wanita itu kodratnya memang menunggu.
Yah, gara-gara pedoman itu dia malah kelamaan jomblo. Makanya 'kan dari awal tuh sebenarnya dia berusaha untuk bersikap biasa aja, nggak baper sama perlakuannya Jayden. Soalnya dia takut sakit hati sendiri kalau semisal ternyata Jayden memang 'baik' ke semua teman perempuannya. Istilahnya, dia nggak se-spesial itu di mata Jayden.
Jayden mengambil salah satu tangan Alen buat digenggam. Bodo amatlah diliatin orang. Pacarnya dia sendiri ini, bukan pacar orang lain. Kalau pacar orang lain baru dah tuh halal buat dikeroyok.
"Tapi kalau aku mah, aku harus dapetin apa yang aku mau. Termasuk ngejar kamu."
"Emangnya gue rembo apa dikejar-kejar begitu?"
Jayden langsung ketawa. "Berarti kamu belum kenal aku banget, Al. Santai-santai begini sebenernya aku orangnya ambisius tau, termasuk ngejar orang yang aku suka."
Kalau nggak ambisius kayaknya bocah ini nggak mungkin masuk FK deh, apalagi program studi Pendidikan Dokter.
"Kalau semisal aku nggak suka?"
"Ya bakal aku kejar terus sampe kamu suka balik."
Tapi sebenernya siapa juga sih yang nggak suka sama Jayden?
Dia baik. Baiknya tuh yang beneran baik, loyal juga. Udah gitu gampang berbaur, semua orang dirangkul, humoris pula. Aduh, Alen nggak ngerti lagi apa kekurangan pacarnya ini.
Aaah ... Alen tau.
Kekurangan Jayden adalah nggak bisa lihat jajanan dianggurin. Alias sikat abis!
"Itu namanya pemaksaan."
"Abis kamu mah kalau nggak dipaksa malah begitu," cebik Jayden. "Orang mah kalau suka ya bilang, jangan malah ngorbanin hati sendiri terus nyuruh orang lain buat maju."
Ini Jayden sebenernya lagi nyindir Alen. Beneran deh, kalau waktu itu Alen nggak dipaksa, kayaknya dia bakalan kehilangan kesempatan buat nembak Alen.
"Ya gimana nggak?" Alen langsung bersikap defensif. "Orang-orang juga bisa liat kali kalau kamu baik ke semua cewek, terutama Bianca. Waktu dia minta nebeng sama kamu aja, kamu nggak nolak, 'kan? Padahal, posisinya kamu berangkat sama aku ke FK. Bahkan aku sampe nggak jadi bawa helm karena kamu nyuruh aku buat pake helm kamu aja."
Berantem, berantem.
Nah, lho, Je. Disembur langsung tuh sama nyai. Nyaho nggak lo?
Sebentar ... itu kapan ya ...
Oh? Yang Alen naik motor sama Deka, terus setelahnya cewek itu agak kelihatan cuek dan nggak bales-bales chat Jayden, dengan dalih hapenya di-silent?
"Ya .... ya maap," Jayden langsung menunduk dan mengaku salah. Beginilah bunda kalau jadi orang nggak enakan dan susah untuk menolak.
Inget itu Alen jadi kesel lagi. Ya siapa yang nggak kesel coba? Kesannya dia jadi kayak sepele gitu, padahal dari awal Alen sama sekali nggak minta nebeng ke Jayden.
Eh, ujung-ujungnya dia malah kebuang.
Untung waktu itu dia boncengannya sama Deka. Walaupun blangsak, Alen lumayan terhibur sama itu orang.
Kalau Deka bisa denger, dia pasti bakalan ngomong, pria hiburan dooong gueee?
"Kamu masih marah?" Jayden berusaha ngecek raut muka Alen, soalnya cewek itu sama sekali nggak membalas ucapannya. "Masih ya?"
"Ngapain marah? Toh waktu itu kita juga nggak punya hubungan, nggak ada hak juga aku mah buat marah sama kamu."
"Ih, kamu mah marah ini namanyaaaa," rengek Jayden sembari merangkul lengan sang pacar.
"Jeee! Badan lu tuh beraaaat! Sadar diri ih!"
Udah tau badan kayak gapura, malah sandaran ke tunas bambu. Ya rubuhlah.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Feelings [✔]
General FictionDipertemukan dalam suatu acara yang mengharuskan mereka untuk selalu berdiskusi berdua, Jayden dan Alen mulai menyadari bahwa mereka memiliki banyak sifat yang sama. *** Project iseng dan non-baku. Didedikasikan untuk aku yang kangen riwehnya kepani...