14

406 77 0
                                    

"Le, kalau mau pulang bareng, bilang aja ya."

"Oke, Pret, thank you."

Kebiasaan Alen yang kalau bilang makasih pasti sambil menepuk-nepuk punggung orang itu.

Sesampainya di hotel, Alen dan Fredy langsung nyebar; maksudnya mereka punya tujuan masing-masing. Alen jelas lagi nyari kordinya. Anak-anak di sini kelihatan rada hectic mindahin barang, terutama bangku.

"Al."

Belum kelar nyariin, eh malah dia yang dihampiri.

"Uy."

"Bagi minum boleh? Aus banget," Jayden memegangi leher bagian depannya. Ngeliat Alen bawa minuman perasa apalagi masih dingin tuh bikin negak liur sendiri.

"Nih," Alen memberikan botol minuman miliknya. Gadis itu nggak melihat Jayden menyentuh bibir botol atau nggak. Dia ngeliatin temen-temennya yang lagi wara-wiri di jalan. Yang jelas, nggak mungkinlah ya Jayden melakukan itu.

"Nih, Al, makasih."

Alen berdecak. "Abisin aja kali, nanggung amat disisain dikit."

"Boleh?"

"Muntahin aja lagi minumannya," gerutu Alen.

Jayden terkekeh. Akhirnya, minuman punya Alen dia habisin. "Ntar aku ganti."

"Ye ilah, kayak apa aja," Alen mengibaskan tangannya. "Gimana? Udah beres di sini?"

Dilihat dari hectic temen-temennya ini yang pasti belum, ya.

"Kamu bantu dekorasi aja, Al. Jangan angkat-angkat bangku."

Alen mengernyit. "Lah? Emang kenapa? Sama aja, kan?" Sebelum Jayden membalas, Alen udah nyerobot ngomong lagi. "Dah, ah. Nggak enak diliatin mulu sama yang lain."

Alen bergegas membantu anak-anak yang sedang membawa bangku ke dalam ruangan. Masalahnya, ruangannya nggak cuma satu bo. Ada tiga, dan itu luas semua. Makanya dia daritadi nggak enak cuma diem doang ngeliatin, padahal yang lain nggak tau aja kalau Alen baru dari FK.

"Ya udah ati-ati. Awas nanti malah ketiban, badanmu kan kecil."

Sebelum Jayden mendapatkan pukulan maut, pria itu telah berlari sembari terkekeh mengejek. Kalau Juna adalah teman versi kurangajar banget, nah si Jayden ini tipe teman yang lumayan kurangajar versi lebih halus. Nggak beda jauh dua orang itu.

Dulu, Alen juga pernah jadi kordi perlengkapan. Waktu itu prokernya ada di jurusan, bukan proker LSO di bawah naungan BEM langsung. Kalau dibandingin, sebenarnya dia lebih suka masuk divisi acara, karena Alen anaknya konsepan banget dan sangat detail. Nggak sukanya didivisi acara ya harus bisa ngomong di depan banyak orang. Kalau nggak enaknya didivisi perlengkapan sih agak ribet kayak di pengurusan peminjaman ruangan, apalagi kalau tiba-tiba atasan minta pinjam ruangan tanpa bilang jauh-jauh hari. Mending yang penjaga ruangannya enak diajak rundingan. Dah itulah yang bikin sebel kalau kerja didivisi perlengkapan.

Semua divisi juga pernah dia coba, kecuali pddm; soalnya nggak ada yang mau rekrut dia sampai sekarang dan dia juga nggak pernah daftar untuk masuk divisi itu. Padahal, Alen suka banget ngedesain.

"Mboook, ke sini sama siapa?" Deka menyapa. Pria itu kelihat banget lagi keringetan. Kayaknya dari tadi udah mondar-mandir bantuin ngerapihin bangku.

"Sama Fredy."

Deka mengangguk-angguk. "Kirain dijemput."

"Dijemput sapeeeee?"

"Eh bukan siapa-siapa ya? Hehehehehe."

Alen berdecih. "Nggak jelas lu, Cang."

Cang kacang Deka maksudnya.

Terus, Alen baru ketemu sama Gia. "Gi, needlist supergames udah lengkap? Nggak ada yang kurang, kan?"

"Lengkap kok, Len. Aku udah recheck lagi tadi."

"Oke siap."

Nah, gini kan enak. Jayden dan Alen emang nggak salah pilih staff. Para staff-nya juga seneng-seneng aja punya kordi dan wakordi kayak Jayden Alen.

Dah itu selama setengah hari mereka semua bantu dekorasi dan penataan ruangan. Nggak lupa cek kembali needlist yang diminta ke divisi perlengkapan. Semuanya diatur supaya pas hari-h nggak riweh lagi.

***

Kelar dekorasi, divisi acara rapin sebentar. Bukan rapin yang formal, kok. Cuma, karena kebetulan anak acara pada di hotel semua; termasuk Yuni, Juna, Aming, dan Bianca; jadinya Jayden ngajak ngomong sebentar. Kalau dichat kadang suka nggak diwaro. Jadi, mending langsung ngomong aja sekalian, mumpung semuanya ada di sini.

"Jangan lupa ya besok ke FK dulu semuanya, jangan ada yang ke hotel sebelum ada perintah dari aku ataupun Bang Yuki. Setelah ini, mending langsung istirahat, jangan ada yang ngayeng. Empat hari kedepan kita butuh tenaga ekstra. Needlist masing-masing sesi udah dicek lagi ke perkap, kan? Juna? Yuni?"

"Sampun bos."

Jayden mengangguk. "Dimas sama Gia?"

"Udah insyaAllah, Je," balas Gia. Ye Dimas mah irit ngomong, biar tidak mempolusikan pendengaran.

"Aming? Bianca?"

Aming membentuk tanda oke debgan tangannya, sedangkan Bianca menjawab, "udah, yang di FK juga udah."

"Oke. Deka Sindy?"

"Uwes mas brooo." Taulah siapa yang ngejawab.

"Bagus. Udah, semuanya mending langsung balik ke kos atau rumah masing-masing. Nggak ada ngayeng-ngayengan lagi. Hape jangan ada yang disilent atau mode getar. Jangan lupa pasang alarm pagi. Oke?"

"Siap!"

"Oke."

"Oyi."

"Ya udah, ndang muleh (cepet pulang)."

Semuanya langsung bangkit, kecuali Alen. Dia lagi pegang hape, mau chat Fredy soalnya daritadi dia belum lihat cowok itu. Mau nanya doang sih masih di sini apa nggak. Lagian, tadi kan dia sendiri yang nawarin kalau mau pulang ya bilang aja ke Fredy. Kalau misalkan nggak ada, ya udah. Alen juga bisa pulang sendiri. Takutnya kalau dia nggak bilang, malah si Fredy yang nungguin.

"Kok nggak langsung balik?" tegur Jayden. Dia juga mau bergegas pulang, cuma nggak enak aja masih ada yang ketinggalan di sini.

Lah, ditinggal aja nggak ngapa kaleeee. Kan bukan siapa-siapa heheheheheheh.

"Kamu liat Fredy, nggak?"

"Kalau nggak salah tadi dia keluar bareng Ika, deh, kayaknya mau ngambil sesuatu, needlist yang ketinggalan paling. Kenapa?"

Alen hanya ber-oh ria, tapi dia tetap chat Fredy, bilang kalau dia balik duluan. Takutnya ya itu tadi, si Fredy nyariin dan nungguin Alen.

"Nggak papa."

Tadinya Alen mau bilang 'balik duluan yaaa', cuma kan mereka berdua keluar barengan dari hotel. Ya nggak enak aja ngomong sekarang pas masih samping-sampingan jalan begini.

Setelah keluar dari hotel, barulah Alen berucap, "aku duluan yaaa."

"Lah, bareng aku aja."

Alen berdecak. "Bosen bareng kamu mulu."

Alen cuma bercanda, Jayden juga paham.

"Ya kalau bosen kamu aja yang bonceng, aku yang duduk di belakang."

"Ye kaliiiiiii."

"Ya udah ayoklah, satu arah ini. Masih sungkan aja maemunah."

"Kali aja suatu saat ditagih kan ...." cicit Alen.

"Mana ada yang kayak gitu. Udah ikut aku, buru."

Bareng lagi dah tuh dua manusia.

***

Feelings [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang