Sekarang, mereka sudah berada di gedung graha medika yang dijadikan tempat untuk rapat besar. Tadi, setelah makan, Jayden turut mengantarnya sampai ke kos. Katanya, biar sekalian dia tahu di mana gadis itu tinggal. Kalau tiba-tiba Alen menghilang dan tidak muncul di grup, Jayden bisa meneror Alen dengan datang langsung ke kos gadis tersebut. Sinting emang.
Kali ini, akhirnya Jayden nggak jomblo lagi. Punya pasangan didivisinya sendiri.
"Ayo, Al," Jayden menyenggol bahunya, kebetulan mereka duduk bersisian, "kita suit. Yang kalah, maju presentasi."
"Nggak mau, ih!"
Jelas saja Alen nggak mau. Kendati dia anak konseptor dan keseringan masuk kepanitiaan divisi acara, Alen bukan tipe orang yang suka berbicara di hadapan orang banyak. Pasti selalu grogi, karena dia nggak suka jadi pusat perhatian.
"Lah kenapa? Kan tinggal maju aja. Lagian kita nggak tau siapa yang kalah. Ayo suit."
Alen menggerutu. Risiko jadi ketua atau wakil koordinator ya begini. Kalau jadi staff sih masih aman-aman saja untuk bagian presentasi.
Pada akhirnya, mereka suit. Jayden harus mendesah, sebab dia yang kalah.
"Padahal, aku mau kamu yang maju, Al. Curang kamu ya?"
"Mana ada suit curang bambang. Udah tugasmu sebagai kordi buat maju. Jangan makan gaji buta gitu dong," ejek Alen sembari terkekeh.
Jayden mendengus, lalu melihat sekeliling. Jelas saja rapat belum dimulai, padahal sesuai perjanjian waktu harusnya rapat sudah berjalan. Sayangnya, Alen dan Jayden adalah orang dengan tipe yang tepat waktu. Jadi, mau nggak mau mereka harus menunggu yang belum datang. Sebal, ya? Padahal, yang salah bukan mereka kalau jam rapat harus diundur.
"Kalau belun dimulai mah tadi tidur dulu gua," gumam Alen pelan, yang nyatanya didengar oleh Jayden.
"Ya tidurlah. Siapa yang ngelarang?"
Alen langsung menoleh. "Tuh kuping tajam amat."
Belum sempat membalas, Yuki sebagai ketua pelaksana mulai berbicara lantang. "Lima menit lagi dimulai, ya. Sesuai perjanjian, kalau ada yang telat, denda goceng per lima menit!"
"Kenapa nggak dimulai sekarang aja si?" gerutunya, lagi-lagi berbicara dengan diri sendiri.
"Ya kan kapelnya dia, Al, bukan kamu."
Sumpah. Alen sama sekali nggak mengajak Jayden untuk berbicara dengannya.
"Nyambung mulu lu kayak listrik."
Jayden hanya terkekeh. Alen memang nggak selalu ngomong pakai aku-kamu, kok. Kadang, masih pakai gue-elo dalam kondisi tertentu. Suka-suka moodnya, lah.
"Galak banget si bu wakordi."
"Samlekuuuum."
KAMU SEDANG MEMBACA
Feelings [✔]
General FictionDipertemukan dalam suatu acara yang mengharuskan mereka untuk selalu berdiskusi berdua, Jayden dan Alen mulai menyadari bahwa mereka memiliki banyak sifat yang sama. *** Project iseng dan non-baku. Didedikasikan untuk aku yang kangen riwehnya kepani...