17

394 75 3
                                    

"Bukannya langsung balik malah melipir pacaran dulu," tegur Juna saat Alen dan Jayden datang menghampiri divisi mereka.

Alen hanya memicing, lalu menoleh ke arah Deka yang berada di dekat Juna.

"Deka, tolong jambak Junancok sampai akar-akarnya."

"Oke, Mbok."

"FAAAAAAAK!"

Seluruh atensi mengarah pada Juna. Alen langsung pasang muka inosen, begitu dengan Deka yang menyembunyikan tangannya.

"Kenapa, Juna? Ngantuk?"

Asli, ditegur sama Yuki itu nyeremin. Walau nadanya terdengar biasa aja, tapi tatapan matanya itu menarik hati, eh maksudnya kayak lagi nusuk-nusuk dia.

"Maaf, nggak, Bang. Tadi ada nyamuk anopheles, saya takut kena malaria."

Bisaaaa aja kepikiran alesannya.

Yuki berdecak. Jelas aja dia tau si Juna cuma alasan. Tapi dia nggak mau memperpanjang masalah. Soalnya, dia juga lagi ngantuk, hehehehehe. Yuki butuh bobok.

"Sekarang evaluasi dari acara."

Nah, kan, dibom langsung sama Yuki. Entah karena Alen sama Jayden yang baru dateng, atau gara-gara Juna yang ribut. Kayaknya sih keduanya.

Aming dan Bianca mulai evaluasi. Selesai itu, baru penanggung jawab yang lain. Jayden maupun Alen tidak ikut bersuara, karena mereka pikir kekurangan yang terjadi sudah disebutkan oleh teman-teman mereka.

"Oke. Untuk besok, kita mulai dari jam 7. Jangan lupa LO, bangunin para delegasi, jam 7 udah harus di sini. Oh iya, inget. Di hotel yang tinggal bukan cuma delegasi, tapi ada tamu lain. Bangunin delegasi jangan sampe ganggu tamu kamar lain." Yuki menghela napas sejenak. "Cukup sampai di sini, maaf kalau evaluasi dan briefing di tengah malem begini, saya berterima kasih buat temen-temen atas kinerjanya hari ini. Sekarang boleh istirahat, jangan lupa untuk dijaga kesehatannya."

Setelah berdoa sebagai penutupan, masih banyak yang menetap di ruangan. Kebanyakan dari mereka langsung goleran begitu aja di lantai yang untungnya berkarpet. Kayak udah nggak peduli kotor karena kena injak.

"Kalian tadi berenti dulu, tah?" Gia bertanya. Dia udah senderan di dinding dengan kaki yang selonjoran.

"Tuh, ngantukan dia," Alen menunjuk Jayden menggunakan dagunya. "Disuruh gantian nyetir nggak mau."

"Nyetir gimana, Mbok?" Dimas menyahut.

"Ya aku yang nyetir bonceng dia."

"Ya dia mana maulah, Mbok, Mbok," kali ini Deka yang bersuara. Alen tahu kalau Jayden pasti dengar percakapan mereka. Cuma kayaknya dia pilih jadi pendengar  aja, alias pendengar tentang gosip dirinya sendiri.

"Kenapa, sih? Aku loh dah biasa bonceng cowok."

"Siapa?"

"Bapakku lah."

Lantas, semuanya pun ngakak, termasuk Jayden yang sebenarnya sejak tadi pengen bubarin mereka.

"Perkasa sekali kamu, Mbok."

"Titisan titan."

Alen lagi nggak ada tenaga buat berantem sama Juna. Jadi, kali ini dia bakalan ngebiarin dulu si Juna. Liat aja besok.

"Dah, dah, istirahat. Besok kita rodi lagi," Jayden menengahi.

Nggak ada yang beranjak. Ya gimana ya, ruangan ini sebenarnya bisa dijadikan tempat istirahat. Pokoknya, di mana aja mah bisa asalkan tutup mata aja juga jadi. Lagian, mereka malas untuk ke kamar hotel khusus panitia yang jaraknya dari gedung ini aja butuh berjalan sekitar 200 meter, udah gitu rada nanjak lagi. Mending goler dan tepar di sini sekalian. Nggak ada bantal guling pun jadi.

***

"Man robbuka ... man robbuka ... MAN ROBBUKKAAAAA!"

Juna langsung bangun megap-megap, sedangkan Deka dan Aming ketawa ngakak melihat reaksi temannya itu. Seru banget ngerjain Juna.

"Jancooook eh astaghfirullah ..."

"Solat, cuk. Wis jam piro iki?"

Juna masih syok. Dia dengar Deka ngomong apa, cuma dia masih linglung. Melihat jendela yang sudah terang, kayaknya sekarang bukan subuh lagi, ya.

"Makanya, sebelum tidur tuh berdoa, malah ngebokep."

"Ndasmu!"

Beralih ke tempat lain, selain Deka, Aming, dan Juna, anak-anak acara lagi pada sarapan. Lagi-lagi nasi kotak. Jayden kelihatan seger banget baru habis mandi, rambutnya pun masih sedikit basah. Kalau Alen malah mandi tadi malem sebelum tidur. Dia takut ngantri kalau mandi subuh-subuh. Yang penting, semprot parfum yang banyak sekarang.

Lagi asik makan, tiba-tiba Alen disatengi si kutu kupret alias Fredy. Tuh laki kayak lagi kurang darah, kelihatan lemes banget.

"Le, minta imboost."

Fredy jelas tau kalau Alen punya vitamin itu, kan dia sendiri yang nganterin ke apotik kemarin.

"Belum makan nasi?" Alen mengambil imboostnya, lalu diberikan ke Fredy. "Makan nasi dulu!"

"Iye-iye bawel. Makasih sayang," kekeh Fredy dan langsung kabur gitu aja.

"Sayang palalu peyang!"

Nggak satu dua orang doang yang melihat interaksi mereka. Alen kelihatan cuek, nggak mau ngejelasin apapun. Ya emang nggak ada apa-apaan, kan? Sedangkan beberapa dari mereka menatap penuh penasaran.

"Kalian pacaran?" Nah, akhirnya ada yang bertanya juga, si Bianca.

Awalnya Alen diem, bukan lagi mikir jawaban. Dia pikir, Bianca lagi ngomong sama yang lain. Soalnya, Alen lagi sibuk ngunyah, nggak peduliin sekitar kalau nggak ada yang manggil.

"Len."

"Hah?"

Barulah Alen menoleh ke arah Bianca. Ternyata dia sendiri yang lagi ditanya. Ya maaf, saking nggak pedulinya mah dia begitu.

"Apaan? Fredy? Nggaklah. Emang kelakuannya aja yang genit."

Kayaknya sih si Fredy punya cewek, cuma Alen nggak tau yang mana. Atau ternyata punya cewek di mana-mana? Hehehe. Nggak tau. Fredy juga nggak pernah ngomong, Alen ngapain juga nanya-nanya. Wong itu urusan Fredy sendiri.

Lagian, kenapa tiba-tiba ngomongin Fredy, sih? Gara-gara si kutu kupret sialan. Emang tuh mulut minta banget ditebas golok. Sebel banget, keseringan bikin orang jadi salah sangka.

Akhirnya, ketiga cungpret datang. Kelihatan banget beloman mandi si Juna, tapi wanginya naudzubillah ke mana-mana. Palingan dia cuma cuci muka sama gosok gigi.

"Kayak wangi kuburan," celetuk Alen.

"Enak aja! Ini parfum mahal tau!" omel Juna.

"Percuma parfum mahal tapi beloman mandi."

"Yang penting ganteng."

"Najeeeeeees."

Sembari makan, Juna mencebik. Kalau pagi-pagi ini, energinya belum ada buat ngerusuhin Alen. Apalagi, dia masih trauma gara-gara dikerjain sama Aming dan Deka.

Ye gimana kagak trauma buuu, lu di 'man robbuka man robbuka' in di saat lu beluman taubat. Masih punya banyak daftar dosa yang belum diubah jadi pahala.

"Ayo, yang udah selesai langsung ke posisinya."

Akhirnya Jayden ngomong. Diem-diem aja lu Je daritadi, kenapa malah jadi ngikutin si Dimas.

***

Feelings [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang