Jayden nyuruh Alen buat datang ke rumahnya, dan tentu Jayden yang ngejemput. Ya iyalah, Alen mana ada kendaraan. Masa udah disuruh, malah nyuruh berangkat sendiri juga? Otw minta diputusin itu namanya.
Setelah Alen bilang iya, langsung aja si Jayden tancap gas. Nggak perlu waktu yang lama, dia langsung sampai di kosnya pacar, dan ternyata Alen udah berdiri di depan.
Sebelum mereka balik ke rumah Jayden, dia ngajak ke pasar buat beli bahan makanan. Katanya, dia kangen masakan rumah, dan pengin Alen masakin dia. Untungnya, pacar mungilnya ini jago di dapur. Jago juga di kasur--pelor maksudnya, eh.
Sebenarnya, itu cuma alasan klasik, sih. Dia cuma kepengin berduaan lama-lama sama pacarnya. Yah, namanya juga baru seumur jagung, masih pengen nempel-nempel banyak kayak perangko.
"Kamu suka makan apa, Je?"
Mereka masih belum tahu mau masak apa. Lagian, Jayden ngajaknya juga mendadak. Baru nyampe depan kos, langsung bilang, 'Al, masakin aku dong'. Ye lenjeh dasar.
"Kamu bisa masak apa aja?"
Malah nanya balik si gemblung.
"Apa aja aku bisa."
"Gaya banget maemunah," decih Jayden.
"Ye beneran."
"Ih asyik. Kalau gitu, aku mau udang saus padang. Duh, bilang namanya aja udah ngiler."
Akhirnya, mereka ke tempat yang jualannya komplit, dari sayur mayur sampai daging-dagingan. Karena udah biasa masak, Alen jadi nggak bingung untuk milih udang yang masih kelihatan segar. Jayden juga setuju-setuju aja pas Alen bilang dia mau bikin sayur kangkung. Kan seafood cocoknya memang sama sayur itu.
"Hm, cocok banget dah kamu jadi istri, udah paling idaman," gumam Jayden, yang tentu aja didengar sama Alen.
"Cih. Kayak aku mau aja sama kamu?"
Dalam hati mah dia udah deg-deg-an parah. Malu anjir denger Jayden ngomong begitu.
"Ya maulah. Buktinya sekarang aja mau."
"Yah ini mah kepaksa, waktu itu ada yang ngambek soalnya."
"Itu bukan maksa, ceweknya aja yang nggak peka, nggak punya hati," decih Jayden.
"Ngeles aja lu."
"Kamu. Ck."
"Elu."
"Kamu, Alen."
"Iya, gua kenapa?"
"Aku. Pake aku kalau ngomong sama aku."
Alen udah geli sendiri. Jayden nih ngambeknya gampang banget. Apalagi kalau dia pakai logat Betawi, pasti langsung minta dibenerin bahasanya.
"Al, ayo beli jajanan," Jayden udah kayak bocah, narik-narik ujung bajunya si pacar. Dia nunjuk ke arah ibu-ibu yang jual banyak kue basah.
Sebenarnya, dia udah nggak heran lagi sama kebiasaan makan Jayden. Balita bongsor ini doyan banget ngemil. Lemari dapurnya tuh penuh sama ciki-ciki.
Ya Alen pasrah aja, lagian dia juga tergiur. Tapi, matanya Jayden nih jelalatan banget. Apa aja diambil, nunjuk-nunjuk terus kaya touchscreen.
"Jangan banyak-banyak belinya," Alen memeringati. "Yang mau ngabisin segini banyak siapa?"
"Kamu sama akulah. Perut kita kan gentong," balasnya santai.
"Ish. Ya udah, aku mau donatnya satu deh."
"Yeeee bahlul. Nambah juga kamu."
Alen terkekeh. Setelah belanja dan jajan, ini malah kebanyakan jajannya, mereka berencana langsung balik. Eh, tapi tadi melipir sebentar buat ke warung, karena lupa beli kerupuk. Memang kerupuk tuh makanan pendamping yang tidak bisa dipisahkan dari makanan utama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Feelings [✔]
General FictionDipertemukan dalam suatu acara yang mengharuskan mereka untuk selalu berdiskusi berdua, Jayden dan Alen mulai menyadari bahwa mereka memiliki banyak sifat yang sama. *** Project iseng dan non-baku. Didedikasikan untuk aku yang kangen riwehnya kepani...