Es teh buatan Bianca sama Jayden sudah jadi, pun abang gofut sudah nangkring di depan rumah. Dimas membantu Jayden untuk membawa bakso ke dalam rumah. Banyak banget bo sepuluh bungkus dijadiin dua bungkus plastik. Sedangkan yang anak perempuannya pada nyiapin piring sama mangkok--kebanyakan piring yang tadi dicuci sama Alen. Si Jayden cuma punya mangkok satu doang, lagian dia kan tinggal sendiri.
"Je! Nyalain netflix ya?"
Jayden pun hanya mengangguk. "Krono udah pada mau kelar kan?" Jayden mencoba memastikan. Masalahnya, kalau mereka makan sambil nonton, itu bisa jadi semakin memperlama selesainya pekerjaan mereka.
"Tenang, punyaku sama Gia tinggal dikirim tok," sahut Dimas. Akhirnya ngomong juga ye si Dimas. Diem-diem aje lu, Mas, daritadi.
Jayden bisa tenang, biar nanti kalau Bang Yuki datang kan dia tinggal konsul aja, nggak perlu ngeles-ngeles kalau krononya belum selesai.
Yang lain udah pada buka bungkus baksonya, cuma tinggal si Jayden sama Alen aja. "Kenapa kok nggak dimakan?"
"Masih kenyang ama mie, Je."
Jayden mengangguk setuju. "Sama."
Makanya mereka berdua nggak makan sekarang. Paling satu atau dua jam lagi. Kan tinggal dipanasin, untungnya kuah dipisah dari awal. Ada pangsit goreng soalnya, nggak enak kalau benyek.
"Ya udah, periksa dulu nih punyanya si Deka-Sindy, mereka udah selesai. Udah aku download dari grup chat."
Alen menyerahkan laptop milik Jayden, membiarkan pria itu memeriksa kronologi yang dibuat sama Deka dan Sindy.
"Kamu udah baca?"
Alen hanya mengangguk, mulutnya penuh sama minuman saking hausnya.
"Rajin bener," decih Jayden, makanya daritadi Alen diam aja, nggak mau menginterupsi. Soalnya, menurut dia, kronologi punya Deka dan Sindy udah cukup oke. Tinggal ACC aja sama Jayden yang merupakan penanggung jawab asli dua orang itu.
"Rajin salah, males ditegor," gerutu Alen, Jayden balas dengan terkekeh.
"Kamu aja Al yang jadi kordi, kamu yang lebih rajin soalnya."
"Apaan, dih! Nggak mau!"
"Palingan Bang Yuki juga oke-oke aja, setuju sama saranku."
"Nggak yaaa. Kalau kamu beneran ngomong gitu, aku ngundurin diri fix."
"Yah, kok gitu?" Padahal, Jayden cuma bercanda. Mana bisa pengalihan jabatan tiba-tiba, apalagi lusa udah mau rapat kronologi. Proposal jauh-jauh hari udah dicetak keleus.
"Auk ah, gelap."
Alen memilih untuk beranjak ke kamar mandi--kamar mandi luar, nggak mungkinlah ke kamar mandinya Jayden. Kali ini, dia tahu di mana kamar mandi luarnya. Tadi ditunjukin sama Juna soalnya.
***
"Je, lupa bilang."
Alen menjelaskan tentang usulannya terkait small working group yang dia usulin ke Aming tadi, takutnya nanti ada miss komunikasi, apalagi dia beluman minta izin sama Jayden.
"Oh gitu. Usulanmu bagus, kok. Ntar tinggal dijelasin aja pas rakro, biar yang pada gabut pas hari-h ikut semua."
Yang di rumah Jayden hanya tinggal beberapa orang, itu pun Dimas sama Gia udah mau siap-siap pulang. Beberapa menit yang lalu, kronologi mereka udah di-ACC sama Alen dan Jayden. Tinggal dikonsulin ke Bang Yuki.
"Je, Len, balik duluan ya."
"Oke Mas, Gi. Ati-ati yak!"
Gia dianterin sama Dimas, sesuai pesan Jayden. Kasihan cewek sendirian, daripada jok belakang motor nganggur kan, mending didudukin siapa kek gitu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Feelings [✔]
Ficción GeneralDipertemukan dalam suatu acara yang mengharuskan mereka untuk selalu berdiskusi berdua, Jayden dan Alen mulai menyadari bahwa mereka memiliki banyak sifat yang sama. *** Project iseng dan non-baku. Didedikasikan untuk aku yang kangen riwehnya kepani...