BAB 12 Rindu

36 18 18
                                    

Keheningan sempat menyelimuti kedua insan yang sedang berperang dengan perasaannya masing-masing beberapa detik, pria bermata yang tidak terlalu lebar itu lekas segera pergi meninggalkan Kiyana, tetapi Kiyana tidak membiarkannya ia memeluk Galen dari belakang agar Galen tidak meninggalkannya.

"Kenapa lo jahat sama gue? kenapa Galen? Gue---" 

Belum sempat Kiyana menyelesaikan pengakuannya kepada Galen, suara bariton seseorang membuatnya sedikit terjengkat kaget, hingga melepaskan pelukannya. Wajah Pak Amer seketika mengeras melihat adegan yang baru saja ditontonnya, Kiyana sedang memeluk Galen. 

"Apa yang kalian lakukan?"

"K-kami...." 

"Ikut Bapak sekarang!" 

Kiyana dan Galen tidak bisa mengelak perintah Pak Amer, mereka berdua mengikuti Pak Amer masuk ke dalam ruang BK.

"Duduk!" perintah Pak Amer.

"Pak, apa yang Bapak liat itu salah paham," jelas Galen.

"Salah paham kamu bilang. jelas-jelas kalian berdua sedang melakukan tindakan asusila di jam pelajaran sekolah! Bapak tidak habis pikir sama kamu, Galen." Pak Amer melirik sekilas pada Kiyana.

Galen tidak bisa menyangkal tuduhan yang diberikan Pak Amer kepadanya ia hanya bisa pasrah jika Pak Amer akan memberinya hukuman. 

"Kalian berdua Bapak skorsing satu minggu, ini surat peringatan yang pertama untuk kalian berdua, dan panggil orang tua kalian ke sini besok pagi."

"Pak, orang tua saya---"

"Bapak tau, Galen kedua orang tua kamu sudah meninggal, dan orang tuanya Arden adalah wali kamu, jadi panggil mereka untuk ke sekolah besok!"

Kiyana baru menyadari jika Galen sudah tidak memiliki orang tua, ia membayangkan bagaimana kehidupan Galen menumpang hidup di rumah Arden, hati Kiyana terasa gundah banyak hal yang masih belum ia ketahui tentang Galen. 

"Tunggu Pak, sebenarnya.. Galen tidak salah, saya yang salah berusaha menggodanya untuk menyentuh saya," bohong Kiyana.

Mendengar pernyataan Kiyana, Seketika Galen yang tadinya menunduk menatap lekat gadis berambut panjang sepinggang itu yang duduk di sampingnya.

"Apa benar itu Galen?" tanya Pak Amer memastikan.

Galen membisu apakah ia harus mengikuti kebohongan Kiyana? atau ia jujur saja?

"Itu tid---"

Dengan cepat Kiyana memangkas perkataan Galen yang akan berkata jujur pada Pak Amer.

"Itu benar kok Pak, mana mungkin Galen berani macem-macem sama saya? Kalau saya? Bapak sudah tau kan, gimana saya?"

Dengan mudahnya Kiyana berhasil meyakinkan Pak Amer, dan hasil akhirnya hanya Kiyana yang mendapat skorsing satu minggu. Sejak mendapat surat peringatan, sejak saat itu juga Kiyana di skorsing, ia mengirim pesan kepada Tina untuk membawakan tas ranselnya ke depan kelas, sambil menunggu Tina membawakan tas ranselnya, Kiyana berdiri menatap lantai seolah sedang menunduk. Tiba-tiba saja Galen menghampirinya dan membawakan tas ransel miliknya, karena Galen keluar dari ruang BK terlebih dahulu hingga ia mengerti pasti Kiyana akan mengambil tas miliknya ke kelas.

"Kenapa lo merendahkan harga diri lo buat gue?" tanya Galen seraya memberikan tas ransel milik Kiyana.

"Bukannya merendahkan diri untuk menolong seseorang adalah perbuatan mulia?" jawab Kiyana seraya mengambil tas miliknya dari tangan Galen. 

Rendah dimata manusia belum tentu rendah dimata Tuhan, tidak ada yang tau seberapa tinggi dan rendahnya manusia dimata Tuhannya. Manusia hanya bisa berusaha menjadi yang lebih baik, biarkan Tuhan yang menilainya sendiri. Selama masa skorsing, Kiyana sering pulang ke rumah larut malam, hingga suatu ketika Alivia memergokinya baru saja tiba di rumah tepat jarum pendek menunjuk angka dua.

Deskripsi (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang