BAB 21 Pertandingan Basket

22 13 55
                                    

Bagi Kiyana tidak ada yang lebih menakutkan jika hubungannya dengan Galen yang baru saja mekar harus kembali kuncup. Kiyana segera membawa Alivia ke arah dapur, sebelum Alivia akan menggugurkan bunga yang baru saja mekar.

"Sini dulu mah, ikut Kiya!" ajak Kiyana.

"Mau kemana?"

Meski begitu Alivia tetap menurut, ia mengikuti langkah kaki Kiyana yang membawanya ke dapur.

"Mama jangan bilang-bilang sama Arden, kalau di rumah ini ada Galen juga."

"Emang Galen masih ada di sini?"

"Ada, Kiya suruh ngumpet di dalam kamar."

"Lho, emangnya kenapa?"

"Udah deh ma, nggak usah tau urusan anak muda."

"Nggak bias gitu Kiya, apa pun, yang berhubungan sama kamu mama harus tau."

Kiyana menghela napas dalam. "Kiya nggak mau Arden tau, kalau di sini ada Galen, nanti urusannya jadi panjang ma--"

"Makanya kamu itu, kalau punya pacar satu aja, jangan double gitu."

"Iiiiihhh, mama mereka berdua tuh, bukan pacar Kiya."

"Ya udah terus sekarang mama ngapain?"

"Mama tidur aja sana."

Kiyana kembali menghampiri Arden yang terlihat sedang duduk termangu, sedangkan Alivia sudah kembali ke dalam kamarnya.

"Apa bahu lo udah nggak pa-pa?"

"Oh, bahu gue udah lebih baik kok, udah di obtain juga."

"Kalau gue tau pas kejadiannya, gue bakal kasih perhitungan sama dia."

"Ih ..., nggak usah, lo nggak usah ikut campur urusan gue sama dia."

Arden menggenggam tangan Kiyana. "T-tapi gue peduli sama lo!"

"Gue tau, lo peduli sama gue. Tapi akan lebih baik lo nggak cari masalah sama dia."

Entah mengapa perhatian yang Arden berikan pada Kiyana, tak sedikit pun, membuat hati Kiyana tersentuh. Perasaan itu tidak bisa dibohongi, hati akan memilih dengan sendirinya kepada siapa ia akan berlabuh. Perkenalan Kiyana dan Galen terhitung sangat singkat, tapi dari kesederhanaan Galen dan cara Galen memperlakukannya mampu membuat Kiyana jatuh hati, bahkan sejatuh-jatuhnya ke dalam pesona pria yang tidak memiliki mata tidak terlalu lebar itu. Sedangkan yang terjadi di lantai dua tepatnya di kamar Kiyana, Galen sedang berusaha untuk keluar dari dalam rumah minimalis itu. Galen menuruni balkon dan dengan bantuan pohon mangga yang cukup tinggi, akhirnya ia bisa keluar dari dalam kamar Kiyana dan segera pulang dari sana, sebelum Arden memergokinya. Tak lama setelah Galen pergi dari sana, Arden pun berpamitan kepada Kiyana.

"Besok gue jemput!" ajak Arden.

"Boleh deh."

"Gue pulang ya, by ...," pamit Arden seraya mengusap puncak kepala Kiyana.

Kiyana bernapas lega setelah ia melihat Arden pergi meninggalkan halaman rumahnya, ia segera naik ke lantai dua untuk melihat Galen. Saat membuka kamarnya ternyata kosong.

"Kemana tuh orang?"

Kiyana mencari ke setiap sudut kamarnya, bahkan ke kamar mandi juga, tapi Galen tetap tidak ada, hingga ia menemukan sebuah note yang menempel di depan cermin.

"Sorry. Gue pulang lewat balkon rumah lo."

Seketika Kiyana berlari ke arah balkon, tidak ada bekas atau pun tanda kain menggantung di sana, Apa Galen melompat dari atas ke bawah? Dan Kiyana bergidik ngeri membayangkan bagaimana cara Galen turun dari lantai atas. Malam pun berganti siang, meskipun luka di bahunya belum sembuh total, tapi Kiyana tetap ke sekolah dengan semangat yang berbeda dari biasanya. Semenjak Galen menjelaskan tentang siapa dirinya, Kiyana mulai paham, dan ia akan selalu mendukung setiap keputusan Galen.

Deskripsi (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang