BAB 14 Perhatian

30 18 65
                                    

Beberapa hari setelah Galen memintanya untuk menjauh darinya, Kiyana tak lagi bertegur sapa dengan Galen, bukan bermaksud memutus tali silaturahmi, tapi Kiyana sedang menepikan segala rasa yang ia punya untuk Galen. Bahkan ketika duduk bersama dipelajaran kimia, Kiyana sama sekali seperti menganggap Galen tidak ada, ia akan menjawab pertanyaan Galen jika ditanya, jika tidak ia akan diam. Ketika jam pelajaran berlangsung Kiyana meminta ijin untuk pergi ke toilet, Tina menawarkan diri untuk mengantarnya, tapi Kiyana menolaknya.

"Nggak pa-pa kok gue bisa sendiri." Kiyana lantas pergi meminta ijin kepada guru untuk pergi ke toilet.

Sekolah nampak terlihat sepi, karena semua penghuni sekolah sedang berada di dalam kelas. Saat Kiyana hendak menuruni tangga, tiba-tiba seseorang mendorong tubuhnya hingga jatuh ke lantai.

"Aaaaawwww ...," pekik Kiyana.

"Sorry, gue sengaja!" Setelah mendorong Kiyana, Virgil pergi meninggalkannya.

Kiyana mengepalkan kedua tangannya, tapi ia juga meringis kesakitan karena dengkulnya sedikit mengeluarkan darah, Kiyana berusaha berdiri namun kakinya sedikit ngilu, ia hampir saja terjatuh kembali jika seseorang tidak memegang tangannya. 

"Gue bisa sendiri!" ucap Kiyana ketus kepada Galen.

"Kaki lo berdarah." 

Ingin menolak tapi Kiyana butuh bantuannya, ia pun menuruti Galen duduk di teras, Galen berlari ke kantin untuk membeli plester, tak lama Galen kembali membawa dua buah plester, pertama Galen membersihkan luka Kiyana dengan air, baru setelah itu ia menempelkan plesternya pada dengkul Kiyana. Galen yang berjongkok dihadapannya, membuat Kiyana dengan leluasa dapat menatapnya.

"Kenapa lo masih baik sama gue?" tanya Kiyana setelah melihat Galen selesai mengobati lukanya.

"Baik terhadap semua orang itu harus," balas Galen.

"Tapi kebaikan lo, bisa membuat gue salah menanggapinya."

Dari kejauhan terlihat Siril sedang berjalan ke arah mereka, membuat Galen mengurungkan niatnya untuk menbalas ucapan Kiyana.

"Kaki lo kenapa, Ki? Sakit?" tanya Siril ketika melihat dengkul Kiyana yang terbalut dua buah plester.

"Pake nanya lagi lo!" jawab Kiyana sinis seraya berjalan dengan terpincang-pincang meninggalkan Galen dan Siril.

Galen dan Siril menatap kepergian Kiyana dengan tatapan berbeda. Entah apa yang ada dibenak mereka tentang Kiyana.

"Jadi, tadi lo yang ngobatin lukanya Kiyana?" tanya Siril.

"Iya!" balas Galen datar.

Siril menggenggam tangan Galen. "Gue nggak mau lo ngasih perhatian lebih ke dia!" 

"Iya, tadi gue kasihan aja."

"Gue mau perhatian lo cuma buat gue doang."

Galen mengangguk dan sedikit tersenyum samar, Sebenarnya sejak pertama melihat Galen, Siril telah jatuh hati padanya, tanpa sepengetahuan Kiyana, Siril sering mengirim pesan whatsapp kepada Galen, entah itu menanyakan tugas, atau sekedar menanyakan kabarnya. Ketika Galen mulai menjauh dari Kiyana, Siril tidak membuang-buang waktu mendekatinya, bahkan Siril lah, yang menyatakan perasaannya terlebih dahulu. Galen yang harus meyakinkan Arden bahwa ia tidak mempunyai perasaan terhadap Kiyana, akhirnya ia menerima Siril sebagai kekasihnya. Siril tidak peduli apakah Galen memiliki perasaan padanya atau tidak? Yang terpenting baginya adalah statusnya saat ini yang menyandang sebagai kekasih galen.

Kiyana masuk ke dalam kelas dengan tertatih-tatih menahan rasa sakit dibagian dengkulnya.

"Kaki lo kenapa?" tanya Tina pelan

Deskripsi (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang