BAB 11 Salah

40 23 10
                                    

"Lo sering bilang kalau lo nggak suka hujan, karena hujan hanya untuk orang-orang yang  sedang sedih dan saat ini, karena hujan gue jadi inget sama lo," ucap Galen dalam dalam hati.

"Hai bro, lo di sini?" sapa Arden.

Galen tersenyum samar ia menatap bayangannya yang berada di dalam kolam renang. Arden sudah menggunakan kostum renangnya, ia sudah bersiap untuk segera terjun ke dalam air.

"Gue puas banget pas liat wajah Kiyana yang berubah menjadi pucat pasi setelah lo bilang, lo nggak ada perasaan apa-apa," ujar Arden seraya merangkul bahu Galen.

"Bukannya wajah dia pucat karena memang sedang sakit," ujar Galen tanpa mengalihkan atensinya memandangi bayangan dirinya di dalam air. 

"Lo nggak ada perasaan sama dia kan, Len?" tanya Arden penasaran.

Galen membisu, bohong jika ia tidak memiliki perasaan pada Kiyana, Tapi untuk berterus kepada Arden rasanya tidak mungkin. 

"N-nggak kok, g-gue biasa aja!" elak Galen.

"Syukur deh kalau lo nggak ada perasaan, jadi gue nggak harus susah-susah buat jauhin lo dengan dia," sahut Arden seraya menceburkan diri ke dalam kolam renang.

"Dari dulu gue hanya bisa jadi budak lo!" gumam Galen seraya tersenyum miris. 

Pria bermata tidak terlalu lebar itu pergi meninggalkan Arden yang sedang asik berenang dengan gaya kupu-kupu. Ia segera memakai helm full facenya dan melajukan motornya dengan kecepatan cukup tinggi, Entah mengapa arah tujuan motornya mengarah pada rumah Kiyana, ia pun tidak tau mengapa ia menuju rumah minumalis itu. Galen mengehentikan laju motornya setelah sampai tepat berada di depan gerbang rumah minimalis itu, ia menatap nanar rumah itu. Tiba-tiba saja pintu rumah minimalis itu terbuka membuat Galen sedikit was-was hingga ia mendorong motornya ke tempat yang lebih gelap dan bersembunyi di sana.

"Galen!" panggil Kiyana. 

Seketika tubuh Galen menegang kaku tapi ia tetap masih bersembunyi.

"Galen sayang sini, jangan jauh-jauh!" panggil Kiyana lagi.

Galen sedikit mengintip dan ia sangat lega, karena Kiyana memanggil anak kucing yang ditemukannya tempo lalu. Terlihat Kiyana menggendong kucingnya dan kembali membawanya masuk ke dalam rumah. Ke esokkan harinya Kiyana berangkat ke sekolah bersama dengan Tina, di dalam perjalanan Tina terus menyumpah serapahi Siril, ia masih tidak terima atas sikap Siril yang mengorbankan persahabatannya demi seorang pria. 

"Udahlah tintin lo tenang aja, lo tau kan, siapa gue?" Kiyana berusaha menenangkan Tina.

"Iyalah gue tau gue kenal lo dari orok, gue juga yang ngasih nama lo Kiyana Siskova," timpal Tina seraya menyengir kuda. 

"Maksud gue, lo tau kan, di dalam kamus gue nggak ada tuh namanya Kiyana Siskova ditolak sama cowok," balas Kiyana seraya tersenyum miring.

"Terus apa yang akan lo lakuin sama dua makhluk itu?" tanya Tina penasaran.

"Nanti lo juga bakal tau!" jawab Kiyana seraya menatap ke arah jalanan yang sedikit macet. 

Tiba di parkiran sekolah Kiyana dan Tina turun dari dalam mobil, ia membuka dua kancing bajunya yang atas, Bando berwarna kuning menghiasi rambut panjangnya, ia terlihat girly dan seksi. Saat hendak menutup pintu mobilnya Galen baru saja tiba di parkiran sekolah bersama dengan Siril.

"Kenapa tuh nenek kelingking sama Galen terus? heran gue!" bisik Tina pada Kiyana.

"Lo liat apa yang akan gue lakuin!" balas Kiyana dengan tersenyum samar.

Deskripsi (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang