BAB 3 Alasan Tidak Suka

65 47 24
                                    

Setelah pulang sekolah Kiyana menghabiskan waktunya bersama dengan sahabatnya Siril dan Tina ia baru saja sampai di rumahnya tepat adzan isya, Kiyana menatap kepergian mobil sahabatnya yang mengantarkannya pulang, ia membuka gerbang rumahnya dan hendak masuk. Kiyana membuka handle pintu rumahnya yang ternyata tidak dikunci.

"Tumben nggak dikunci," Kiyana bermonolog seraya menaikkan kedua alis matanya.

Saat Kiyana akan memasuki kamarnya terlihat Alivia. Ibunya Kiyana, baru saja keluar dari dalam kamarnya.

"Ma, tumben pintu belum Mama kunci?" tanya Kiyana. Mendengar pertanyaan Kiyana Alivia terlonjak kaget dan tidak mau menatap wajah Kiyana.

"Ma ..." sapa Kiyana lagi. Namun Alivia tak kunjung menatap putrinya ia masih terus memalingkan wajahnya.

"Ma, Mama kenapa, sih?" tanya Kiyana lagi seraya memegang kedua bahu Alivia. Dan seketika bola mata Kiyana membulat sempurna ia melihat wajah Alivia penuh dengan memar yang berwarna kebiruan.

"Ma, wajah Mama kenapa?" cecar Kiyana. Alivia bungkam tak sedikitpun kata-kata yang terlontar dari mulutnya. Melihat Alivia yang terdiam membuat kemarahan Kiyana tersulut.

"Kiya tahu pasti suami baru Mama kan, yang melakukan ini?"

"B-bukan kok, M-mama tadi jatuh," ucap Alivia gugup.

Kiyana menghembuskan napas kasar. "Ma, Kiya nggak butuh baju mahal, sepatu mahal, tas mahal, Kiya mau hidup tenang tinggalin laki-laki itu-" Kiyana menarik napas sejenak untuk menahan rasa sesak di dalam dadanya. "Tinggalin dia ma! apa susahnya, sih Ma?" sambungnya.

"Mama nggak bisa Kiya, kamu nggak ngerti!"

"Dari dulu Mama selalu bilang kalau Kiya nggak ngerti, Kiya kurang ngerti apa Ma? dari dulu Kiya selalu ngertiin Mama, Mama mau nikah sama siapa pun silahkan, tapi jangan korbankan harga diri Mama!"

"Kamu belum cukup mengerti masalah orang dewasa Kiya!"

Kiyana menghembuskan napas lelah ia tidak habis pikir dengan cara berpikir Alivia, untuk apa memperjuangkan orang yang jelas-jelas tidak menghargai arti sebuah hubungan.

"Dari awal Mama menjalin hubungan, Mama itu udah salah dengan merebut kebahagian wanita lain."

"JAGA UCAPAN KAMU KIYANA!"

Satu tamparan mendarat dipipi mulus Kiyana, Kiyana memegang pipinya yang terasa sangat panas dengan tersenyum sinis.

"Tampar Ma, tampar lagi ayo Ma tampar sampai Mama puas!" ucap Kiyana seraya memberikan pipinya kepada Alivia.

Alivia terduduk dengan Isak tangisnya. "Maafkan Mama," ucap Alivia lirih.

Kiyana tidak mengindahkan ucapan Alivia ia berlari keluar rumah meninggalkan Alivia tanpa peduli teriakan Alivia yang memanggil namanya. Kiyana terus berlari tanpa arah dan tujuan.

"Kenapa Mama nggak ngerti juga? kenapa harus Kiya yang ngertiin Mama?" batin Kiyana.

Kiyana terus berjalan tanpa ia sadari jika di depannya terdapat segerombolan anak berandalan dan Kiyana menabrak bahu dari salah satu teman mereka.

"Maaf saya tidak sengaja," ucap Kiyana datar tanpa melihat lawan bicaranya. Kiyana pun kembali berjalan tapi salah satu dari mereka menarik tangannya.

"Lepasin tangan gue!" seru Kiyana dengan tatapan berang.

"Wis, galak amat jadi cewek. Mendingan kita happy-happy aja malam ini," ucap salah satu dari mereka seraya memeluk pundak Kiyana. Tanpa pikir panjang lagi Kiyana menendang bagian sensitif laki-laki yang telah berani memeluknya.

Deskripsi (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang