Part 8

39.9K 1.5K 134
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.

***
Minggu pagi setelah membantu mbok Darmi dan menerima upah 20 ribu. Reta jalan - jalan di sekitar tempat tinggalnya. Ia menyapa anak - anak yang bermain di halaman rumah. Tersenyum dan melambaikan tangannya.

"Ah ... laper"

Reta lalu pergi ke gang depan dimana ada penjual bubur ayam. Ia sejak lama menginginkan makanan itu. Tapi ia harus hemat karna stok uangnya mulai menipis. Tapi berkat ia membantu Mbok Darmi dan menyisihkan uangnya ia akhirnya kesampaian membeli bubur ayam itu.

"Pak buburnya satu ya, Pak"

"Di bungkus, Neng?"

"Nggih, Pak"

"Tunggu sebentar ya, Neng"

Reta kemudian berjalan ke bangku yang di sediakan penjual bubur itu. Banyak orang yang membeli bubur ayam Mang Koko ini karena terkenal enak.

"Ini atuh, Neng"

"Makasih, Pak. Ini uangnya"

"Kembaliannya, Neng"

Reta menerima uang kembalian dan beranjak meninggalkan warung Mang Koko yang semakin ramai itu.

Ia berjalan santai menikmati kebebasan dan udara yang segar. Salah udara pagi yang bercampur dengan bau sampah. Mungkin warga di pemukiman ini harus di beri edukasi agar tidak membuang sampah sembarang.

***

Revan sudah sampai di depan rumah Reta. Namun sang empunya rumah tidak juga membuka pintu.

"Masih tidur kali ya" pikir Revan.

"Nggak mungkinlah. Cewek udik kaya dia pasti bangunnya pagi"

Revan duduk di bangku yang ada di depan Kos Reta. Menunggu.

"Lama amat sih" sambil mencoba menggedor-gedor pintu.

"Revan?" Panggilan lembut itu membuat Revan membalikan badannya cepat. Ia sekarang melihat sosok yang ingin ditemuinya dengan rambut yang di gulung ke atas memperlihatkan leher jenjangnya.

Glek

Revan menelan salivanya berat. Penampilan Reta membuat dirinya gagal fokus apalagi melihat butiran keringat yang ada di dahi dan leher Reta.

"Revan?" Kata Reta mengayunkan tangannya di depan wajah Revan. Membuat Revan tersadar dari lamunannya.

"Ehemm ... Lo darimana sih?" Dehem Revan menetralkan tenggorokannya.

Reta mengangkat bungkusan plastik ke arah muka Revan. Revan mengangguk mengerti.

"Kamu kenapa datangnya pagi banget ?"

MAS BUCIN  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang