Hallo bestiee aku kembaliii
Apa kabarnya?
Semoga baik di tengah gempuran omicron, minyak langka, dan perang Rusia Ukraina.Semangat semuanya
Happy reading
***
Waktu terus berlalu, siang berganti malam. Kehidupan terus berjalan. Revan yang sebelumnya berada di ambang batas kematian kini mulai bangkit. Itu semua karena Revan kehilangan banyak darah setelah insiden itu.Revan tersenyum kearah perempuan yang membawa paperbag yang ia yakini berisi makanan. Gadis itu berjalan riang mendekati Revan sambil tersipu malu.
"Hai?" Sapa gadis itu lalu duduk di kursi yang di sediakan di rumah sakit. "Apa sudah lebih baik?" Tanya gadis itu mengeluarkan beberapa kotak makan.
"Of course," jawab Revan tersenyum manis lalu meraih tangan gadis itu. Revan mencium tangan itu membuat sang gadis tersipu malu dengan pipi yang memerah.
Cup.
Kecupan singkat mendarat di pipi tembam gadis itu. Siapa lagi pelakunya kalo bukan Revan. Gadis itu memukul Revan pelan untuk menghilangkan rasa malunya. Membuat Revan tersenyum bertambah lebar.
"Ehemm," dehem gadis itu untuk merilekskan tubuhnya.
"Kamu makan dulu ya?" Suruh Gadis itu menyodorkan kotak makan berisi bubur lengkap dengan toppingnya. Revan menggelengkan kepalanya lalu mengkode gadis itu untuk menyuapinya.
"Ish. Kamu udah besar loh!"
"Aku maunya disuapin kamu, Put." ucap Revan lalu membuka mulutnya.
"Manja!"
"Gapapa, yang penting aku suka kamu." Ucap Revan lebay.
***
Sudah hampir seminggu dirinya mengurung di kamar sempit ini dan membuat orang terdekatnya khawatir. Dirinya tidak tahu harus berbuat apa saat mengetahui ada sosok yang hidup didalam perutnya.
Sosok yang baru diketahuinya seminggu yang lalu setelah hampir satu bulan ia menetap disini. Ia mengelus perutnya pelan kemudian meremas perutnya seakan tidak terima dengan semua yang terjadi.
"Hiks,"
Hiks
Hiks
Entah sudah berapa liter air mata yang mengalir di pipinya. Ia hanya akan terus menangis saat tidak ada orang di sekitarnya. Sungguh. Ia tidak berharap ada sosok yang hidup di perutnya disaat usianya masih belasan tahun.
"Nduk." Panggil Ibu Nilam membuat ia langsung menghapus air matanya. Ia tersenyum ke arah Ibu Nilam yang membawakan dirinya nampan makanan.
"Kamu nangis lagi, Nduk?" Tanya Ibu Nilam meletakkan nampannya di meja. Ibu Nilam berjalan mendekati sosok rapuh itu yang semakin kurus.
"Sudah cukup, Nduk. Kamu gak kasihan sama janin yang ada diperutmu? Dia yang akan jadi sumber semangatmu nanti. Jangan kamu sesali lagi. Janin ini juga bukan anak haram. Dia berhak untuk hidup. Buah cinta kalian berdua. Kalian juga sudah menikah. Gak perlu takut ya." Ucap Ibu Nilam meremas tangannya.
"Ak-"
"Shutt. Ibu tahu kamu belum siap dengan semua ini. Tapi ini sudah takdir dan kita hanya bisa menerimanya. Ibu akan bantu rawat bayi ini nantinya setelah bayi ini lahir. Kita akan rawat bersama-sama."
Gadis itu tersenyum. Ia memeluk Ibu Nilam erat. Ibu yang menggantikan ibu kandungnya yang bahkan ia sendiri tidak tahu apakah orangtuanya masih hidup atau tidak. Umurnya bahkan sudah hampir 60 tahun tapi ia masih sehat dan bugar.
***
Revan akhirnya sudah diperbolehkan dokter setelah hampir 1 bulan dirinya dirawat dirumah sakit untuk pemulihan. Ia sendiri bahkan tidak tahu kenapa dirinya bisa dirawat selama itu di rumah sakit.
Dirinya berjalan santai dengan digandeng Mom Kia. Sepertinya Mommynya ini terlalu takut dan trauma dengan keadaannya beberapa waktu lalu. Tn. Bagas yang berjalan di belakang mendengus sebal karena istrinya lebih memilih anaknya itu.
***
"Ahhh. Akhirnya bisa menghirup udara segar." Desah Revan lega dan merentangkan tangannya. Kini Revan berada dihalaman rumahnya sambil berjalan santai mendekati beberapa tanaman yang tampak asing dimatanya.
"Sejak kapan Mom suka bunga Lily." pikir Revan lalu memetik bunga itu. Revan melempar asal bunga itu kemudian beranjak memasuki rumahnya. Di sana terlihat Dad dan Mom yang duduk di sofa menunggu kehadirannya.
"Mom." Panggil Revan.
"Kenapa sayang?" Tanya Mom Kia beranjak dari duduknya dan duduk di sebelah Revan.
"Sejak kapan Mom nanem bunga Lily?"
"Hah?" Syok Mom Kia kini dirinya agak gugup membuat Revan heran.
"Di depan ada bunga Lily Mom. Setau Revan Mom lebih suka mawar."
"Ahh ... Itu-"
"Pa, Kok kamu belum berangkat sih katanya ada meeting." alih Mom Kia membuat Dad mengerutkan keningnya.
"Huh." Desah Revan lalu pergi meninggalkan mereka yang saling mengkode lewat mata.
Revan beranjak menaiki tangga menuju kamarnya. Dia sungguh sangat merindukan kamarnya yang luas itu. "Wahhh." ucap Revan membuka pintunya kamarnya.
Ia langsung merebahkan tubuhnya ke kasur. Terdiam sejenak. Merasakan suasana yang berbeda dari rumah sakit yang menjadi rumahnya selama 1 bulan itu.
Revan memejamkan matanya kemudian bangkit ke arah jendela kamarnya. Ia membuka gorden itu dan melihat halaman rumahnya yang luas dan hijau. "Kenapa ada yang hilang ya?" Tanya Revan pada dirinya sendiri.
Revan tetap menatap halaman hijau sambil pikirannya berkelana. Entah apa yang dia pikirkan itu.
Kringg
Bunyi handphone itu membuat Revan tersadar dari lamunannya. Ia berjalan kearah nakas dan melihat siapakah yang mengganggunya.
Princess
Calling"Halo?"
"Kamu kemana aja sih aku telfon dari tadi gak diangkat! Kamu lupa sama aku?" Marah gadis di seberang sana membuat Revan terkekeh. Ia duduk di ranjang sambil mendengarkan gadis itu mengoceh panjang dan lebar.
"Revan! Kamu dengar aku gak sih!"
"Of course, Princesnya Revan."
"Bukan Revan tapi Putra. You know?"
***
BersambungDah gak nyambung goodbye sampai disini Kisah Reta dan Revan.
Kasih komen yang nyambung ke cerita dong wkwkwk. Hambar banget nih cerita. Part kemarin cuma dapet komen next aja. Tapi ga ada yang komen di ceritanya😭😭😭😭😭😭😭
KAMU SEDANG MEMBACA
MAS BUCIN
RandomWarning1821 "Ta," "Apa?" "Boleh minta Kiss?" "Hah ... kis?" "Iya." "Emm ... boleh," setelah berpikir sebentar. "Bener?" Intro aja dulu siapa tahu ada yang mau baca. Syukur" ada yang vote dan komen. Nggak mau maksa tapi pengen laj ada yang ngekom...