Warning1821
"Ta,"
"Apa?"
"Boleh minta Kiss?"
"Hah ... kis?"
"Iya."
"Emm ... boleh," setelah berpikir sebentar.
"Bener?"
Intro aja dulu siapa tahu ada yang mau baca. Syukur" ada yang vote dan komen. Nggak mau maksa tapi pengen laj ada yang ngekom...
Capek banget sama aplikasi sebelah antara ngakak dan sedih yakali baru juga fyp dah ilang videonya.
Sekian maaf kalo risih soalnya ada nemu kalo ada note kek gini pada risih!! Bodo amatlah terlanjur nyaman juga ngasih note wkwkwk.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
*** Reta mengikuti Bi Surti yang membawanya ke kamar Revan. Ia diam - diam mengamati interior rumah Revan sangat mewah, bisa - bisanya dulu ia tidak melihat interior ini.
"Non Reta butuh sesuatu?" tanya Bi Surti setelah membukakan pintu kamar.
Reta menggelengkan kepalanya pelan. Ia hanya butuh tempat untuk menghalau kepalanya yang tiba-tiba terasa stress.
"Saya ambilkan sarapan ya, Non?" tawar Bi Surti. Reta tetap menggelengkan kepalanya enggan mengeluarkan suara.
"Ya sudah. Kalo Non Reta butuh sesuatu panggil saya aja ya, Non." ucap Bi Surti. Reta hanya mengganggukkan kepalanya.
"Permisi, Non." pamit Bi Surti meninggalkan Reta sendiri. Reta menghela nafas panjang, merasa lega akhirnya ia bisa sendiri untuk menumpahkan kesedihannya.
Dia berjalan ke arah meja belajar Revan. Mengeluarkan beberapa buku dan kertas dari tasnya yang sejak tadi ia gendong tadi. Reta enguncir rambutnya yang berantakan, kemudian ia berkutat dengan soal - soal olimpiade yang ia dapat dari Kak Sandi berharap bisa melupakan fakta yang sekarang terjadi.
"Huh" Reta menghela nafas kasar setelah beberapa menit berkutat dengan soal olimpiade itu. Ia menyandarkan tubuhnya ke kursi dan menutup wajahnya. Dia kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya kasar berharap kalimat yang di lontarkan warga tadi pagi tidak berdengung di kepalanya.
Ucapan dari warga hingga saat Revan mengucap akad terus berputar di kepalanya seperti kaset rusak.
"AAAH" teriak Reta tidak terima sambil menjambak rambutnya sendiri.
Hiks
Hiks
Reta menenggelamkan wajahnya di lipatan tangannya. Meratapi nasibnya. Apa yang harus dilakukan dirinya sekarang? Menerima Revan sebagai suaminya? Atau meminta agar Revan segera menceraikannya? Tapi, haruskah ia menjadi janda di umur 16 tahun? Itulah yang menjadi pertanyaan Reta sekarang.
*** Flashback on
Penghulu yang mendapat panggilan telfon dari pak RT itu berjalan tergesa-gesa setelah turun dari motornya. Ia menghampiri kerumunan yang ada di depan rumah Pak RT.
"Ada apa, Pak" tanya Penghulu.
"Ini Pak. Nikahkan mereka. Masih SMA udah berani berzina harus di nikahkan ini, Pak!"
"Bagaimana dengan wali?"
"Saya yang jadi wali, Pak. Neng Reta cuma sendiri di kota ini" sahut Pak RT.