PROLOG

16.9K 551 105
                                    

Malam semuanya. Yang baca Novel ini jangan lupa untuk masukin ke daftar reading list kalian yah!
Jangan lupa juga Follow medsos autor.
IG. Ayyana Haoren
Fb. Ayyana Haoren

Kalau udah baru deh Vote dan komen setiap episodenya.

AKAN ADA HADIAH LIMA 5 NOVEL KARANGAN AUTHOR UNTUK LIMA ORANG YANG BERUNTUNG. DENGAN SYARAT HARUS RAJIN VOTE DAN KOMEN DI SETIA EPISODNYA. SIAPA YANG PALING SERING BERPARTISIPASI DIA BERHAK DAPETIN BUKU ITU. SELAIN ITU KALIAN JUGA HARUS FOLLOW IG AYYANA HAOREN DAN LIORA PUBLISHING.

 SELAIN ITU KALIAN JUGA HARUS FOLLOW IG AYYANA HAOREN DAN LIORA PUBLISHING

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🔥🔥🔥🔥

Suara langkah kaki begitu tak terkendali. Berlarian kesana kemari membuat suasana seakan mencekam. Warna lampu terasa meredup malam itu.

Beralih ke sebuah lorong yang sepi ada suara isak tangis yang dipadukan dengan jeritan. Seorang perempuan berambut panjang ikal, berkulit putih. Wanita itu lusuh. Tubuhnya terkulai lemas, dengan kepala yang disandarkan di bangku besi yang teramat keras. Dadanya seakan sesak karena tangisannya yang tak henti. Terlihat dari raut wajahnya yang begitu menyedihkan wanita itu memendam penderitaan yang teramat dalam.

Sekejap, wanita lemah itu menjelma jadi perempuan kuat saat melihat seorang dokter yang baru keluar dari ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD)

Bagaimana bisa seorang wanita yang awalnya begitu lemah itu, seketika menjelma begitu cepat jadi wanita yang tegar, padahal baru saja dia seperti wanita yang kehilangan arah.

Dokter paruh baya itu menggelengkan kepalanya singkat "Harus mengambil tindakan terakhir. Tumornya harus segera di operasi," ucap seorang dokter yang membuat perempuan muda itu memukul dadanya kencang berulang kali.

Ada kegagalan yang perempuan itu rasakan. Pukulan di dadanya mampu menjawab semua penderitaanya. Kalau kabar yang diberikan dokter itu nyatanya membuat dadanya terasa sesak dan menyiksa.

Perempuan itu kembali duduk di lantai, dengan tangan mencekam erat tas miliknya. Wanita itu kembali menjadi sosok yang lemah. Bahkan jauh tak berdaya dari sebelumnya.

Terdengar suara roda yang seret cepat memasuki ruang operasi. Semua dokter bedah berlarian memasuki ruang mengerikan itu bergantian, dengan pakaian serba yang putih dengan masker di wajahnya.

Perempuan bermata sayu itu memalingkan pandangannya, memandangi dengan seksama sekumpulan orang yang mengantar pasien tadi ke ruang operasi.

Sudah bisa ditebak kalau orang yang dibawa itu adalah orang kaya atau orang yang sangat penting. Dari perlakuan mereka sudah menggambarkan, kalau orang itu begitu spesial. Bahkan ada dua lelaki yang berdiri tepat di pintu operasi dengan memakai setelan serba hitam seakan mengawasi perkembangannya, dan juga satu lelaki paruh baya yang seperti keluarga pasien.

Wanita itu terus menatap ke arah mereka, memperhatikan setiap pergerakan lelaki itu. Entah apa yang dia pikirkan, tapi pandangannya tidak lepas sedikitpun. Bahkan sampai dokter ke luar dari ruang operasi.

"Nyonya besar harus segera mendapatkan donor ginjal. Keadaannya semakin kritis. Kalau menunggu terlalu lama nyawanya bisa-bisa tidak tertolong."

Perkataan dokter membuat keadaan di sekelilingnya seakan panik dan mencekam.

Namun, sebuah kenyataan terdengar begitu jelas oleh si gadis. Kalau pihak rumah sakit belum mendapatkan pendonor sampai sekarang.

Perempuan itu memiringkan kepalanya. Terus menatap ke arah kerumunan tersebut yang terjadi tepat di depan matanya. Sampai akhirnya dia membangunkan tubuhnya dan berjalan perlahan ke arah kerumunan tersebut.

"Berapa banyak bayaran untuk sebuah ginjal?" ucap perempuan yang belum diketahui namanya itu, dengan nada bicara datar.

Sontak ucapan gadis itu mampu membuat Para lelaki itu langsung memutar tubuhnya dan menoleh ke arah asal sumber suara. Suara yang terdengar samar bagi mereka. Seorang gadis cantik, dengan rambut hitam pekat, dan bola mata berwarna coklat itu berdiri tepat di hadapan mereka.

Pandangannya yang kosong, di tambah penampilan seadanya membuat para lelaki tegak itu memandangi sang gadis dari bawah sampai atas.

Beda halnya dengan lelaki paruh baya yang memandangnya dengan penuh pengharapan.

"Lebih dari harga rumah dan mobil mewah jika ada yang bersedia," jawab lelaki paruh baya dengan setelan kemeja putih dan celana hitam.

Tanpa ragu gadis itu langsung menjawabnya dengan penuh keyakinan "Baik, saya akan mendonorkan ginjal, Saya. Tapi, sebelumnya tolong  kalian urus seluruh biaya perawatan ibu saya yang sedang di IGD."

Perempuan cantik itu seakan tidak mempedulikan lagi hidupnya.
Bagaikan seorang peri yang tiba-tiba turun dari langit. Dengan begitu mudahnya dia mendonorkan organ yang paling berarti dalam tubuh seorang manusia.

Gadis itu bernama Nadira Ayumi.

ia bukan perempuan sinting, bukan juga perempuan yang gila harta. Tapi dia hanya seorang gadis biasa yang sedang memperjuangkan nyawa orang yang dia sayang dan kasihi. Yaitu seorang wanita yang sudah melahirkan dan membesarkannya seorang diri.

 Yaitu seorang wanita yang sudah melahirkan dan membesarkannya seorang diri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

VISUAL NADIRA AYUMI

SHE IS MY WIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang