Episode dua puluh dua

3.8K 276 77
                                    

Jonathan menghela napas kasar saat melihat Nadira memasuki kamar milik Aksa.

"Apa penantianku sudah benar-benar berakhir," batin Jonathan membalikan tubuhnya dan berjalan mengarah kamar pribadi yang tak jauh dari kamar Aksa.

Dalam renungannya, Jonathan kembali membayangkan Nadira. Membayangkan kembali saat-saat mereka sekolah dulu. Bagaimana cara Nadira tersenyum, bahkan saat Nadira selalu menjahilinya kala itu.

Dari dalam kamar, Jonathan mendengar percakapan Aksa yang sedang berbicara dengan seseorang di telepon. Jonathan yang hendak merebahkan tubuh mengurungkan niatnya dan kembali berjalan mendekat ke arah pintu yang sedikit terbuka.

"Tidak penting siapa istriku, yang terpenting rumor tentang ku," kata Aksa yang terdengar jelas oleh Jonathan.

Tidak tau Aksa bicara dengan siapa, yang jelas Jonathan hanya mendengar ucapan yang keluar dari mulut Aksa tanpa tau dengan siapa Aksa bicara.

"Ini bukan pernikahan cinta, jadi berhenti mengejeku seperti itu. Lagi pula ini hanya sementara. Tidak mungkin aku bisa bertahan lama!"

Jonathan mendekat ke arah Aksa yang sudah memutuskan panggilannya. Sikap Jonathan yang tiba-tiba datar saat menatap Kakaknya membuat Aksa sedikit heran. Pasalnya Jonathan tidak akan bersikap seperti itu tanpa alasan.

Kakak, beradik itupun saling berhadapan satu sama lain. Aksa dengan tatapan datarnya, tidak untuk sang adik. Jonathan menatap Aksa dengan tatapan tajam.

"Aku ingin bicara denganmu," kata Jonathan yang lansung aksa angguki.

Aksa dan Jonathan pun berjalan ke arah taman yang berada di depan rumah.

"Katakanlah, apa yang ingin kamu katakan padaku," kata Aksa yang membuat Jonathan terus menatap kakaknya tajam.

"Apa kamu akan terus menatapku seperti itu?" sambung Aksa.

"Tinggalkan Nadira secepatnya!"

Aksa terdiam saat mendengar Jonathan tiba-tiba bicara seperti itu padanya.

"Aku ingin kamu tinggalkan Nadira secepatnya, ka! Aku tidak pernah ingin ikut campur masalah kamu. Tapi tidak untuk Nadira."

Aksa masih terdiam dengan mata menatap sang adik. Ini pertama kalinya Jonathan ikut campur masalah pribadinya. Apapun yang dilakukan Aksa, adiknya tidak pernah mau ikut campur ataupun terlibat di dalamnya.

"Apa yang membuatmu berani bicara seperti itu?"

"Karena aku mencintainya, aku tidak lelaki dingin sepertimu menyakiti wanita yang aku cintai," gumam Jonathan yang hanya bisa bicara dalam hati.

"Karena Nadira wanita yang baik, apa belum cukup penderitaan gadis itu saat keluarganya tiada, bahkan ginjalnya telah didonorkan pada Queeni," kata Jonathan yang membuat Aksa menghela napas panjang lalu mendekat satu langkah ke arah sang Adik.

"Apa kamu menyukainya?" tanya Aksa yang membuat Jonathan terdiam untuk sesaat.

"Itu bukan urusanmu," jawab Jonathan, lalu berjalan melewati Aksa yang masih bersikap datar.

Aksa menghela napas berat dan tersenyum miring.

******

Keesokan harinya seperti biasa suasana di meja makan terasa hening. Tidak ada percakapan yang istimewa dan membuat suasana terasa hangat seperti keluarga harmonis kebanyakan. Aksa dengan sejuta pesonanya. Jonathan diam dengan mata melirik tajam ke arah kakaknya. Nadira dengan wajah yang sedikit ditekuk. Sedangkan nyonya Sovia melirik ke arah dua cucunya yang bersikap acuh terhadapnya.

SHE IS MY WIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang