Episode dua puluh tiga

3.7K 267 155
                                    

Cung Akh yang udah jatuh cinta sama novel ini. Boleh dong kasih alasan apa yang buat kalian nungguin part selanjutny.

KASIH AKU LOVE YANG BANYAK DONG DI ALENIA INI.

BTW HAPPY NEW YEAR KESAYANGAN AKU SEMUA. SEHAT SEHAT YAH KALIAN DIMANAPUN BERADA.

MAAF KALAU KALIAN MASIH MENEMUKAN BANYAK TYPO.😝
✨✨✨✨✨✨🎆🎆🎆🎆🎆🎆🎆

"Aku tidak mau orang kantor, atau orang lain tau tentang pernikahn ini. Ingat, jangan mengharapkan lebih dari pernikahan ini," kata Aksa dengan nada mengancam, dan membuat gadis cantik itu terdiam sesaat tanpa mau menoleh ke arahnya.

Nadira menyelempangkan tas miliknya, lalu turun dari mobil aksa tepat di halte bus yang tak jauh dari kantornya. Tapi sebelum itu, Aksa kembali mengingatkan Nadira tentang perkataan yang dia lontarkan sebelumnya.

"Trimakasih untuk tumpangannya," kata Nadira sedikit menekuk wajahnya, lalu menutup pintu mobil Aksa perlahan.

Di satu sisi sebuah kamera sibuk memotret Nadira yang baru ke luar dari kendaraan Aksa. Yang jelas Nadira atau Aksa tidak menyadari hal itu.

Gadis cantik itu mencoba menghela napas panjang setelah kendaraan Aksa menghilang dari penglihatannya.

Sedangkan orang yang tadi memotret Nadira mencoba menghubungi seseorang.

"Nona, saya sudah mengirim beberapa foto perempuan. Dia baru turun dari mobil tuan Aksa."

"Cari tau lebih lanjut tentang perempuan itu," suara yang berciri khas Elena.

Perempuan di balik telepon yang tak lain adalah Elena. Dan lelaki yang sudah memotret Nadira adalah orang suruhannya.

Nadira menekan tombol lift. Untuk waktu yang cukup lama gadis cantik itu menunggu tepat di depat pintu lift untuk bisa sampai di lantai lima belas. Tapi, entah kenapa untuk sesaat pikirannya teralih pada sosok suaminya yang tak berperasaan.

"Tanpa dia bicara seperti itu, aku juga tidak akan memberitahu siapa-siapa tentang pernikahan ini. Tapi mendengarnya bicara seperti itu kenapa hatiku terasa sakit," batin Nadira dengan tatapan kosong.

Saat bersamaan sebuah tangan melingkar tepat dipergelangan tangan Nadira. Sontak saja sentuhan tangan itu membuat Nadira terkejut dan langsung menoleh ke arahnya.

"Kamu ...!" seru Nadira dengan mata membualat saking terkejutnya. Nadira mencoba menepis lengan lelaki tersebut. Tapi, saat itu juga dia kembali menggenggam pergelangan tangan Nadira.

"Lepas! Atau aku akan berteriak," kata Nadira sinis.

"Teriak saja, aku akan bilang kalau kamu pacarku yang sedang marah," jawab Theo dengan nada sarkasnya.

"Theo, kumohon ...! Lepas!" Pinta Nadira dengan wajah sedikit memohon.

Theo yang tak tahan dengan mimik Nadira yang menurutnya imut itu, akhirnya melepaskan tangan Nadira.

"Sepertinya aku akan sering-sering ke kantor ini," kata Theo terus menatap wajah Nadira.

Suara lift berbunyi, dan pintu terbuka. Nadira bergegas masuk, begitu juga dengan Theo.

"KAMU!" Nadira yang merasa risih karena diikuti oleh Theo.

"JANGAN GE'ER. Aku sedang ada rapat penting di perusahaan ini," kata Theo dengan Nada santainya.

Pintu lift perlahan mulai tertutup, tapi saat itu juga sebuah kaki dengan sepatu kulit berwarna coklat tua mencoba mengghambatnya.

Thio dan Nadira menoleh ke arah sepatu tersebut, sampi akhirnya lift terbuka kembali dan memperlihatkan sosok pemilik sepatu kulit tersebut.

SHE IS MY WIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang