"Andai aku punya banyak keberanian untuk bicara lebih lama tentang perasaanku, mungkin hatiku tak akan sesakit ini. Aku juga akan merasa lega karena telah mengungkapkannya. Tapi, sampai detik ini aku tak memiliki keberanian sebanyak itu."Nadira termenung dengan kepala menyandar di punggung kursi. Tatapannya kosong, sedangkan jemarinya memainkan gelang dari Jonathan.
Di satu sisi Aksa yang baru masuk ke dalam kamar melihat Nadira yang sedang termenung. Lelaki tampan itu masih saja bersikap acuh. Tanpa mau menanyakan keadaan Nadira.
Bahkan sampai Aksa masuk dan ke luar dari kamar mandi saja Nadira masih termenung di atas kursi.
"Wanita itu, kenapa begitu malas."
Aksa mengguman dan merasa sedikit heran. Pasalnya dia merasa kalau Nadira duduk di kursi itu sudah berjam-jam dari awal dirinya akan berolah raga.
"Uhuk ukuh!"
Aksa berpura-pura batuk dan membuat Nadira langsung menoleh ke arahnya.
"Kenapa dengan lelaki itu. Apa dia tidak bisa melihat orang bersantai sebentar saja," batin Nadira yang kembali duduk termenung.
"Ish wanita itu! Benar-benar tak tau malu. Apa mentang-mentang ini hari libur dia seenaknya seperti itu."
Lelaki kaku itu berjalan mengarah ke meja, dan menyapu bagian atas meja dengan jemarinya. "Kenapa meja ini begitu berdebu. Apa tidak ada yang membersihkan tempat ini!" Aksa meninggikan suaranya agar terdengar oleh Nadira.
Lelaki itu seakan mencari-cari masalah dengan Nadira.
Nadira yang merasa sedikit risih akhirnya berdiri dan mengambil tissu, lalu membersihkannya dengan benda putih itu.
"Mejanya sudah bersih, Tuan. Apa ada yang mau saya bersihkan lagi!" Sarkas Nadira yang membuat Aksa menoleh sekeliling dan berpikir sejenak.
"Kamar mandi itu masih kotor dan licin?" Aksa menunjuk ke arah kamar mandi.
"Tiga puluh menit yang lalu pelayan di sini sudah membersihkannya tepatnya sebelum Tuan Aksa masuk ke dalamnya. Bagaimana, apa ada lagi?" jawab Nadira dengan nada sarkasnya.
Aksa diam tak menjawab ucapan Nadira. Lelaki tampan itu berjalan menjauh dari istrinya. Dia seolah menghindar dari tatapan Nadira yang terus saja mengintograsinya.
Nadira tersenyum miring saat melihat Aksa kembali menghindari tatapannya. Gadis cantik itu membuang tisu yang sedari tadi di tangannya. Lalu mengambil baju di dalam lemari setelahnya.
Sedangkan Aksa yang berpura-pura mengalihkan pandangannya dan mencari kesibukan dengan ponsel miliknya, meski sesekali pandangannya kembali memperhatikan Nadira.
Nadira yang menyadari itu hanya bisa tersenyum dan sedikit menggelengkan kepalanya pelan. Nadira seakan heran dengan sikap Aksa yang menurutnya aneh itu.
Kurang lebih sepuluh menit Nadira berada di ruang ganti. Ia ke luar dengan penampilan yang cukup simpel, meski begitu tak mengurangi kecantikannya sedikitpun.
Gadis cantik itu memakai atasan kaos putih dengan di padukan rok mini dari bahan jeans.
Aksa menatap Nadira dengan tatapan lapar. Lelaki tampan itu hanya bisa menelan ludah saat melihatnya. Pasalnya rok mini yang Nadira lenakan cukup mengekspos kulit putihnya.
"Aksa, hentikan. Ingat wanita itu bukan tipe kamu," batin Aksa mencoba mengelak dan membuang wajah.
Awalnya Aksa masih diam, tapi saat Nadira mengambil mini bag, lelaki itu mencoba mengeluarkan suara. "Apa kamu akan ke luar dengan penampilan seperti ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SHE IS MY WIFE
RomanceSebelum membaca cerita ini pastikan kalian follow author terlebih dahulu. "Tidak ada pilihan lain selain menikah dengan cucu dari wanita sepuh itu!" Perumpamaan yang pantas dilontarkan dari bibir lentik seorang Nadira Ayumi. Nadira Ayumi, gadis mala...