Episode tujuh

4.9K 309 40
                                    

Bimbo yang ke luar dari mobil langsung di hampiri Aksa dan Jonathan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bimbo yang ke luar dari mobil langsung di hampiri Aksa dan Jonathan. Begitu jelas terlihat dalam wajah mereka Kalau kakak beradik itu begitu mengkhawatirkan sosok Nenek yang mereka Cintai.

"Apa yang terjadi dengan queenie? Aksa bertanya dan memaksa untuk membuka pintu ambulan.

"Jawab apa yang terjadi dengannya?" Timpal Jonathan penuh kecemasan.

Belum juga Bimbo menjawab pertanyaan mereka, Nyonya Sovia keluar dari mobil miliknya.

"Aku baik-baik saja!" Sela sang Nenek yang membuat Jonathan langsung menghampiri dan memeluk Neneknya. Begitu juga dengan Aksa menghampirinya tanpa memeluk Nyonya Sovia seperti Jonathan.

Sikap Aksa sangat bertolak belakang dengan Jonathan yang lebih berterus terang ketika mengungkapkan sesuatu.

Aksa tersenyum tipis dan menghela napas lega. Lalu setelahnya menoleh ke arah ambulan dan menujuknya. "Lalu itu?"

"Itu, Nadira!" jawab Nyonya Sovia yang membuat aksa terdiam.

Jonathan melepaskan pelukannya dan berjalan mengarah pintu ambulan bersama sang Nenek.

"Dia gadis yang waktu itu. Jadi namanya Nadira? apa mungkin dia akan tinggal di sini?" batin Jonathan menatap Nadira yang sedang di angkat ke kursi roda oleh pegawai rumah sakit.

Sedangkan Aksa menatap Nadira datar tanpa memperlihatkan ekspresi apapun.

Dia terlalu dingin dan acuh saat orang-orang sibuk membawanya masuk ke dalam mension.

Aksa melangkah pelan mengikuti langkah mereka dari kejauhan dengan tangan yang dimasukan ke saku celananya.

Nyonya Sovia menempatkan Nadira di kamar khusus yang tak kalah mewah dengan cucu-cucunya.

Bahkan dia juga mengumpulkan seluruh karyawannya dan mengenalkan Nadira sebagai keluarga baru di keluarga Tyaga.

"Mulai saat ini, gadis ini akan tinggal di sini. Layani dia sepenuh hati. Jika ada yang memperlakukan dia dengan tidak baik saya akan memecat orang itu!" perintah Nyonya Sovia pada seluruh karyawannya.

Mereka mengangguk patuh saat nyonya besar di mension itu memerintahkan sesuatu. Tidak ada seorang pun yang berani membantah ucapannya. Atau taruhannya ke luar dari mension ini dan kehilangan pekerjaan.

Beda halnya dengan Aksa yang selalu bersikap datar terhadap orang asing di sekitarnya. Bahkan dia tak peduli dengan apa yang diucapkan Neneknya dan memilih masuk ke ruang kerja pribadinya.

Aksa menghirup napas panjang dan mengusap wajahnya kasar.

"Drama apa lagi yang akan dia buat! Siapa wanita itu sebenarnya, kenapa juga Queenie begitu peduli dengannya, bahkan dia berani membawanya ke sini. Tak biasanya juga dia ramah terhadap orang asing!"

Banyak pertanyaan terlintas dalam pikiran Aksa. Dia begitu tak habis pikir dengan apa yang telah dilakukan neneknya.

Hari berganti begitu cepat. Sudah dua hari Nadira tak sadarkan diri. Saat itu juga Nyonya Sovia begitu mengkhawatirkan dirinya. Sore itu Dokter datang ke kediaman Tyaga atas perintah Nyonya Sovia.

"Semuanya akan baik-baik saja, Nyonya. Dia seperti ini, mungkin karena beberapa hari sebelumnya kurang istirahat dan tidur. Saya yakin setelah dia sadar keadaannya akan membaik," ucap Dokter mencoba menjelaskan.

"Apa anda yakin?"

Dokter tersenyum dan mengangguk pelan. Lalu setelahnya ia memberikan beberapa resep pada perawat yang mengurusi Nadira untuk memberikan obatnya setelah gadis itu sadarkan diri.

"Terimakasih banyak, Dok!" ucap Nyonya Sovia. Dan menyuruh Bimbo mengantarkan Dokter ke pintu depan.

Tak banyak pinta Nyonya Sovia. Selain kesembuhan untuk gadis yang kini berbaring lemah di hadapannya. Meski Dokter sudah menjelaskan kondisi Nadira. Tetap saja rasa kekhawatiran itu masih ada.

Jonathan menghampiri Nyonya Sovia yang sedang berdiri menatap Nadira. Dia mencoba merangkul sang nenek dan bilang semuanya akan baik-baik saja.

"Apa kamu berpikir kalau gadis ini sangat bodoh," ucap Nyonya Sovia  yang masih menatap Nadira.

Jonathan mendehem singkat dan menatap wajah polos wanita yang saat ini sedang berbaring.

"Dia bodoh. Karena sudah memberikan ginjalnya pada wanita tua ini. Andai saja gadis ini tidak memberikannya padaku mungkin dia tidak akan selemah ini."

"Tapi, apa kamu menyadarinya kalau gadis ini sangat cantik," sambung sang Nenek tersenyum.

"Yah dia cantik, sangat cantik," batin Jonathan yang tak berani mengungkapkan secara langsung hanya bisa menatap wajah cantik Nadira meski tanpa polesan makeup.

Nyonya Sovia melepaskan tangan Jonathan yang sedari tadi melingkar di bahunya.

"Anak bodoh, bukannya malam ini kamu harus  berangkat ke LA (Los Angeles) kenapa belum bersiap-siap?" tanya Nyonya Sovia yang membuat Jonathan tersenyum tipis.

"Sorry Queenie. Jo tidak bisa menemani Queenie terlalu lama, di sini!" ungkap Jonathan menampakan wajah bersalah.

"Queenie kamu tak selemah itu, Jo. Semua akan baik-baik saja. Kamu harus fokus mengejar pendidikan S2 kamu di sana. Agar kamu bisa segera menjalankan perusahaan bersama Aksa. Kakak mu!"

Jonathan menghela napas berat, seakan tak setuju dengan permintaan sang Nenek ketika mendengar nama perusahaan.

"Baiklah. Aku akan siap-siap dulu!"

Jonathan berpamitan ke luar dan meninggalkan neneknya. Begitu juga dengan Nyonya Sovia yang ikut ke luar dari ruangan Nadira.

Di satu sisi Aksa yang baru pulang dari kantor mencari keberadaan Neneknya. Dia menanyakan pada salah satu perawat yang sedang mengarah ke pintu luar.

"Di mana Nyonya besar?" tanya Aksa datar.

"Tadi Nyonya berada di kamar Nona Nadira, Tuan!" Jawab sang perawat santun.

Tanpa berpikir panjang Aksa langsung menghampiri ruangan Nadira. Aksa yang melihat pintu sedikit terbuka masuk begitu saja tanpa berpikir panjang. Namun, langkahnya terhenti saat tak ada seorangpun yang berada di ruangan itu. Aksa menghela napas panjang dan kembali memutar tubuhnya untuk ke luar dari ruangan Nadira. Aksa mengurungkan niatnya dan berjalan mendekat ke arah Nadira.

Matanya terhenti pada sosok wanita cantik yang masih tak sadarkan diri.

"Apa tempat ini begitu nyaman untukmu. Sampai-sampai kamu enggan bangun dari tempat ini!" Aksa menghela napas berat. "Huh, apa ini sebuah modus baru untuk orang-orang sepertimu agar bisa hidup mewah?"

Bukan hanya dingin, lelaku itu juga seakan tak memiliki perasaan.

Aksa yang enggan berlama-lama dari ruangan Nadira memilih untuk bergegas pergi. Belum satu detik dia membelakangi Nadira, lelaki itu kembali memutar tubuhny dan menatap lengan Nadira.

Nadira menggerakan tangannya perlahan.







SHE IS MY WIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang