Episode Satu

8.3K 522 110
                                    

Lampu warna warni berkelap kelip di ruang yang gelap nan bising itu. Suara teriakan bergemuruh riuh di tempat yang terbilang elit. Banyak kegembiraan yang tergambar dari wajah mereka, seperti orang yang tak memiliki beban hidup sedikitpun. Namun, ada juga yang datang ketempat itu hanya untuk bersenang-senang dan menghilangkan stres semata.

Penampilan, cara berpakaian, riasan, semuanya mampu menggambarkan kalau mereka adalah orang-orang kalangan atas.

"Tuan! Ada panggilan masuk berulang kali dari kediaman nyonya besar. Sepertinya ini sangat penting, Tuan." ucap seorang lelaki berpenampilan rapi menyodorkan smartphone keluaran terbaru dengan begitu ramah dan santun tanpa berani menatap ke arah lelaki yang ada di hadapannya.

Sudah bisa ditebak kalau lelaki itu yang tak lain adalah seorang asisten dari lelaki yang ada di hadapannya.

Aksa Devins Tyaga. Pemilik wajah rupawan, dengan mata coklat, hidung mancung, kulit putih, dan tubuh atletis. Dia begitu sempurna di mata perempuan. Banyak perempuan yang tergila-gila pada dirinya, tapi Aksa terlalu dingin untuk menyikapi para gadis. Selain itu, dia juga pemuda yang terlahir dari keluarga kaya raya.

Aksa mengangkat wine miliknya dan meneguk perlahan. "Katakan, saya sedang sibuk!" Perintah Aksa datar pada Darius selaku asistennya.

"Tuan, tapi, asistennya nyonya besar bilang pada saya, kalau beliau kondisinya sangat kritis."

Aksa menatap tajam ke arah asistennya dan mengangkat sebelah tangannya. Darius yang tau dengan maksud bos nya langsung memberikan telepon genggam tersebut.

"Katakan! Ada apa dengannya?" tanya Aksa yang masih bersikap datar ketika mengangkat panggilan tersebut.

Tidak butuh waktu lama Aksa mendengar jawaban atas pertanyaanya. Dia beranjak dari duduknya dan pergi begitu saja layaknya orang yang sedang diliputi kepanikan.

"Pesan penerbangan secepatnya. Kita harus segera pulang ke indonesia sekarang juga!" perintah Aksa yang langsung dipatuhi oleh Darius.

Aksa mengambil penerbangan malam itu juga bersama asistennya untuk bisa pulang ke Indonesia.

Lampu di ruang operasi mulai di nyalakan. Kedua pasien yang sudah tidak sadarkan diri tidur disejajarkan. Dokter bedah mulai memberikan aba-aba pada dokter lain dan para asistennya untuk memulai operasi besar itu.

Sudah hampir dua jam dokter bergelut dengan alat bedah. Sampai akhirnya lampu ruang operasi dimatikan. Bertanda kalau operasinya selesai.

"Bagaimana keadaan nyonya, Dok?" tanya laki-laki paruh baya bernama Bimbo. Yang tak lain asisten dari nyonya besar yang baru saja melangsungkan operasi bersama Nadira.

"Operasinya berjalan lancar. Tinggal menunggu siuman saja," jawab Dokter lalu pergi.

Di satu sisi Aksa yang baru sampai bandara soekarno hatta langsung dihampiri oleh sopir pribadi neneknya.

Sopir itu dengan sigapnya membuka pintu mobil. Aksa dan Darius masuk ke dalamnya. Mata Aksa terus saja memandangi layar ponsel dan juga jam di tangan.

Mobil yang dikendarai sang sopir melaju dengan kecepatan penuh sesuai perintah Aksa.

"Apa nyonya besar sudah mendapat pendonor?" tanya Aksa menatap sang sopir dari arah kaca spion.

"Saya kurang tau, Tuan!" sopir melirik sebentar lalu kembali fokus ke arah jalan raya.

Aksa menghela napas kasar dan meninju jok mobil yang ia duduki."SIAL. Bagaimana bisa kamu tidak tau hal ini!" pekik Aksa sinis.

"Saya coba hubungi pak Bimbo kembali untuk menanyakan kabar nyonya besar!" Darius yang langsung men-slide layar ponselnya untuk menghubungi Pak Bimbo.

Sepuluh menit berlalu, panggilan Darius tak kunjung diangkat oleh Pak Bimbo.

Aksa yang sudah diliputi rasa kesal menyuruh sang sopir untuk melajukan kendaraannya lebih cepat lagi.

"Aksa, saya bicara sebagai teman. Kamu harus jaga emosi kamu. Yakin kalau semuanya akan baik-baik saja," kata Darius yang ternyata adalah teman sekaligus asisten Aksa.

Aksa merekatkan giginya, memalingkan wajahnya ke arah bahu jalan.

Darius menepuk pundak Aksa perlahan. "Evrything will be fine."

Aksa tak memperdulikan apa yang Darius katakan. Dia memilih untuk berdoa dalam hati akan kesembuhan Neneknya yang selama ini telah membesarkannya. Kedua orang tuanya telah meninggal dalam kecelakaan pesawat. Hanya ada Aksa, Nenek, dan Adiknya yang tersisa.

Jarak memang telah memisahkan mereka bertiga, tapi Aksa begitu menyayangi keduanya.

"Siapapun orang yang mau mendonorkan ginjalnya demi Queenie, aku akan membayar berapapun yang dia mau." batin Aksa kalut.

Queenie panggilan sayang Aksa pada sang Nenek. Dia biasa memanggilnya dengan sebutan itu. Baginya Nenek adalah ratu dalam rumah. Dan baginya juga, Nenek everything.

Sopir menurunkan Aksa dan Darius di pintu utama rumah sakit. Yang ternyata sudah di sambut oleh pak Bimbo.

"Mari ikut dengan saya, Tuan!" Bimbo berjalan dan menujukkan arah.

"Bagaimana kondisinya, sekarang?"

"Sudah selesai operasi sejak tiga puluh menit yang lalu. Ada wanita muda yang tiba-tiba datang untuk mendonorkan ginjalnya pada nyonya besar."

"Siapkan uang dengan jumlah yang banyak untuknya!" Perintah Aksa yang langsung di angguki oleh Bimbo.

Aksa masuk ke dalam ruang pemulihan atas seizin dokter dan didampingi perawat. Aksa melewati begitu saja perempuan yang sedang berbaring di samping Neneknya.

"Saya ingin kalau Nenek saya segera dipindahkan ke ruang pribadi!" pinta Aksa pada sang perawat.

"Baik, Tuan," jawab perawat dengan patuhnya.

Aksa menarik kursi dan duduk di samping Neneknya. Ada kekhawatiran yang teramat besar. Namun, ia tetap menyembunyikannya.

"Nenek macam apa kamu ini. Tidak bisakah menahan rasa sakit. Kalau hanya berbaring seperti ini, mana bisa kamu memarahi dan memaki diriku lagi. Bukankah hobimu itu memarahi ku. Apa sekarang sudah berubah dengan berbaring seperti ini menjadi hobi baru mu."

Sulit untuk seorang Aksa mengungkapkan isi hati dan perasaan sayangnya. Disaat seperti ini saja dia masih bersikap dingin dan angkuh.

"Kalau hanya bisa tidur dan berbaring seperti ini. Mana bisa menahan ku lagi untuk tidak kembali jerman. Bukankah kemauan terbesar mu melihatku tinggal di sini dan menjalankan perusahan kesayanganmu. Kalau kamu masih seperti ini mana bisa."

Akhsa kembali beranjak setelah bicara panjang lebar pada sang Nenek. Dia memutuskan untuk ke luar ruangan. Gadis muda itu berbaring tepat di samping sang Nenek. Tapi tak sedikitpun Aksa melirik ke arah wanita yang sudah mendonorkan ginjalnya.

Yang dia tau, uang bisa menyelesaikan semua permasalahan di muka bumi ini.

🛫🛫🛫🛫

Jari-jari lentik kalian jangan di biarkan begitu saja. Biarkan berolahraga untuk mengetik sesuatu yang berguna untuk Author. Jangan lupa jadikan reading list di perpustakaan kalian.

 Jangan lupa jadikan reading list di perpustakaan kalian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Visual Aksa Devins Tyaga

SHE IS MY WIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang