Untuk yang berpartisipasi dalam give away. Harap follow WP, IG, author. Jadikan reading list atau rak buku kalian.
Sejauh ini Author blm dapetin readers yang gigih banget sma komenan novel ini. Ada juga yang rajin komen ternyata blm follow author. Siapapun kalian semangatttt love you all.💜💜💜💜
Beberapa hari kemudian, pertelevisian digegerkan dengan pemberitaan tentang cucu sulung dari keluarga Tyaga.
"Berita ini semakin berkembang pesat," ucap Darius saat menatap layar Ipad di tangannya.
Aksa menggelengkan kepalanya, seakan menyangkal pemberitaan yang sedang beredar.
"Kamu harus segera mengambil tindakan sebelum merugikan perusahaan," usul Darius yang membuat tatapan Aksa terhenti pada sosoknya.
Lelaki tampan itu sungguh tak menyangka jika kejadian dua hari lalu bisa berakibat buruk seperti hari ini.
Bukan hanya dia yang akan dirugikan oleh pemberitaan tersebut. Tapi perusahaan juga akan terkena dampaknya jika tetap didiamkan.Aksa melonggarkan dasi, dan membuka kancing kemejanya kasar. Mencoba menghela napas kasar lalu memukul meja kerja begitu keras dengan tangannya.
Mencoba menumpahkan semua kekesalan yang terjadi. Bahkan rasa sakit di tangannya tak sebanding dengan rasa sakit pemberitaan yang ada di media dan televisi.
Andai saja Aksa tidak bertemu dengan seorang perempuan gila akan dirinya, mungkin pemberitaan ini tidak akan pernah beredar di seluruh media.
Dua hari lalu Aksa kembali dipertemukan dengan gadis yang waktu itu bertemu di pesta penyambutan dirinya. Yang tak lain wanita yang sejak dulu mengejar cinta Aksa. Sayangnya dulu Aksa memilih tinggal di luar negri dan hilang komunikasi.
"Lalu, apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Darius menatap
"Tarik pemberitaan itu. Dan katakan pada media kalau seorang Aksa Devins Tyaga sudah memiliki pasangan dan akan segera menikah," Ucap lelaki bermata indah itu dengan nada tak yakin.
"Tapi .."
"Tidak ada cara lain." Aksa menyela ucapan darius dan mengambil setelan jas hitam miliknya lalu ke luar ruangan begitu saja.
Dengan perasaan yang kacau balau aksa mencoba mendatangi sebuah bar mewah. Menumpahkan semua kekesalan dengan minum-minum."Wanita jalang!" ucapnya kembali meneguk wine di tangannya perlahan.
Entah siapa yang Aksa maksud saat itu. Tapi dari sorot matanya mampu membuktikan kalau lelaki berparas rupawan itu memiliki kekesalah yang teramat dalam pada seseorang.
Sebelum akhirnya Aksa mengeluarkan ponsel dari saku celana. Mencoba menslide layar ponselnya perlahan dan menghentikannya saat dia menemukan nomor yang dia cari.
"Temui aku sekarang juga di tempat pertama kita bertemu!" perintah Aksa sinis dan memutuskan panggilan tersebut sebelum mendengar jawaban dari orang yang dihubunginya.
Hampir satu jam Aksa menunggu seseorang yang sedari tadi dihubungi. Hingga akhirnya seorang perempuan cantik, berpenampilan elegan modis dan seksi datang menghampirinya yang sedang menatapnya datar.
Wanita itu duduk perlahan dengan begitu anggun tepat di hadapan Aksa.
"Bicara apa yang ingin kamu katakan. Aku tidak punya cukup banyak waktu untuk hal yang membosankan," ucap wanita pemilik bibir seksi yang tak lain adalah Elena.
"Apa yang kamu inginkan dariku, sampai kamu menyebarkan berita murahan di media!"
Wanita itu menarik sudut bibirnya dan mendesis sinis. "Ternyata kamu cukup pintar dalam menebak. Itu semua karena kamu sudah berurusan dengan wanita yang salah."
"Katakan, apa yang kamu inginkan?"
Lelaki berparas tampan itu kembali menegaskan pertanyaannya dengan nada yang yang tak enak didengar. Wanita itu tersenyum licik.
Aksa mendekatkan wajahnya ke arah gadis itu dan memainkan sedikit rambutnya. "Katakan! Sebelum aku membalas perlakuanmu!" Bisik Aksa yang membuat wanita di sampingnya tersenyum miring.
"Hah! Kamu sudah tau akibatnya apa. Tapi tetap saja menolakku untuk berkencan. Bahkan kamu menolak perjodohan dari keluargaku."
"Cih! Wanita jalang! Murahan!" batin Aksa kesal.
Aksa kembali meluruskan duduknya. Mencoba merapikan kembali penampilan dan rambutnya. Lalu setelahnya tersenyum kecil. "Bukan hanya aku, tapi keluargaku menolak perjodohan itu. Sekarang katakanlah, apa yang kamu inginkan dariku?"
"Kamu! Yah, aku menginginkan kamu," jawab Elena tanpa ingin berbasa basi dan membuat Aksa tertawa singkat. Sedangkan wanita yang Ada di hadapan Aksa memilih beranjak dan merapikan penampilannya.
"Baiklah, hubungi aku jika sudah berubah pikiran," ucapnya penuh percaya diri. "Aku juga tidak akan pernah menghapus berita itu sebelum kamu berubah pikiran!"
Nadira mencoba memejamkan matanya, namun tetap tak bisa. Mencari posisi tidur yang nyaman, namun tetap saja rasa kantuk itu tak kunjung tiba. Gadis cantik itu mencoba mengusap wajahnya kasar dan menghela napas kasar. Kembali membangunkan tubuhnya dan duduk di tepi ranjang.
"Apa yang harus aku lakukan agar bisa ngantuk," batin Nadira saat melihat jarum jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam.
Nadira pun kembali merebahkan tubuhnya dan menatap langit-langit. Mencoba menghitung anak domba seperti yang diajarkan ibunya semasa kecil.
Dengan perlahan mata gadis itu mulai meredup.
Aksa pulang ke mension Tyaga dengan keadaan mabuk berat. Dia melempar jas kesembarang arah. Berjalan perlahan dengan tubuh yang sulit dikendalikan.
Di satu sisi Nadira yang baru saja merasakan kantuk kembali terbangun oleh suara benda jatuh yang begitu jelas ditelinganya.
"Bunyi apa itu!" Nadira membangunkan tubuhnya cepat dan bergegas beranjak. Ada sedikit keraguan dalam hatinya, namun rasa penasaran yang teramat membuat dia membuka perlahan pintu kamar.
"Aksa!" seru Nadira melihat Aksa yang berjalan sempoyongan setelah menjatuhkan pas bunga berukuran sedang.
Tanpa ragu Nadira langsung menghampiri lelaki berhati dingin itu dan membantunya berdiri tegak.
"Pelan-pelan!" pinta Nadira yang malah membuat Aksa menjatuhkan tatapannya pada wajah gadis lugu itu.
.
.
.
.
.
Bersambung dulu ....💜💜
KAMU SEDANG MEMBACA
SHE IS MY WIFE
Storie d'amoreSebelum membaca cerita ini pastikan kalian follow author terlebih dahulu. "Tidak ada pilihan lain selain menikah dengan cucu dari wanita sepuh itu!" Perumpamaan yang pantas dilontarkan dari bibir lentik seorang Nadira Ayumi. Nadira Ayumi, gadis mala...