Episode tiga belas

4.4K 307 67
                                    

Sebelum baca ingat di Vote. Kesempatan kalian buat menangin give away masih luas. Semangat buat para pejuang yang aku  sayang. Komen yang banyak setiap Episodnya.

🌱🌱🌱🌱

Aksa menatap wajah polos Nadira yang sedang sibuk membantunya. Namun, gadis itu tidak menyadari tatapan Aksa sama sekali. Entah apa yang ada dalam pikiran Aksa saat itu. Lelaki itu terlalu datar dan sulit untuk ditebak.

Dengan perlahan mereka berdua menaiki anak tangga satu persatu. Tidak mudah untuk Nadira menopang tubuh lelaki bertubuh tinggi itu sendirian. Bahkan Nadira hampir saja terjatuh dibuatnya.

Di satu sisi Nyonya Sovia yang baru ke luar dari kamarnya, melihat Aksa dan Nadira yang sedang bergandengan hanya bisa berdiam diri.

"Sampai kapan anak itu akan berubah!" gumam Nyonya Sovia merasa risih dengan kelakuan Aksa yang tidak pernah berubah dari mabuk-mabukan.

Dengan sabarnya Nadira menuntun Aksa ke kamar mewahnya, melepaskan sepatu dan kaus kakinya secara perlahan satu demi satu. Namun, saat Nadira membukakan dasi milik Aksa, lelaki itu malah menepis lengan Nadira kasar. Nadira meringis saat pipinya terpukul oleh lengan Aksa.

"Apa yang dia lakukan? Aku hanya ingin membantunya agar tidak merasa sesak," batin Nadira.

"Parasit! Pergi dari sini!" seru lelaki berhati dingin itu yang membuat Nadira terdiam dan menatapnya dengan tatapan sayu.

Aksa membangunkan tubuhnya kembali menatap Nadira yang sedang menutupi sebelah pipinya yang terasa panas. Dengan tubuh yang sempoyongan dan suara yang terbata-bata Aksa kembali bicara pada Nadira. "Kenapa? Tidak terima dengan apa yang aku katakan! Huh wanita macam apa kamu ini! Apa kamu tidak punya rasa malu." Aksa menghentikan ucapannya sejenak dan menujukan jarinya ke arah Nadira. "Huh! Aku tau sekarang. Kamu pasti menginginkan sesuatu yang berharga, kan? Katakan apa itu, saya akan memberikan apa yang kamu incar selama ini. Asalkan kamu keluar dari tempat ini."

Nadira menghela napas kasar dan menggelengkan kepalanya singkat. Memberikan senyuman kecutnya seakan tak percaya dengan apa yang dilontarkan lelaki berhati dingin itu.

Nadira mendekat ke arah Aksa dan menatapnya tajam. "Kalau bukan karena Nenek kamu yang menyuruhku tinggal di mension ini. Aku tidak akan pernah tinggal. Apalagi tinggal satu atap dengan lelaki seperti dirimu!" Nadira melepaskan kancing kerah Aksa paksa dan membuatnya terdiam kaku karena dibuat gugup akan sentuhan Nadira yang cukup berani dari yang dia duga. Aksa mengira Nadira hanyalah wanita lugu dan pendiam. Namun, kenyataannya tidak.

Gadis cantik itu kembali berdiri tegak dan mengusap telapak tangannya singkat. Dia seakan membuang kotoran yang tak terlihat setelah menyentuh Aksa. "Aku diam bukan berarti kamu seenaknya menginjak-nginjak harga diriku seperti ini."

Aksa masih terdiam saat itu, bahkan sampai Nadira hilang dari penglihatannya. Lelaki yang sedari tadi menahan napas akhirnya bisa menghela napas lega saat kembali membanting tubuhnya ke atas kasur.

Pagi-pagi sekali Nyonya Sovia memerintahkan seluruh karyawan di mension megahnya untuk berkumpul di meja makan.

Bahkan Nyonya besar itu meminta salah satu pelayannya untuk memanggil Nadira dan Aksa yang masih berada di dalam kamar untuk segera menemui Nyonya Sovia.

Semua maid berbisik heran saat melihat nyonya besar di kediaman ini mengumpulkan semua karyawan. Ini pertama kalinya untuk mereka, karena sebelum-sebelumnya tidak pernah seperti ini.  Begitupun dengan Bimbo yang belum mengetahui sama sekali akan tujuan majikannya mengumpulkan semua orang rumah.

Selang beberapa menit Nadira datang menghampiri Nyonya sovia dengan wajah yang sedikit lebam. Terlihat begitu jelas di pipi putih gadis cantik itu. Nyonya Sovia mengerutkan dahinya dan mendekat ke arah gadis itu untuk melihat lebih dekat tanda biru yang di pipinya. "Bukankah kemarin masih baik-baik saja. Lalu kenapa ini?"

Nadira diam tak berani menjawab pertanyaan nyonya sovia. Sebelum akhirnya wanita sepuh itu menyuruhnya untuk duduk.

"Ada yang harus saya katakan. Tapi kita tunggu Aksa terlebih dahulu." kata nyonya Sovia saat mengusap lembut wajah Nadira.

"Nyoya, ada yang ingin saya katakan juga kepadamu," ucap Nadira sedikit ragu.

Enam jam yang lalu, saat baru ke luar dari kamar Aksa. Nadira terus saja memikirkan apa yang telah ucapan lelaki berhati dingin itu. Bahkan tidurnya berkurang karena lelaki itu. Semalaman Nadira mencari jalan keluar untuk bicara pada nyonya sovia, agar dirinya dibolehkan ke luar dari mension megah ini.

Dan pagi ini, waktu yang tepat untuk dirinya berbicara itu.

"Apa yang kamu ingin katakan?" tanya nyonya Sovia dengan wajah yang ramah.

Ada keraguan dalam hati gadis cantik itu. Bahkan dirinya merasa tidak tega dengan apa yang di ucapkannya, karena Nadira tau ini akan menyakiti hatinya.

Beberapa yang lalu juga Nyonya Sovia bercerita pada Nadira. Kalau dia sering merasa kesepian. Dua cucunya terlalu sibuk dan tak pernah memikirkan kondisinya.

Nadira menarik napas panjang dan meraih ke dua tangan nyonya Sovia untuk dikepal oleh ke dua tangannya.

"Nyonya, maafkan Nadira jika selama tinggal di sini menyulitkanmu. Tapi, Nadira ingin jujur kalau ..."

"Selamat pagi Queenie ....!!" sapa Aksa yang secara tiba-tiba datang dengan kepala yang masih sedikit pusing. Meski begitu lelaki itu tetap memeluk dan mencium pipi neneknya. Namun, tanpa disadari kehadiran dirinya telah menyela ucapan Nadira yang sedang ingin bicara serius pada Nyony sovia

Wanita sepuh itu tersenyum singkat pada Aksa dan menyuruhnya untuk segera duduk.

"Tolong buatkan saya sup jamur hangat!" pinta Aksa pada pelayan.

Aksa menoleh sekeliling, dirinya baru menyadari kalau ada keanehan yang terjadi pagi ini. "Kenapa semua orang ada di sini? Apa ada hal yang penting?" tatap Aksa pada sang Nenek.

"Aksa! Kamu itu pura-pura tidak tahu atau memang kamu tidak mau tau dengan apa yang telah terjadi!" seru Nyonya Sovia yang membuat Aksa menaikan sebelah alisnya tak mengerti.

"Semua berita saat ini sedang membicarakan dirimu. Apa semua itu benar adanya, kalau kamu itu pecinta sesama jenis? Jawab jujur Aksa?" tanya Nyonya Sovia meninggikan suaranya dan membuat orang sekeliling terdiam dengan wajah sedikit di tekuk.

"Apa kau percaya dengan semua berita itu? Bukankah aku cucumu?" Aksa yang malah bertanya balik tanpa menjawab pertanyaan sang Nenek.

"Kalau begitu ... menikahlah secepatnya. Saya tidak ingin rumor ini merusak citra perusahaan."

Aksa menghela napas kasar dan menggelengkan kepalanya. Lelaki itu tak pernah menyangka kalau sang Nenek bisa bicara dan menyuruhnya seperti itu.

Dengan wajah kecewa Aksa mencoba beranjak dari duduknya dan pergi  begitu saja. Baru tiga langkah Aksa berjalan. Nyonya Sovia kembali bicara.

"Kamu akan saya nikahkan dengan Nadira. Itu pilihan saya yang tak bisa ditentang!"

Perkataan nyonya besar tersebut sontak membuat semua mata tersentak dan dibulatkan. Begitu juga dengan Nadira dan aksa yang jauh lebih terkejut dengan apa yang dilontarkan Nyonya Sovia.

Aksa menghentikan langkahnya sejenak sebelum akhirnya nyonya Sovia kembali mengulang ucapannya.

"Keputusan yang sudah bulat tidak bisa diganggu gugat. Saya akan menikahkan kalian berdua!"

SHE IS MY WIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang