Episode dua puluh tujuh

4.2K 282 123
                                    

CIEEE YANG HOBI BACA TAPI KAGAK MAU VOTE DAN KOMEN!!
KAGA KASIAN APA YAK SAMA YANG NULIS PANJANG KALI LEBAR TANPA MAU KASIH PENGHARGAAN. NIKMATIN TAPI KGA MAU HARGAIN. YAELAH MASIH JAMAN YAK.

MOON MAAF AUTHOR KADANG RESE SUKANYA SARKAS.

KGA USAH KESINDUR YAK.
TAPI LOVE YUUU SO MUUCH BUAT YANG RAJIN KOMENN DAN VOTE
🤍🤍🤍🤍

🏝🏝🏝🏝🏝🏝

HAPPY READING !!

Suasana seketika menjadi hening saat pasangan suami istri itu berada di dalam satu mobil. Aksa dengan sikap datar dan dingin. Lelaki itu terlalu fokusnya saat melajukan kendaraan sampai lupa bagaimana mengajak orang di sampingnya berbicara.

Sedangkan Nadira dengan sikap yang lebih cuek dan bingung harus memulai pembicaraan dari mana. Gadis itu mencoba mencari kesibukan sendiri dengan memainkan layar ponsel dan memasang earphon bluetooth di sebelah telingannya.

Untuk sesaat Aksa menatap ke arah Nadira yang sedang menikmati lagu di telingannya.

Aksa tersenyum kecil lalu kembali menyesuaikan wajah manisnya menjadi datar kembali agar tak terlihat oleh Nadira. Lelaki itu terus melajukan kendaraannya dengan kecepatan penuh hingga akhirnya kendaraan yang dia tumpangi melaju di jalan bebas hambatan.

"Kita mau kemana?" tanya Aksa yang tak di gubris oleh Nadira.

Nadira yang sedang asik mendengarkan lagu dengan mata terpejam itu tak menyadari kalau lelaki di sampingnya menanyakan sesuatu.

Aksa kembaki bertanya pada Nadira. Namun, tetap tak di gubris. Sampai akhirnya Aksa melepas alat yang menempel di telingan Nadira.

"Kita mau ke mana, Nyonya Nadira!" sarkas Aksa sedikit greget.

"Ke rumah lama," kata Nadira datar.

"Iya maksudnya, alamatnya di mana!"

"Oh. Alamatnya. Nanti aku tunjukan," jawab Nadira  yang kembali memasang earphone.

Aksa menggertakan giginya seolah gemas dengan jawaban Nadira yang menurutnya tidak memuaskan.  Lalu setelahnya menghela napas berat.

Lima menit kemudian Nadira dibuat kesal dengan alat yang menempel di telinganya karena telah kehabisan batrai.

Wanita cantik itu memilih menyandarkan kepalanya pelan dan menatap bahu jalan. Perlahan awan mulai gelap dan meninggalkan cahaya. Rintik hujan mulai turun dan membasahi daratan.

Ada sosok yang Nadira rindukan bersama turunnya hujan. Sosok seorang wanita yang sudah lama pergi dan tak kembali. Wanita yang selalu menunggu dirinya di depan rumah saat turun hujan. Menyiapkan handuk dan minuman hangat, bahkan sesekali wanita itu menjemput Nadira di halte bus yang tak jauh dengan rumahnya.

Sebuah pelukan yang sudah tak bisa dirasakan kini begitu ia rindukan.
Pelukan hangat yang tak akan tergantikan oleh siapapun di dunia. Sebuah dekapan tulus  membuat Nadira mengeluarkan butiran bening begitu deras.

Sebuah isak tangis samar terdengar oleh Aksa yang masih sibuk menyetir.

"Bu ..., Nadira kangen sam ibu," gumam Nadira terdengar oleh Aksa.

Aksa yang merasa sedikit iba menarik beberapa lembar tisu dan menyodorkannya pada Nadira.

Nadira mengambil tisu tersebut seraya membuang muka untuk menghindari tatapan Aksa. "Makasih."

SHE IS MY WIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang