Dua puluh delapan

4.2K 227 104
                                    


Siang itu entah kenapa Nadira benar-benar bahagia. Terlihat dari senyumnya yang tak pernah luntur dari bibir seorang Nadira Ayumi.

Wanita yang terkenal pendiam, dan sering murung, akhirnya kini bisa kembali tersenyum.

Jam sudah menujukan pukul dua belas siang saat itu. Dan itu artinya sudah waktunya seluruh karyawan beristirahat sejenak dari setumpuk pekerjaanya.

Di satu sisi Aksa yang sedang di ruang kerjannya tak jauh berbeda dengan Nadira. Lelaki yang hampir jarang tersenyum itu, bahkan bisa di katakan tidak pernah tersenyum. Tiba-tiba mengembangkan senyuman indahnya tanpa arah angin yang  pasti.

meski pun, di ruangan berbeda
Kedua insan itu seperti terikat dalam dimensi yang sama.

"Nad ..., kantin yuk! Lapeer ...!" Ajak Maria yang tak di gubris oleh Nadira.

Nadira malah asik dengan lamunannya tanpa sadar kalau orang di sampingnya mengajak dia bicara.

"Nadira ...!"

Maria sedikit meninggikan suarannya saat menempatkan wajahnya tepat di depan wajah Nadira.

Nadira yang asik dengan lamunannya seketika langsung tersentak oleh ulah Maria.

"Maria!" Seru Nadira mengusap pelan bagian dadanya.

"Ya abisnya, dari tadi aku tuh ngomong. Tapi Enggak di dengar sama sekali sama kamu."

Maria menyilangkan kedua tanggannya datar.dan alis yang di naikan.

Nadira menarik kedua sudut bibirnya dengan mata dikedipkan beberapa kali.

"Maaf!" jawabnya menampakan wajah memelas. "Kamu ngomong apa tadi?" Sambubgnya.

"Aku ngajak kamu makan!"

"Baiklah. Lagian perutku juga udah mulai demo," jawab Nadira mengusap singkat perut datarnya.

"Ku dengar ada yang mau makan siang! Bagaimana kalau kita makan siang bareng!"

Suara yang  tak asing bagi Nadira tiba-tiba terdengar dari arah belakang. Nadira dan maria yang mendengar suara itu langsung menoleh ke arahnya.

Dengan mata yang berbinar Maria berulang kali mengedipkan matanya ke arah lelaki berperawakan tinggi.

Sedangkan Nadira menyambutnya dengan senyuman manis.

Theo melangkah mendekat. Menatap Nadira tanpa putus.

"Theo ..!" Sapa Nadira ramah.

Theo mendekat ke arah Nadira dan langsung duduk di atas meja kerjanya.

"Bagaimana kalau siang ini aku yang teraktir kalian?" usul Theo yang langsung Maria angguki gembira.

Siapa yang mau nolak permintaan lelaki tampan dan cool seperti Theo. Apalagi seorang Theo memiliki daya tarik tersendiri untuk kaum hawa.

Badannya yang tinggi dan indah. Senyumnya yang menawan. Dan mata, juga bibirnya yang seksi bagi kalangan perempuan.

Begitu juga dengan Maria yang selalu merasa terpanah saat menatap wajah tampan Theo.

Beda halnya dengan Nadira yang bersikap biasa-biasa saja.

"Aku mau!" jawab Maria langsung merapikan rambut gelombangnya.

"Kenapa kamu ada di sini?" tanya Nadira heran tanpa menggubris ucapan yang dilontarkan Maria dan Theo sebelumnya.

"Untuk bertemu kamu," Theo yang sedikit berterus terang.

Lelaki bertubuh tinggi itu memang tak suka berbasa-basi. Apa yang ingin dia katakan, hari itu juga akan dia katakan.

"Aku hanya ingin memastikan kalau kamu baik-baik saja," sambung Theo.

SHE IS MY WIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang