Episode empat

5.8K 461 85
                                    

Sopir membukakan pintu untuk Nadira. Perlahan Nadira pun keluar dari mobil mewah itu. Bersamaan dengan lelaki yang ke luar dari mobil sport mewah.

Aksa menatap Nadira yang sedang menatap mension mewah itu dengan tatapan teduh. Aksa Memiringkan kepalanya sesaat, lalu berjalan melewati Nadira yang tak menyadari kehadiran Aksa.

"Siapa dia, penampilannya begitu biasa dan lusuh, tapi dia ..." batin Aksa yang malah mengangkat kedua pundaknya dan acuh. Tatapan Aksa penuh dengan pertanyaan tentang sosok wanita yang ada di hadapannya.

"Mari Nona kita masuk. Nyonya besar sedang menunggu!" ajak sang pengawal.

Nadira mengangguk lalu melangkah bersamaan dengan lelaki yang ada di sampingnya. Ada keraguan dalam hati wanita lugu itu. Sebelum akhirnya seorang laki-laki membuka pintu berukuran besar dan tinggi.

"Apa ini mimpi? Kenapa rasanya aku seperti ada di negri dongeng. Aku bak seorang ratu yang sedang disambut hangat!"

Nadira menatap ke arah sekeliling. Beberapa pelayan sedang menyambut kedatangannya dengan begitu ramah. Tapi kedua matanya terhenti pada sosok lelaki yang kini sedang bicara dengan wanita yang ditolongnya.

"Queenie ...! come on ...! Mau sampai kapan kamu mengatur hidupku dengan menyuruh terjun dalam perusahaan. I have a job. And I prefer my work there!" Aksa bicara tanpa menatap sekeliling. Bahwa dia saat ini jadi pusat perhatian orang-orang rumah.

"Aksa! Tolong berhenti memperdebatkan itu, kamu itu baru datang. Lagi pula saya ada tamu penting yang harus ditemui. Nanti kita bicarakan masalah ini," jawab Nyonya Sovia dengan begitu sabar.

Nyonya Sovia memalingkan tubuhnya dan menatap ke arah Nadira dari kejauhan, dan tersenyum. Begitu juga Aksa yang menoleh ke arah Nadira dan menatapnya datar. Tak lama, Aksa pun pergi meningalkan ruangan itu.

Nadira membalas senyuman Nyonya sovia yang saat ini mendekat ke arahnya. Lalu sedikit menekuk tubuhnya sebagai tanda rasa hormat.

Begitu juga Nyonya Sovia yang membalas pergerakan Nadira.

"Maaf menganggu waktu Nyonya," kata Nadira santun.

"Kenapa kamu bicara seperti itu!" jawab Nyonya Sovia ramah. "Kamu masih sangat muda, jauh dari bayanganku. Kamu juga terlihat begitu lugu, dan kurus. Apa yang membuatmu berani mengorbankan nyawa untukku," batin Nyonya Sovia menatap Nadira. "Ayo duduk, Nak!" ajak Nyonya sovia yang membuat Nadira terdiam tanpa menuruti ajakannya.

Nadira menekuk wajahnya, lalu memberanikan diri untuk kembali menatapnya saat Nyonya Sovia mengulang ucapannya.

"Nyonya, maaf. Aku tidak bisa lama-lama di sini. Aku hanya ingin mengembalikan ini."

Nadira menyodorkan amplop coklat yang sedari tadi dia genggam.

Nyonya Sovia menaikan sebelah alisnya. "Apa ini, Nak?"

"Itu uang milik Nyonya. Saya sudah tidak membutuhkannya. Saya belum memakainya sma sekali."

Nyonya Sovia menoleh ke arah Asistennya. Bimbo menghampiri majikannya dan menjelaskan semuanya. Kalau uang itu dari tuan Aksa.

"Nyonya, tolong di terima!" pinta Nadira tetap menyodorkan dengan tatapan yang kembali ditekuk.

"Kenapa kamu mengembalikan itu pada saya. Apa semuanya masih kurang. Kalau masih kurang saya akan memberikannya berkali-kali lipat. Saya juga tidak ingin berhutang denganmu."

Nadira meluruskan pandangannya dan menatap Nyonya Sovia dengan tatapan teduh. Hanya berselang beberapa detik Nadira kembali mengeluarkan butiran bening, dan menyekannya.

"Tidak semuanya bisa di bayar dengan uang, Nyonya. Awalnya saya memang sangat membutuhkan uang itu. Tapi mungkin anda belum tau kalau Ibu saya sudah meninggal. Perjanjian saya dari awal hanya ingin nyawa ibu saya di selamatkan dan membayar biaya rumah sakit. Tapi, kenyataannya saya tidak bisa menyelamatkan ibu saya dengan uang ini. Saya harap Anda tidak tersinggung. Dan Trimakasih banyak untuk biaya ibu saya di rumah sakit."

Nadira meletakan uang dengan jumlah banyak itu di atas meja dan berpamitan begitu saja.

Nyonya Sovia tertegun bisu saat memdengar kalimat yang di lontarkan gadis lemah itu mampu menggoyahkan hatinya.
Bahkan wanita sepuh itu sempat meneteskan air mata saat Nadira mulai hilang dari pandangannya.

"Saya ingin kalian cari tau tentang gadis itu sekarang juga. Secepatnya!" Perintah Nyonya Sovia yang langsung Bimbo angguki.

Sosok Nadira mampu membuat Nyonya besar di rumah itu penasaran akan sosoknya. Ini pertama kalinya seorang gadis biasa mampu menyentuh hati dan perasaannya.

Dalam kesendirian seorang pemuda tampan memperhatikan pergerakan Nadira dan Neneknya dari kejauhan. Dia adalah Jonathan Tyaga, cucu kedua dari keluarga Tyaga. Yang tak lain adik kandung Aksa.

Jonathan seakan inget pada kejadian beberapa hari lalu saat melihat Nadira. Gadis yang menangis histeris saat kehilangan Ibu kandungnya, karena saat itu tanpa sengaja Jonathan menyaksikan secara langsung bagaimana kesedihan yang di alami Nadira. Dan ternyata dia baru mengetahui kalau gadis itu yang  telah mendonorkan ginjalnya untuk sang Nenek.

Untuk yang sudah baca mohon untuk kasih Vote dan usahakan komen yah. Masukan kalian komenan kalian bgtu berarti buat author.

SHE IS MY WIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang