Episode Enam

5.7K 366 36
                                    

Vote dan Komen sebanyak-banyaknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote dan Komen sebanyak-banyaknya. Lima orang yang beruntung akan dapet Novel karya aku. Dan kepoin terus Instagram Author yah...

🎀🎀🎀🎀

Happy reading.

"Apa yang membuat dia bisa tak sadarkan diri seperti ini, Dok? Apa ada masalah dengan kesehatannya?" tanya Nyonya Sovia seakan mengkhawatirkan kesehatan Nadira.

"Gadis ini kurang asupan makanan dalam tubuhnya, dan sepertinya dia juga kurang istirahat," jawab Dokter menatap wajah pucat Nadira. "Harusnya kesehatannya lebih diperhatikan. Mengingat dia juga baru menjalani operasi," sambungnya.

Nyonya Sovia mendekat ke arah Nadira. Menatap wajahnya yang polos. "Kamu sangat muda, tapi kenapa kamu mempertaruhkan hidupmu demi nenek tua ini. Bahkan tubuhmu begitu lemah," batin Nyonya Sovia mengusap lembut kening Nadira.

Nadira menggerakan jari jemari lentiknya yang terlihat oleh Nyonya Sovia. Begitu juga dengan kedua matanya yang secara perlahan terbuka sedikit demi sedikit.

Nadira menatap ke arah Dokter dan Nyonya Sovia dengan tatapan sayu.

"Kenapa aku ada di sini?" Nadira seakan kebingungan.

"Kamu amnesia, atau pura-pura amnesia." Nyonya Sovia menghentikan ucapannya dan menatap sinis Nadira. Sebelum akhirnya dia kembali melanjutkan ucapannya. "Orang yang berbaring di rumah sakit itu jelas dia sedang bermasalah. Itu artinya kamu bermasalah karena berada di tempat ini. Dan masalah mu itu karena sakit. Paham!"

Nadira menelan ludah kasar saat mendengar nada suara Nyonya Sovia yang seakan menyudutkan dirinya. "Maksud saya, kenapa saya ada di sini bersama anda, Nyonya," tanya Nadira. Perlahan.

Perempuan sepuh dengan gaya modis menatap Nadira dengan tatapan yang sulit di artikan. Bahkan dia berdecak kesal pada gadis bermata sayu yang ada di hadapannya.

"Kalau bukan karena saya tak sengaja melewati toko bunga itu. Mungkin saat ini kamu masih tergeletak tak sadarkan diri di toko bunga yang kotor itu."

"Apa anda sedang membohongi ku, Nyonya. Jelas-jelas saya saat itu sedang berada di dalamnya. Bukan di luar toko. Kalau anda tak sengaja lewat, pasti anda tidak tahu kalau saya jatuh pingsan.

Nyonya Sovia menarik sudut bibirnya untuk beberapa saat. Sebelum akhirnya dia memanggil Bimbo agar menjelaskan semuanya pada Nadira. Itupun setelah dirinya mengedipkan mata pada Bimbo.

"Yang dikatakan nyonya benar. Kami di hentikan orang yang tak dikenal. Dia meminta bantuan pada kami, untuk membawa seseorang ke rumah sakit. Dan ternyata itu Nona Nadira," jelas Bimbo yang sebenarnya tak yakin dengan apa yang ia ucapkan.

Nadira diam seakan mencerna apa yang telah dikatakan lelaki paruh baya itu. Mencoba mempercayai apa yang telah dikatakan Bimbo, meski sebenarnya dia pun tak yakin dengan apa yang terjadi.

Dengan perlahan Nadira membangunkan tubuhnya menjadi posisi duduk. Gadis cantik itu mencoba melepas jarum yang ada di tangannya, tapi pergerakan dokter lebih gesit dari perkiraannya.

"Jangan dilepas. Anda masih lemas, Nona!"

Nadira menatap sang dokter, dan menghentikan pergerakannnya. "Saya ingin pulang! toko saya tidak ada yang jaga, dok!"

"Toko sudah ditutup oleh orang suruhan saya, sekarang yang harus kamu pikirkan itu kesehatan kamu," ucap Nyonya Sovia dengan nada sedikit ketus.

Nadira merekatkan kedua matanya dengan kepala menunduk. Gadis cantik itu seakan menyembunyikan ketakutannya. Tapi, butiran bening itu tidak bisa membohongi bagaimana takutnya dia saat ini.

"Aku ingin pulang, aku tidak suka berada di tempat ini. Aku mohon ..., aku mohon, nyonya! Aku ingin pulang!" Nadira membuka matanya kembali menatap Nyonya Sovia dan meraih kedua tangannya.

"Nyonya ..., biarkan saya pergi dari tempat ini. Saya mohon! Saya benci tempat ini!"

Dengan lembutnya Nadira memohon pada wanita sepuh itu. Tatapan dan sentuhan Nadira mampu membuat hatinya bergerak dan langsung memeluk sang gadis.

"Ya Tuhan, kenapa dengan gadis ini. Apa dia begitu trauma dengan tempat ini." Batin Nyonya Sovia saat memeluk erat tubuh Nadira.

Nadira membalas pelukannya. Menenggelamkan wajahnya di dada sang Nenek. Menumpahkan kembali semua kesedihan yang telah terpendam beberapa hari. Nadira seakan merasakan kembali sentuhan dan pelukan wanita yang telah melahirkannya.

Nyonya Sovia mengusap lembut rambut panjang Nadira. Mencoba menenangkan gadis itu. Tapi tetap saja Nadira tak bisa mengontrol tangisannya. Sampai akhirnya Nadira kembali tak sadarkan diri saat berada dalam pelukan sang Nenek.

Dokter yang menyadari itu langsung membantu Nyonya Sovia dan kembali menidurkan Nadira.

"Bim ..., siapkan semuanya. Kita bawa gadis ini ke mension!" perintah Nyonya Sovia yang tak bisa dibantah oleh siapapun.

Nyonya Sovia minta perawatan khusus dari rumah sakit untuk Nadira. Bahkan dia membawa dua perawat sekaligus untuk mengurus kebutuhan Nadira Nantinya di mension.

Aksa melajukan kendaraannya dengan kecepatan penuh di jalan bebas hambatan. Dia terbiasa membawa mobil sendiri tanpa sopir.

Dari arah yang sama mobil sport keluaran terbaru yang sama persis dengannya melaju dengan kecepatan tak kalah tinggi dan melewatinya.

Mobil tersebut seakan menantang Aksa untuk balapan. Aksa yang menyadari itu mencoba menyusul kembali mobil yang ada di hadapannya, melajukan kendaraanya dengan batas maksimal. Sampai akhirnya kedua mobil itu memasuki mension mewah Tyaga.

Dengan gagahnya kedua lelaki keluar dari mobil bersamaan setelah sampai ke garis finish bersamaan.
Aksa dan Jonathan, kakak beradik itu saling melempar tatapan dan tersenyum miring.

Tak lama disusul oleh suara sirine ambulan yang memasuki mension. Dan di hadapannya ada mobil milik Nyonya sovia.

Kedua lelaki itu terkejut. Sudah bisa dipastikan kalau yang ada di ambulan itu adalah Nenenk mereka.





SHE IS MY WIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang