Tepuk tangan membahana untuk para wisudawan di ruang konferensi kampus itu. Sebuah kampus ternama di Italia telah meluluskan ratusan mahasiswa hari ini. Termasuk gadis berambut coklat ikal yang baru saja melepas toga yang dia pakai.
Dengan tergesa dia memasukkan baju hitam dengan list biru itu di bagasi. Wajahnya tegang ketika dia harus terburu-buru memacu mobilnya menuju ke sebuah rumah sakit. Panggilan telpon yang di terimanya tepat sesaat setelah dia menuruni panggung wisuda untuk menyampaikan pidato sebagai wisudawan dengan Magna cumlaude bidang bisnis.
Nana, nenek dari ibunya anfal. Begitu berita duka yang dia terima. Kanker otak yang diderita neneknya selama ini telah masuk di stadium akhir. Selama setahun belakangan ini, tubuh renta nana terbaring dirumah sakit. Keluarga satu-satunya yang dimiliki oleh Ark.
Air matanya berderai dengan sesak di dada tak terkira. Kakinya terhenti karena dihalangi oleh perawat. Matanya merekam dengan jelas bagaimana garis merah itu berjalan dengan bunyi memekakkan telinga. Bunyi tanda berakhirnya penderitaan sakit yang dirasakan Nana.
Hari ini....dua Minggu kemudian setelah kepergian Nana.
"Kalian sudah siap?" Kapten Lee yang sekarang adalah Mayor Lee menjemput kami untuk kembali ke Korea.
Earth, putraku telah berusia 5 tahun. Pria kecil itu tumbuh tanpa ayah, tapi tak pernah kekurangan kasih sayang. Sepanjang penerbangan Earth riang karena ada nonno Lee.
"Aku akan sekolah di SD kan kek?" Pertanyaan yang selalu diulang olehnya selama Mayor Lee ada.
"Apa kau begitu ingin sekolah di Korea?"
"Emm! Korea adalah negara impian ku. Aku sangat ingin mengunjungi Korea."
"Memangnya ada apa di Korea? Bukan kah Italia juga sangat indah?"
"Iya, tapi tak ada BTS di Italia."
Jemariku berhenti bergerak diatas keyboard laptop ku. Nama grup yang tak pernah lagi ku dengar itu tersebut dari mulut putra ku. Darimana dia tau tentang BTS?
"BTS?" Mulut ku menyebut nama itu tanpa suara. Mata ku dan mata Mayor Lee bertautan untungnya Earth tak mengetahui itu. Ku rasa beliau melihat kekagetan ku. Tak ingin menimbulkan rasa penasaran pada putraku, aku kembali pada pekerjaan ku.
Seorang pria dengan tinggi 186 cm berdiri dengan tangan masuk dalam celana kain yang di pakainya. Matanya tertuju pada pintu kedatangan internasional. Terlihat raut gembira dan tak sabar disana.
Song Kang, putra satu-satunya mayor Lee. Pria dengan wajah serius terkesan dingin, namun jika sudah tersenyum bahkan semut tak akan bisa membedakan mana gula mana senyumnya. Pria yang setahun dua kali mondar-mandir Korea-Italia hanya untuk kami.
Lelaki yang dikenal oleh tetangga rumah ku adalah suami dan ayah Earth. Bahkan guru pre school Earth mengenalnya sebagai ayah kandung Earth. Earth memanggilnya papa sebagai singkatan dari padre atau ayah.
"Papa!" Earth melepaskan genggamannya lalu lari menuju Song Kang yang menunduk sambil merentangkan tangannya.
"Aigoo, mereka saling merindukan." Bisik mayor Lee disamping ku.
"Ryu, bagaimana penerbangan mu?"
"Aku tidur." Jawab singkat padat jelas dari Earth.
"Papa, apakah aku harus memakai nama Korea ku?" Kami semua terdiam.
Aku sendiri memilih untuk menunggu salah seorang dari orang Korea asli yang akan menjawabnya.
Earth menoleh kearah kami semua menunggu jawaban. Tak ada yang menjawab.
"Haruskah?" Tuntutnya kemudian.
"Mama tak bermasalah. Selama kau nyaman dengan nama mu sekarang." Jawab ku.
"Nonno (kakek) lebih suka memanggil mu Ryu."
"Papa?" Sepertinya Earth sedang memungut suara terbanyak.
"Ryu akan jauh lebih gampang di panggil, ya kan mama?" Song Kang melihat ke arah ku dari spion. Ku elus belakang kepala Earth.
"Jika Nonno dan papa setuju memanggil mu Ryu, maka mama juga setuju."
"Oke, Ryu Jin."
Mobil berhenti di depan Seoul Soul Hotel. Ryu keluar lebih dulu dari mobil. Dia lari kearah pintu yang terbuka. Banyak orang menyambut kami, semuanya memakai seragam. Ryu membungkuk membuat semua membungkuk sambil tersenyum. Mereka semua tak mengharapkan Ryu memberi penghormatan layaknya orang Asia Timur karena mereka tau Ryu besar dengan kebiasaan barat.
"Selamat datang tuan muda Ryu."Seorang berjas menyapa putra ku.
"Kau tau nama ku?" Ryu balik bertanya tertegun.
"Anda sudah besar rupanya." Ryu tersenyum kemudian berlari masuk hotel.
"Anak itu tak punya lelah." Ucap Song Kang sambil berjalan masuk.
"Mama, dimana kamar kita?" Tanya Ryu sambil berjalan menuju tangga ditengah ruangan.
"Ryu, jangan jauh-jauh." Aku mengingatkan.
"Papa, aku duduk disana." Tunjuk Ryu pada sofa di lobby. Karyawan yang mendengar panggilan Ryu tersenyum simpul. Bapak CEO hotel dengan tenang menghampiri Ryu. Aku berbincang dengan para manager yang menyambut kami.
Mereka mengajak kami untuk makan bersama di restoran yang kini berubah menjadi lebih cozy. Wallpaper gold yang menambah kesan mewah, juga furniture yang lebih modern dibanding 5 tahun lalu. Resto dengan menu western itu menyajikan makanan khas Korea hanya untuk kami.
"Kami harap Bu Howard betah selama tinggal disini." Manager FO memberi sambutan.
"Tenang saja pak Shim, kami akan menikmati tiap hari selama kami disini. Mohon bantuannya." Jawab ku kemudian.
Aku sudah duduk menghadap salad ku ketika aku menyadari tak ada Ryu. Mataku menyusuri seluruh sudut resto dan lobby. Membuat para manager memperhatikan.
"Kemana anak itu?" Gumam ku.
"Tuan Ryu bersama CEO kearah taman." Jawab manager F&B setelah mendapat bisikan dari chif marketing.
Seseorang di minta untuk memanggil Ryu dan CEO untuk bergabung makan. Kami kembali berbincang. Kedatangan kami memang sudah terencana dari sebelumnya. Seharusnya kami datang bersama Nana. Mengingat nana, aku menjadi sedikit sedih.
"Semua akan jadi lebih baik Ark. Sehebat apapun badai tetap akan berhenti juga akhirnya." Suara berwibawa mayor Lee mengagetkan ku.
Senyum kecil ku mengakui bahwa kata-kata mayor Lee benar. Hidupku yang awalnya penuh cahaya matahari tiba-tiba menjadi gelap karena hujan badai bertubi-tubi. Aku sangat sengsara, aku menderita tapi karena mereka ada aku bisa berdiri lagi pada kedua kakiku.
Aku kembali karena masih ada yang tertinggal disini. Aku kembali karena aku ingin menepati janjiku pada nana. Aku tak akan lama tinggal di Korea. Rencana ku sangat jelas kali ini. Aku kembali untuk hotel ku. Sebuah hotel baru yang sedang dibangun di Busan dan aku harus "merampas jabatan" song Kang sementara waktu.
"MAMAAAAAAA!" Teriakan Ryu membuat aku dan mayor Lee bertukar pandangan. Kami berdua berlari menuju suara.
Front office siang itu lumayan ramai. Resto pun demikian. Teriakan tangis Ryu menjadi perhatian semua orang
"Mamaaaaa." Rengekan Ryu membuat ku cepat-cepat menghampirinya yang digendong Song Kang.
"Apa yang terjadi?"
Pergelangan tangan Ryu sedikit merah dan bengkak. Tangisnya masih berlanjut dengan air mata berderai. Tangannya yang lain memeluk erat leher Song Kang.
"Kita ke rumah sakit."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Story of RJ
Fanfictionsekuel kedua dari Sabitah the bright star 5 tahun kemudian.... "Mom. apa aku bisa bertemu dengan BTS?"